- Advertisement -
SAN FRANCISCO (RIAUPOS.CO) – Facebook menghapus postingan rasis tentang Kamala Harris dari grup “penyebaran kebencian”. Ini dilakukan setelah perusahaan pertemanan raksasa itu diberitahu BBC tentang konten kebencian itu. BBC menyatakan jika konten itu disebarkan oleh sekelompok grupnamun Facebook menolak mengambil tindakan. Nama grup itu tidak disebutkan.
Facebook pun menghapusnya karena dianggap melanggar kebijakan. Unggahan itu termasuk klaim seperti Harris bukan warga negara resmi karena warisan Jamaika-India-nya. Posting lain mengatakan dia “tidak cukup hitam” untuk Demokrat. Postingan lain mengatakan dia akan dideportasi kembali ke India.
- Advertisement -
Harris bukanlah satu-satunya target grup tersebut. Facebook juga menghapus ratusan kiriman seksual eksplisit tentang orang lain.
Insiden ini sempat menimbulkan pertanyaan tentang seberapa besar kekuatan yang dimiliki perusahaan atas sensor dan apa yang seharusnya boleh atau tidak oleh diizinkan secara online.
Lembaga think tank media pun mengatakan jaringan sosial tidak cukup untuk mengawasi konten berbahaya itu. Media Matters America mengatakan seharusnya Facebook tidak perlu diperingatkan pihak lain tentang konten rasis, yang disebut sebagai “buah yang digantung rendah”.
- Advertisement -
“Penghapusan konten ini oleh Facebook hanya setelah ditandai oleh media kepada mereka mengonfirmasi bahwa aturan dan pedoman yang mereka buat kosong karena mereka sedikit atau tidak berusaha dalam mendeteksi dan penegakan. Kami berbicara tentang buah yang paling rendah tergantung dari perspektif deteksi. Namun, ini luput dari perhatian Facebook sampai ditandai oleh pihak ketiga,” kata Presiden Grup, Angelo Carusone, dikutip Daily Mail.
Seperti diketahui, Harris (56), adalah wanita kulit hitam pertama yang pernah terpilih sebagai Wakil Presiden AS. Penghapusan konten tersebut sebagai akibat dari pelanggaran kebijakan Facebook. Dia lahir di California dari ibu India dan ayah Jamaika.
Selama pemilihan, perusahaan tersebut menyensor banyak postingan Presiden Donald Trump, mengklaim postingan tersebut tidak akurat atau menyesatkan.
Sumber: Daily Mail/News/AP
Editor: Hary B Koriun
SAN FRANCISCO (RIAUPOS.CO) – Facebook menghapus postingan rasis tentang Kamala Harris dari grup “penyebaran kebencian”. Ini dilakukan setelah perusahaan pertemanan raksasa itu diberitahu BBC tentang konten kebencian itu. BBC menyatakan jika konten itu disebarkan oleh sekelompok grupnamun Facebook menolak mengambil tindakan. Nama grup itu tidak disebutkan.
Facebook pun menghapusnya karena dianggap melanggar kebijakan. Unggahan itu termasuk klaim seperti Harris bukan warga negara resmi karena warisan Jamaika-India-nya. Posting lain mengatakan dia “tidak cukup hitam” untuk Demokrat. Postingan lain mengatakan dia akan dideportasi kembali ke India.
- Advertisement -
Harris bukanlah satu-satunya target grup tersebut. Facebook juga menghapus ratusan kiriman seksual eksplisit tentang orang lain.
Insiden ini sempat menimbulkan pertanyaan tentang seberapa besar kekuatan yang dimiliki perusahaan atas sensor dan apa yang seharusnya boleh atau tidak oleh diizinkan secara online.
- Advertisement -
Lembaga think tank media pun mengatakan jaringan sosial tidak cukup untuk mengawasi konten berbahaya itu. Media Matters America mengatakan seharusnya Facebook tidak perlu diperingatkan pihak lain tentang konten rasis, yang disebut sebagai “buah yang digantung rendah”.
“Penghapusan konten ini oleh Facebook hanya setelah ditandai oleh media kepada mereka mengonfirmasi bahwa aturan dan pedoman yang mereka buat kosong karena mereka sedikit atau tidak berusaha dalam mendeteksi dan penegakan. Kami berbicara tentang buah yang paling rendah tergantung dari perspektif deteksi. Namun, ini luput dari perhatian Facebook sampai ditandai oleh pihak ketiga,” kata Presiden Grup, Angelo Carusone, dikutip Daily Mail.
Seperti diketahui, Harris (56), adalah wanita kulit hitam pertama yang pernah terpilih sebagai Wakil Presiden AS. Penghapusan konten tersebut sebagai akibat dari pelanggaran kebijakan Facebook. Dia lahir di California dari ibu India dan ayah Jamaika.
Selama pemilihan, perusahaan tersebut menyensor banyak postingan Presiden Donald Trump, mengklaim postingan tersebut tidak akurat atau menyesatkan.
Sumber: Daily Mail/News/AP
Editor: Hary B Koriun