Sabtu, 23 November 2024
spot_img

DPRD Sebut Perusahaan Padasa Lalai

BANGKINANG (RIAUPOS.CO) – Komisi III DPRD Kampar melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP)  bersama Ketua Tim Penyelesaian Permasalahan sengketa kerja antara serikat pekerja dan PT Padasa Enam Utama (Padasa). Perusahaan perkebunan itu dianggap tidak memenuhi sejumlah kebutuhan para pekerja sesuai kebutuhan yang layak.

Hal ini menjadi salah satu kesimpulan dalam RDP DPRD Kampar bersama Ketua Tim Operasi Media Permasalahan Buruh dan Padasa  Nurbit, Senin (5/10) siang. Turut hadir Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kampar Ali Sabri dan perwakilan Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar.

Nurbit memberikan keterangan, tim mediasi sudah terbentuk, sudah bekerja, sudah melakukan mediasi bahkan kesepakatan sudah ada. Namun tidak semua disepakati. Bahkan Nurbit menyebutkan, adapun yang dipenuhi tidak juga sesuai standar.

''Kunci permasalahan adalah tak ada kesepakatan antara buruh dengan perusahaan. Yang dituntut sebenarnya memang hak-hak dasar, sudah dipenuhi perusahaan seperti bus sekolah dan ambulans. Kami cek memang tidak sesuai standar,'' sebut Nurbit.

Ada enam tuntutan awal dari buruh, namun berkembang menjadi 13 tuntutan yang belum semua disepakati perusahaan. Nurbit menyebutkan, yang punya kebijakan untuk meneken kesepakatan justru ada di Medan dan Jakarta. Sementara yang berada di Kampar hanya setingkat manajer yang tidak memiliki kewenangan.

Baca Juga:  Deteksi BNN, 44 Lapas Sarang Narkotika Belum Tersentuh

''Fakta di lapangan, memang ada kelalaian dari perusahaan, bus sekolah dan ambulans misalnya, memang di bawah standar, belum fasum yang lainnya lagi,'' sebut Nurbit.

Sementara itu Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kampar Ali Sabri menyebutkan, terkait penyelesaian sengketa pekerja dan perusahaan, pihaknya punya kewenangan terbatas. Karena dalam hal ini sesuai topuksi tidak berwenang dalam pengawasan. 

''Kita hanya penyelesaian perselisihan dan pembinaan, sementara pengawasan itu dari provinsi. Mereka menolak anjuran dari kami, namun kami sudah mengikuti sesuai aturan yang ada, tapi pengawasan bukan tupoksi kami,'' sebut Ali Sabri.

Ali saat dicerca anggota dewan menyebutkan, ketika perusahaan memenuhi sebagain tuntutan buruh seperti bus dan ambulans tapi tidak sesuai standar, tupoksi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kampar selesai sampai di situ. Karena tidak memiliki kewenangan.

Baca Juga:  Malaysia Kembali Izinkan Salat di Masjid

Ketua Komisi III Zulfan Azmi menyayangkan kondisi tersebut. Terutama pada fakta ada sejumlah tuntutan belum dipenuhi. Pemerintah sebagai penguasa wilayah, menurut Zulfan, seperti diabaikan oleh Padasa yang menguasai ribuan hektar lahan masyarakat.

''Saya khawatir pemerintah daerah ini yang punya wilayah seperti diabaikan. Ini ada lagi laporan masuk ke kami bahwa ada indikasi permasalahan lahan, ini segera akan kami panggil meminta penjelasan. Catatan kita, ini pemerintah daerah sudah turun ke lokasi untuk penyelesaian permasalahan tenaga kerja, ternyata juga belum selesai. Ini pemerintah daerah sudah membentuk tim dan bekerja tapi seperti diabaikan,'' sebut Zulfan.

Terkait permasalahan ini, Nurbit menyarankan agar pihak yang benar-benar kendali membuat kebijakan dari Padasa agar turut dipanggil DPRD Kampar. Saran ini dimasukkan dalam notulen rapat. Namun yang jelas, kata Zulfan, setiap perusahaan yang bersengketa dengan pekerjanya, bukan tidak mungkin indikasi pelanggaran tindak pidana terkait lahan dan perizinan yang masuk ke DPRD Kampar juga akan dibahas.

 

Laporan: Hendrawan Kariman

Editor: E Sulaiman

BANGKINANG (RIAUPOS.CO) – Komisi III DPRD Kampar melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP)  bersama Ketua Tim Penyelesaian Permasalahan sengketa kerja antara serikat pekerja dan PT Padasa Enam Utama (Padasa). Perusahaan perkebunan itu dianggap tidak memenuhi sejumlah kebutuhan para pekerja sesuai kebutuhan yang layak.

Hal ini menjadi salah satu kesimpulan dalam RDP DPRD Kampar bersama Ketua Tim Operasi Media Permasalahan Buruh dan Padasa  Nurbit, Senin (5/10) siang. Turut hadir Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kampar Ali Sabri dan perwakilan Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar.

- Advertisement -

Nurbit memberikan keterangan, tim mediasi sudah terbentuk, sudah bekerja, sudah melakukan mediasi bahkan kesepakatan sudah ada. Namun tidak semua disepakati. Bahkan Nurbit menyebutkan, adapun yang dipenuhi tidak juga sesuai standar.

''Kunci permasalahan adalah tak ada kesepakatan antara buruh dengan perusahaan. Yang dituntut sebenarnya memang hak-hak dasar, sudah dipenuhi perusahaan seperti bus sekolah dan ambulans. Kami cek memang tidak sesuai standar,'' sebut Nurbit.

- Advertisement -

Ada enam tuntutan awal dari buruh, namun berkembang menjadi 13 tuntutan yang belum semua disepakati perusahaan. Nurbit menyebutkan, yang punya kebijakan untuk meneken kesepakatan justru ada di Medan dan Jakarta. Sementara yang berada di Kampar hanya setingkat manajer yang tidak memiliki kewenangan.

Baca Juga:  Ngaku Satpol PP, Gerebek ABG Pacaran, Lalu Cabuli Perempuannya

''Fakta di lapangan, memang ada kelalaian dari perusahaan, bus sekolah dan ambulans misalnya, memang di bawah standar, belum fasum yang lainnya lagi,'' sebut Nurbit.

Sementara itu Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kampar Ali Sabri menyebutkan, terkait penyelesaian sengketa pekerja dan perusahaan, pihaknya punya kewenangan terbatas. Karena dalam hal ini sesuai topuksi tidak berwenang dalam pengawasan. 

''Kita hanya penyelesaian perselisihan dan pembinaan, sementara pengawasan itu dari provinsi. Mereka menolak anjuran dari kami, namun kami sudah mengikuti sesuai aturan yang ada, tapi pengawasan bukan tupoksi kami,'' sebut Ali Sabri.

Ali saat dicerca anggota dewan menyebutkan, ketika perusahaan memenuhi sebagain tuntutan buruh seperti bus dan ambulans tapi tidak sesuai standar, tupoksi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kampar selesai sampai di situ. Karena tidak memiliki kewenangan.

Baca Juga:  Ada Sandi Ikan, Daun, dan Kepiting di Kasus Suap Gubernur Kepri

Ketua Komisi III Zulfan Azmi menyayangkan kondisi tersebut. Terutama pada fakta ada sejumlah tuntutan belum dipenuhi. Pemerintah sebagai penguasa wilayah, menurut Zulfan, seperti diabaikan oleh Padasa yang menguasai ribuan hektar lahan masyarakat.

''Saya khawatir pemerintah daerah ini yang punya wilayah seperti diabaikan. Ini ada lagi laporan masuk ke kami bahwa ada indikasi permasalahan lahan, ini segera akan kami panggil meminta penjelasan. Catatan kita, ini pemerintah daerah sudah turun ke lokasi untuk penyelesaian permasalahan tenaga kerja, ternyata juga belum selesai. Ini pemerintah daerah sudah membentuk tim dan bekerja tapi seperti diabaikan,'' sebut Zulfan.

Terkait permasalahan ini, Nurbit menyarankan agar pihak yang benar-benar kendali membuat kebijakan dari Padasa agar turut dipanggil DPRD Kampar. Saran ini dimasukkan dalam notulen rapat. Namun yang jelas, kata Zulfan, setiap perusahaan yang bersengketa dengan pekerjanya, bukan tidak mungkin indikasi pelanggaran tindak pidana terkait lahan dan perizinan yang masuk ke DPRD Kampar juga akan dibahas.

 

Laporan: Hendrawan Kariman

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari