ESAI - Oleh: MUHAMAD KAFRAWI, SS, M.Sn
(RIAUPOS.CO) — Karya seni lahir tidak dari kekosongan peristiwa (budaya), ada peristiwa yang melatarbelakanginya, sehingga lahirlah karya seni. Karya seni merupakan respon seniman terhadap peristiwa. Namun demikian, tidak semua bentangan peristiwa dapat menggugah hati seniman untuk dituangkan menjadi karya seni. Hanya peristiwa-peristiwa tertentu, peristiwa-peristiwa yang menyentak kesadaran senimanlah yang menjadi energi dalam menghasilkan karyanya.
Hal inilah yang dapat dikesan dari Pameran Komik Yong Dolah, didedah selama satu bulan dari tanggal 22 Februari-22 Maret 2020 di Galeri Hang Nadim, Anjungan Kampar, Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai). Dua kartunis Riau, Furqon Elwe dan Adi Bagong, mengabadikan cerita-cerita Yong Dolah melalui ‘permainan garis’ dalam bentuk komik.
Sebagaimana diketahui bahwa Yong Dolah merupakan seorang tokoh sastra lisan Bengkalis yang memiliki kekuatan berkisah memukau, sehingga kisah-kisah yang diceritakan Yong Dolah menembus zamannya; kisah-kisahnya diceritakan kembali oleh generasi masa kini dengan gaya dan bentuk lain pula. Kekuatan cerita dan tuturan Yong Dolah mengaktifkan imajinasi pendengar yang melahirkan visual imajinasi dalam pikiran. Kejutan-kejutan kisahan Yong Dolah dengan gaya hiperbolanya inilah yang menjadi kekuatan cerita Yong Dolah. Pendengar merangkai visual imajinasi dari tuturan yang disampaikan Yong Dolah menjadi kisah baru pula dalam pikiran.
Dalam komik Yong Dolah yang dipamerkan di Galeri Hang Nadim, anjungan Kampar, Bandar Serai, Furqon Elwe dan Adi Bagong mentranformasikan visual imajinasi yang mereka tangkap dari cerita Yong Dolah dan menvisualkan imajinasi tersebut melalui garis. Garis-garis mengkonkretkan para tokoh, benda-benda, waktu, ruang, dan peristiwa dari cerita Yong Dolah. Tentu saja menyaksikan visual cerita Yong Dolah melalui komik membentuk imaji yang berbeda dengan mendengar atau pun membaca cerita Yung Dolah. Menyaksikan komik, penikmat ‘dimanjakan’ dengan visual yang sudah ada.
Menikmati Komik Yong Dolah, Furqon dan Adi mengajak mengembara kisah-kisah Yong Dolah melalui tarikan garis yang membentuk visual sosok Yong Dolah dengan berbagai aksinya. Bagi masyarakat yang sudah akrab dengan cerita-cerita Yong Dolah, komik ini memperkuat dan memperjelas imajinasi yang sudah ada di pikiran penikmat.
Cerita-cerita Yong Dolah dalam komik ini tidak dapat dipisahkan dari cerita Yong Dolah, baik dituturkan maupun dibaca, yang sudah ‘mendarahdaging’ di pikiran masyarakat. Bagaimanapun juga, komik yang dihasilkan oleh Furqon dan Adi berangkat dari cerita yang sudah ada. Furqon dan Adi ‘memindahkan’ imajinasi yang ada di pikiran mereka dalam bentuk komik. Tentu saja imajinasi kedua kartunis ini akan berbenturan dengan imajinasi penikmat yang sudah terbangun dari mendengar atau membaca cerita-cerita Yong Dolah. Di sinilah kemahiran Furqon Elwe dan Adi Bagong, dalam komiknya kedua kartunis ini mampu melahirkan citraan yang tidak jauh berbeda dengan citraan pembaca atau pendengar cerita Yong Dolah. Bahkan Komik Yong Dolah ini mempertegas citraan imajinasi dari esensi cerita Yong Dolah.
Dalam pameran ini juga, cerita-cerita dalam bentuk komik disusun menjadi rangkaian kronologis yang dapat membantu pengunjung untuk menikmati kisah Yong Dolah ini secara terstruktur. Cerita Yong Dolah ketika berada di negeri seberang, Singapura, yang menjadi komik pembuka pameran ini. Dari kisah dalam komik ini, pengunjung dapat menangkap sosok tokoh Yong Dolah yang sedang kebingungan hendak balik ke kampungnya yaitu Bengkalis, tersebab gelombang besar. Dari kisah ini juga, pengunjung diajak mengenal sosok Yong Dolah dan mempertegas negeri asal Yong Dolah.
Selanjutnya kisah-kisah Yong Dolah tentang ‘Bertinju Melawan Muhammad Ali” tentang ‘Lift’, ‘Sepatu Jepang’ mempertegas ketajaman imajinasi Yong Dolah tentang dunia luar. Dalam komik peristiwa-peristiwa ini divisualkan secara konkret. Pengunjung dapat merasakan peristiwa, keadaan, tempat yang sedang dialami tokoh Yong Dolah. Begitu juga peristiwa-peristiwa lainnya, seperti Yong Dolah menendang bola setinggi-tingginya, karena terlalu tinggi Yong Dolah balik ke rumah; makan, salat terlebih dahulu kemudian pergi ke lapangan, bola pun turun dan Yong tanduk, bola pun goal. Visual kisah dalam komik ini mempertegas visual imajinasi pembaca dan pendengar cerita-cerita Yong Dolah tentang main sepakbola ini.
Komik Yong Dolah yang ditukangi oleh Furqon Elwe dan Adi Bagon ini, memberi laluan dan sekaligus memperkuat dan mempertegas imajinasi dari cerita-cerita Yong Dolah. Bagai pengunjung yang sudah tahu cerita Yong Dolah, pameran komik ini dapat membangkitkan dan memperkuat imajinasi kisah Yong Dolah, dan bagi yang belum mengenal cerita-cerita Yong Dolah, terutama generasi milenial, Komik Yong Dolah menjadi jalan untuk mengenal cerita Yong Dolah yang memiliki fantasi tinggi. Fantasi tinggi ini dapat dijadikan kekuatan pula menghasilkan karya-karya baru.
Selamat menikmati Komik Yong Dolah di Galeri Hang Nadim, Anjungan Kampar, Bandar Serai. Komik menjadi pilihan tempat mevisualkan kisah-kisah Yong Dolah, sebab komik dalam mewakili kisah kocak sebagai hiburan bagi manusia.***
Penulis adalah seniman, budayawan. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning.