PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Penyair Perempuam Indonesia (PPI) menggelar diskusi sastra serta membicarakan puisi dan tradisi. Kegiatan ini sempena kegiatan Pulang ke Kampung Tradisi yang dilaksanakan di Garut, Jawa Barat, 7-8 Maret 2020. Hadir Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, Acep Zamzam, Deri Hudaya, dan Ketua PPI Kunni Masrohanti sebagai pembicara. Kegiatan yang dilaksanakan di Padepokan Sobarnas.
Ratusan peserta dari mahasiswa, komunitas, guru dan umun mengikuti diskusi dengan sangat antusias. Apalagi diwarnai dengan pembacaan puisi oleh Sutardji yang menggelegar, musikaliasai puisi oleh Posstheatron dan nyanyi puisi dengan ukulele oleh Teh Uke, serta pembacaan puisi beberapa peserta lainnya.
Selain Sutardji, Acep, Kunni dan Deri, sebelumnya juga hadir David Darmawan perwakilan Himpunan Sastrawan Dramawan (Hisdraga) yang menjelaskan tentang Hisdaraga dengan berbagai kegiatannya. Diskusi tersebut dipandu oleh Inda Nugraha dari Hisdraga.
"Penyair menulis bukan di atas kertas kosong. Bukan dari sesuatu yang kosong. Tapi sudah ada yang mau ditulis, yakni alam. Membaca alam, menyelami lalu menulisnya. Membaca dan mempelajari tradisi lalu menulisnya. Ini yang dilakukan oleh PPI, tunak dengan tradisi sangat luar biasa. Teruskan dan harus fokus. Dalam hal menulis inilah diperlukan kreatifitas tinggi agar yang ditulis betul-betul sampai kepada isi," kata Sutardji.
Sementara itu Acep menjelaskan, bahwa menulis tradisi menjadi puisi atau membuat puisi dengan akar tradisi memang perlu pendalaman khusus. "Tidak mudah juga menulis tradisi menjadi puisi. Ada pembelajaran batin yang harus menyertai. Menguasai tradisi apa yang mau ditulis sehingga tidak kosong dan pesan yang hendak disampaikan betul-betul terwujud. Hal luar biasa apa yang dilakukan PPI dengan fokus pada tradisi," katanya.
Kegiatan Pulang ke Kampung tradisi merupakan yang pertama kali dilaksanakan PPI sejak berdiri satu tahun lebih lalu ini mengusung tema Menggali Tradisi Melahirkan Puisi yang sekaligus menjadi tema diskusi. Selain bicara puisi dan tradisi, juga dibahas buku Palung tradisi karya PPI serta pengenalan PPI oleh Ketua PPI Kunni.
"Bicara Indonesia sebenarnya bicara keberagaman budaya dan tradisi. Dan, bicara tradisi adalah berbicara perempuan. PPI ingin mengaktualisasikan dirinya sediri karena sadar sebagai yang mewariskan dan menerima warisan dari tradisi. Kenapa harus tradisi, ya karena Indonesia dan dengan tradisi kita jadi tahu dari mana bermula," kata Kunni.
Hal senada juga disampaikan Deri Hudaya, penyair dan dosen UNEGA yang juga pengarang puisi Sunda serta menerjemahkan karya Sunda ke dalam Bahasa Indonesia.
"Ya, bicara perempuan memang bicara tradisi, begitu juga sebaliknya. Tapi soal karya harus dari tradisi, tidak bisa dipaksakan," katanya pula.(ksm)