Kamis, 19 September 2024

Meninggal setelah Selebrasi Mencetak Gol

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Gol itu begitu indah, khas Ricky Yacobi. Saat menerima bola dari luar kotak penalti, pria yang pernah merumput di Liga Jepang itu langsung berbalik badan. Dan, boom. Bola tendangan keras Ricky meluncur ke dalam gawang.

Semua orang yang ada di Lapangan A, Senayan, Jakarta, Sabtu (21/11) spontan bertepuk tangan. Kagum dengan apa yang dilakukan Ricky. Sebab, di usianya yang menginjak 57 tahun, insting mencetak golnya belum hilang. Masih mengerikan.

Vennard Hutabarat yang satu tim dalam Trofeo Medan Selection kemarin pun ikut senang. Selain indah, gol tersebut membuat timnya, Ini Medan Bung, unggul sementara atas lawannya, Hala Kita, menjadi 2-1. Vennard pun berpelukan dengan Ricky. ’’Terus tiba-tiba dia kayak duduk sujud begitu. Orang-orang berpikir mau selebrasi,’’ tuturnya.

Mereka yang ada di lapangan, di tribun, ataupun yang melihat pertandingan berpikir hal yang sama. Ricky sedang berselebrasi. ’’Habis cetak gol mungkin gembira, euforia, dia (seperti ambil posisi) sujud, posisi gak langsung jatuh gitu. Kami kira dia masih selebrasi gitu loh, tapi kok lama begitu,’’ ujar Muhammad Jusuf yang merupakan rekan setim Ricky dan sempat melihat proses gol indah itu.

- Advertisement -

Karena ada yang aneh, rekan setim langsung membalikkan tubuh Ricky. Sontak mereka terkejut. Bola mata Ricky sudah putih. Tubuhnya pun tidak merespons panggilan dan pijitan rekan-rekannya. ’’Kebetulan ada dokter di situ buat pertolongan pertama. Ada oksigen juga yang dibawa Jimmy Napitupulu,’’ kenang Jusuf yang juga pelatih Persija Jakarta U-16.

Baca Juga:  Terduga Kurir Sabu 3 Kg Ditangkap

Sekitar 10–15 menit ditangani, Ricky sempat memberikan reaksi positif. Dia kemudian dibawa ke RSAL Mintohardjo. ’’Saya dengar ada penanganan, tapi setelahnya sudah tidak ada (meninggal, red),’’ lanjutnya.

- Advertisement -

Tangis pun pecah. Tidak ada yang menyangka gol indah yang dicetak Ricky kemarin adalah gol terakhir. Jusuf pun lantas bercerita bagaimana sosok Ricky ketika dia masih junior di PSMS Medan. Dia menuturkan, Ricky adalah sosok panutan. Tak hanya cara bermainnya di lapangan, tapi juga kesederhanaan dalam kehidupan.

’’Waktu itu memang kenalnya sepintas ya. Kebetulan di PSMS Junior dulu kami mempertahankan juara yang mereka raih sebelumnya. Tapi, merasa dekatnya tuh pas sama-sama di Jakarta,’’ katanya.

Hal senada disampaikan Lody Hutabarat yang ikut dalam event Trofeo Medan Selection. Dia mengatakan, Ricky adalah emas terbesar yang pernah dipunyai sepakbola Indonesia. ’’Yang saya tahu dia legenda sepakbola tidak hanya di Medan, tapi juga Indonesia. Siapa sih yang tidak kenal Ricky Yacobi,’’ ucap Lody.

Walau menyandang legenda timnas, lanjut Lody, Ricky juga sosok yang kritis. Bahkan, PSSI beberapa kali mendapat kritik pedas dari Ricky ketika ada kebijakan yang tidak sesuai dengan hatinya. ’’Orang yang berani bersuara untuk memajukan sepakbola nasional,’’ terangnya.

Baca Juga:  DPD-DPC Nyatakan Perang Lawan Moeldoko

Sosok Ricky ternyata juga menjadi inspirasi bagi sebagian striker timnas yang menjadi juniornya. Sebut saja Kurniawan Dwi Yulianto. Kurus –sapaannya– tidak menampik bahwa pria asli Medan itu adalah rujukan permainan para pemain muda dulu. ’’Saya tidak mengenal beliau secara dekat banget karena memang beda generasi. Tapi, saya mengidolakan beliau dan insiprasi dalam bermain bola ya beliau,’’ ungkap Kurniawan.

Apa yang membuat Kurus sangat menjadikan Ricky sebagai role model sebagai penyerang? ’’Tentu cara main beliau. Lalu, auranya sangat terlihat sebagai pemain hebat,’’ paparnya.

Ricky memulai karir di tanah kelahirannya, Medan. Dia bergabung dengan PSMS Medan Junior hingga naik ke tim utama setelah meraih Piala Suratin. Dia cukup garang sebagai ujung tombak tim. Bahkan kerap dijuluki Paul Breitner-nya Indonesia.

Salah satu momen terbaiknya adalah saat Asian Games 1986 yang berlangsung di Korea Selatan. Timnas kala itu berhasil lolos ke semifinal. Capaian tersebut belum mampu disamai timnas hingga sekarang. Namanya semakin berkibar setelah diboyong klub asal Jepang Matsushita FC.  Karirnya tak panjang di Negeri Sakura. Setelah empat pertandingan, dia mengalami cedera cukup parah.(raf/rid/c19/bas/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Gol itu begitu indah, khas Ricky Yacobi. Saat menerima bola dari luar kotak penalti, pria yang pernah merumput di Liga Jepang itu langsung berbalik badan. Dan, boom. Bola tendangan keras Ricky meluncur ke dalam gawang.

Semua orang yang ada di Lapangan A, Senayan, Jakarta, Sabtu (21/11) spontan bertepuk tangan. Kagum dengan apa yang dilakukan Ricky. Sebab, di usianya yang menginjak 57 tahun, insting mencetak golnya belum hilang. Masih mengerikan.

Vennard Hutabarat yang satu tim dalam Trofeo Medan Selection kemarin pun ikut senang. Selain indah, gol tersebut membuat timnya, Ini Medan Bung, unggul sementara atas lawannya, Hala Kita, menjadi 2-1. Vennard pun berpelukan dengan Ricky. ’’Terus tiba-tiba dia kayak duduk sujud begitu. Orang-orang berpikir mau selebrasi,’’ tuturnya.

Mereka yang ada di lapangan, di tribun, ataupun yang melihat pertandingan berpikir hal yang sama. Ricky sedang berselebrasi. ’’Habis cetak gol mungkin gembira, euforia, dia (seperti ambil posisi) sujud, posisi gak langsung jatuh gitu. Kami kira dia masih selebrasi gitu loh, tapi kok lama begitu,’’ ujar Muhammad Jusuf yang merupakan rekan setim Ricky dan sempat melihat proses gol indah itu.

Karena ada yang aneh, rekan setim langsung membalikkan tubuh Ricky. Sontak mereka terkejut. Bola mata Ricky sudah putih. Tubuhnya pun tidak merespons panggilan dan pijitan rekan-rekannya. ’’Kebetulan ada dokter di situ buat pertolongan pertama. Ada oksigen juga yang dibawa Jimmy Napitupulu,’’ kenang Jusuf yang juga pelatih Persija Jakarta U-16.

Baca Juga:  Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2024, MK Beri Enam Opsi

Sekitar 10–15 menit ditangani, Ricky sempat memberikan reaksi positif. Dia kemudian dibawa ke RSAL Mintohardjo. ’’Saya dengar ada penanganan, tapi setelahnya sudah tidak ada (meninggal, red),’’ lanjutnya.

Tangis pun pecah. Tidak ada yang menyangka gol indah yang dicetak Ricky kemarin adalah gol terakhir. Jusuf pun lantas bercerita bagaimana sosok Ricky ketika dia masih junior di PSMS Medan. Dia menuturkan, Ricky adalah sosok panutan. Tak hanya cara bermainnya di lapangan, tapi juga kesederhanaan dalam kehidupan.

’’Waktu itu memang kenalnya sepintas ya. Kebetulan di PSMS Junior dulu kami mempertahankan juara yang mereka raih sebelumnya. Tapi, merasa dekatnya tuh pas sama-sama di Jakarta,’’ katanya.

Hal senada disampaikan Lody Hutabarat yang ikut dalam event Trofeo Medan Selection. Dia mengatakan, Ricky adalah emas terbesar yang pernah dipunyai sepakbola Indonesia. ’’Yang saya tahu dia legenda sepakbola tidak hanya di Medan, tapi juga Indonesia. Siapa sih yang tidak kenal Ricky Yacobi,’’ ucap Lody.

Walau menyandang legenda timnas, lanjut Lody, Ricky juga sosok yang kritis. Bahkan, PSSI beberapa kali mendapat kritik pedas dari Ricky ketika ada kebijakan yang tidak sesuai dengan hatinya. ’’Orang yang berani bersuara untuk memajukan sepakbola nasional,’’ terangnya.

Baca Juga:  Cerita Perambah yang Kini Merawat Hutan

Sosok Ricky ternyata juga menjadi inspirasi bagi sebagian striker timnas yang menjadi juniornya. Sebut saja Kurniawan Dwi Yulianto. Kurus –sapaannya– tidak menampik bahwa pria asli Medan itu adalah rujukan permainan para pemain muda dulu. ’’Saya tidak mengenal beliau secara dekat banget karena memang beda generasi. Tapi, saya mengidolakan beliau dan insiprasi dalam bermain bola ya beliau,’’ ungkap Kurniawan.

Apa yang membuat Kurus sangat menjadikan Ricky sebagai role model sebagai penyerang? ’’Tentu cara main beliau. Lalu, auranya sangat terlihat sebagai pemain hebat,’’ paparnya.

Ricky memulai karir di tanah kelahirannya, Medan. Dia bergabung dengan PSMS Medan Junior hingga naik ke tim utama setelah meraih Piala Suratin. Dia cukup garang sebagai ujung tombak tim. Bahkan kerap dijuluki Paul Breitner-nya Indonesia.

Salah satu momen terbaiknya adalah saat Asian Games 1986 yang berlangsung di Korea Selatan. Timnas kala itu berhasil lolos ke semifinal. Capaian tersebut belum mampu disamai timnas hingga sekarang. Namanya semakin berkibar setelah diboyong klub asal Jepang Matsushita FC.  Karirnya tak panjang di Negeri Sakura. Setelah empat pertandingan, dia mengalami cedera cukup parah.(raf/rid/c19/bas/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari