BEIRUT (RIAUPOS.CO) – Pemimpin Gerakan Syiah Lebanon, Hizbullah, mendesak Prancis mengubah sikapnya mengenai penerbitan kartun Nabi Muhammad. Jika tidak, Prancis berpotensi memicu perseteruan lebih luas dengan muslim dunia.
Pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memicu kontroversi luas usai menyebut insiden pembunuhan Samuel Paty, seorang guru sejarah, sebagai teror Islam. Paty tewas dengan kondisi mengenaskan leher tergorok setelah menggunakan karikatur Nabi Muhammad sebagai bahan diskusi mata pelajaran kebebasan berekspresi.
Ucapan Macron menuai kecaman keras dari sejumlah negara-negara Islam serta mendorong gerakan boikot produk Prancis. Kendati demikian, Macron kembali menegaskan sikapnya melindungi serta mempertahankan sekuleritas di Prancis, termasuk menjamin kebebasan berekspresi menggunakan simbol-simbol agama Islam. Sikap bertahan inilah yang dinilai sebagai keangkuhan Prancis.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengatakan, Macron harusnya dapat lebih cerdas bersikap. Memilih melindungi penistaan agama dengan dalih kebebasan beragama malah dikhawatirkan semakin memperlebar jarak umat beragama.
"Apa yang dilakukan Prancis bukannya memperbaiki masalah, malah menjadi keras kepala mengenai kebebasan berekspresi ini dengan mengatakan kami ingin melanjutkan dengan kartun satir," kata Nasrallah dikutip dari AFP, Sabtu (31/10/2020).
"Anda (Prancis, red) perlu berpikir untuk memperbaiki kesalahan ini," lanjutnya.
"Tidak ada muslim di dunia yang akan menerima martabat kami, martabat nabi kami dihina," ujarnya.
Dua pekan berselang pascainsiden pembunuhan Samuel Paty, Prancis kembali diguncang aksi teror lainnya yang terjadi di Gereja Basilica Notre-Dame, Kamis (29/10/2020) kemarin. Macron lagi-lagi menuding kelompok Islam berada di belakang penikaman yang menewaskan tiga orang.
Nasrallah kembali mengingatkan Macron agar menghentikan "kampanye" anti-Islam, dikhawatirkan sikap tersebut justru makin melebar yang berakibat menyeret negara-negara Eropa –dengan ideologi sekuler maupun liberal– dalam perseteruan dengan muslim dunia.
"Pembunuhan ini dilarang oleh Islam, agama kami melarang pembunuhan orang tak berdosa," kata Nasrallah lagi.
"Meski sekalipun pelakunya adalah seorang muslim, tidak ada kelompok muslim yang ingin bertanggung jawab atas kejahatan itu," tambahnya.
"Otoritas Prancis telah menyeret diri mereka sendiri dan seluruh Prancis serta seluruh Eropa ke dalam pertempuran dengan Islam untuk alasan lemah dan terkadang tidak jelas," ujarnya lagi.
Sumber: AFP/News/Arab News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun