PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) – Dokter muda yang baru berusia 29 tahun tersebut, sehari-sehari betugas di Puskesmas Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar. Dokter lulusan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) menghembuskan napas terakhir di RSUD Arifin Achmad, Sabtu (12/9) sekitar pukul 08.06 WIB. Oki baru satu hari dirawat. Sebelumnya, dr Oki dirawat di Rumah Sakit Aulia, Pekanbaru.
Almarhum dr Oki, meninggalkan seorang istri dan satu anak. Istrinya, SO saat ini juga masih menjalani perawatan di RSUD Arifin Achmad juga akibat tertular Covid-19. Saat salat jenazah dan pelepasan, SO melihat dari kejauhan didampingi petugas lengkap dengan alat pelindung diri (APD).
Dari puluhan pelayat yang datang, tampak di antaranya Gubernur Riau (Gubri) H Syamsuar. Saat menyampaikan kata sambutan, Gubri tak kuasa menahan sedih. Suaranya terdengar tidak jelas saat menyampaikan ucapan belasungkawa karena diucapkan sembari terisak. "Innallilahi wa innailaihi rojiun, telah berpulang ke Rahmatullah saudara kita, sejawat kita, salah seorang pahlawan kemanusiaan dari dokter," ucap Syamsuar.
Kesedihan Gubri Syamsuar semakin memuncak, pasalnya beberapa hari lalu, ia juga baru mendapatkan kabar bahwa satu tenaga kesehatan yakni perawat di Kota Dumai juga meninggal dunia akibat Covid-19. Selain itu, usia dr Oki juga masih tergolong muda. "Masih 29 tahun. Saya juga baru komunikasi dengan ayahanda yakni Pak Alamsyah, dr Oki ini baru CPNS tahun 2019 lalu," sebutnya.
Gubri Syamsuar dengan keluarga almarhum sudah tidak asing lagi. Pasalnya ayahanda Oki saat ini masih betugas sebagai salah satu kepala bidang di Dinas Kesehatan Kabupaten Siak, tempat di mana Syamsuar pernah menjabat sebagai bupati.
"Karena itu saya tahu kalau almarhum dr Oki ini orangnya pekerja keras dan rajin. Beliau adalah contoh kita bersama, bahwa beliau merupakan dokter yang betul-betul melayani masyarakat, yang tanpa disadari orang yang sudah terinfeksi Covid-19 yang dilayaninya," katanya.
Untuk itu, Gubri juga berharap kepada seluruh tenaga kesehatan yang ada di Riau dalam melayani masyarakat hendaknya dapat menggunakan APD. Pasalnya saat ini banyak pasien positif Covid-19 yang tanpa gejala. "Saya sangat mengharapkan, selamatkanlah tenaga medis terlebih dahulu saat merawat pasien. Salah satunya dengan menggunakan APD," pintanya.
Dengan adanya dokter yang meninggal dunia tersebut, Gubri Syamsuar juga meminta kepada seluruh masyarakat Riau untuk bisa meningkatkan disiplin. Lakukan semua anjuran dari dokter, serta pemerintah. "Mudah-mudahan dengan kesadaran dan disiplin, kita bisa mengatasi penularan Covid-19 di Riau," harapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gubri juga menyampaikan dukungan dan motivasi kepada istri almarhum. Gubri berpesan jika ada hal-hal yang perlu dibantu untuk dapat langsung disampaikan, pihaknya akan berusaha untuk membantu.
"Ibu kuatkan semangat, in sya Allah ibu sehat, jadi ibu tak usah ragu. In sya Allah dokter masih banyak yang akan membantu ibu. Kalau ada apa-apa langsung saja sampaikan kepada kami. Ikhlaskan almarhum, Allah SWT sayang dengan dia," ujarnya.
Rekan kerja almarhum, dr Bintang Binsar Saragih menyebut, dalam kesehariannya, almarhum terkenal sebagai dokter pekerja keras. Pihaknya menduga, dr Oki tertular Covid-19 dari pasiennya karena ia juga terkenal sangat loyal saat melayani pasien. "Loyalnya dr Oki ini dibuktikan dengan ia mau bertugas di Puskesmas Gunung Sahilan sebagai dokter umum," sebutnya.
Dengan meninggalnya rekan kerjanya tersebut, ia juga terus mengingatkan kepada masyarakat bahwa Covid-19 ini bisa mengancam semua orang. Untuk itu, Covid ini hanya bisa dihentikan dengan kerja sama dari semua pihak dengan cara menerapkan protokol kesehatan. "Jangan sampai ada korban lagi dari dokter yang menjadi garda terdepan dalam penangangan pasien," harapnya.
Kepergian dr Oki merupakan pukulan bagi Dinas Kesehatan (Diskes) Kampar. Kekuatan nakes di Kampar terus berkurang, padahal korban positif Covid-19 terus bertambah. Setelah puluhan dinyatakan positif, malah seorang dokter yang meninggal dunia. Tidak heran, Kepala Dinkes Kampar Dedy Sambudi kemarin terlihat begitu murung. Matanya berkaca-kaca. Saat menyampaikan informasi tersebut, suaranya juga terdengar bergetar.
‘’Beliau baru berumur 29 tahun, salah satu dokter yang kami tugaskan untuk menanggulangi Covid-19 di Kampar. Almarhum sudah bertugas tiga tahun di Puskesmas Gunung Sahilan I. Dokter Oki terpapar Covid-19 dari pasien yang dirawat,’’ kata Dedy yang tidak bisa menyembunyikan rasa sesak di dadanya.
Dedy paham betul kesedihan para nakes di Kabupaten Kampar. Di tengah tekanan meningkatnya kasus Covid-19, nakes di Kampar juga menghadapi tekanan lain dari masyarakat. Mereka dituduh meraih keuntungan dari banyaknya masyarakat terdampak Covid-19. Masyarakat yang tidak percaya malah menuduh penyakit menular mematikan ini hanya rekaan.
Dedy menceritakan, awalnya dr Oki dinyatakan positif setelah menjalani tes swab di RS Aulia Pekanbaru. Gejala yang sebelumnya ditunjukkan semakin parah. Hingga akhirnya dirinya dipindahkan ke Rumah Sakit (RS) Arifin Achmad untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
‘’Gejalanya demam dan sesak napas, sempat dirawat tujuh hari di Aulia Hospital. Kondisinya dua hari terakhir ini memburuk hingga kami pindahkan ke RSUD Arifin Achmad. Namun beliau wafat akhirnya. Pemerintah kabupaten mengucapkan belasungkawa yang dalam atas kepergian dr Oki. Terima kasih atas dedikasi beliau atas penanganan Covid-19 di Kampar. Semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT,’’ ucapnya.
Dedy menjelaskan, kasus ini sekaligus menjadi bukti bahwa eskalasi penyebaran Covid-19 di Kampar makin tinggi. Dirinya meminta masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan, pakai masker dan rajin cuci tangan. Dirinya meminta masyarakat mengurangi kerumunan, baik itu di pasar maupun pesta. Dirinya mengingatkan bagaimana dr Oki yang masih muda, bahkan belum genap kepala tiga, tidak berdaya melawan virus corona.
Oki akan dimakamkan di Desa Padang Mutung. Dedy yang ikut mengantarkan jenazah Oki ke kampung halamannya menyampaikan pesan penting bagi nakes lainnya yang terus tergerus karena harus menjalani
isolasi.
‘’Kami minta nakes tetap semangat menjalankan tugas ini dengan baik. Apabila kondisi sudah menurun, kami minta segera memeriksakan diri. Kami berharap agar tidak ada lagi kasus nakes yang wafat,’’ ujarnya Dedy.
Sementara itu beberapa jam usai prosesi pemakaman sang suami, SO istri dr Oki menuliskan pesan melalui akun Instagram miliknya. Dalam tulisannya itu, SO menyebutkan bahwa sang suami adalah suami yang hebat dan kuat.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun, suamiku hebat suamiku kuat. Masya Allah sayang, banyak yang doakan Abang. Banyak yang salatkan Abang, banyak yang antarkan Abang, padahal mereka tahu Abang positif. Karena apa? Karena banyak yang sayang Abang. Abang orang yang baik. In sya Allah Abang meninggal dalam sahid dan husnul khatimah," tulis SO.
Dalam tulisannya itu, SO juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada suaminya yang sudah berjuang untuknya dan sang anak. Karena di saat-saat ia masih menjalani perawatan, almarhum terus memberikan semangat kepada ia dan sang anak. "Terima kasih sudah berjuang untuk kami, berat perjuangan Abang. Setiap hari abang kirim video agar kami ikut semangat. Terima kasih sudah berjuang untuk kami," tulisnya lagi.
Saat itu, SO juga mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah ikut mendoakan sang suami. Ia juga berharap agar doa-doa yang sudah dipanjatkan dapat dikabulkan oleh Allah SWT. "Untuk semua teman-teman terima kasih doanya. Semoga semua doa kita dikabulkan oleh Allah SWT. In sya Allah saya ikhlas," tutur SO dalam tulisannya.
Istri dr Oki ini juga terkonfirmasi positif Covid-19. Dia saat ini dirawat di RSUD Arifin Achmad. Saat prosesi salat jenazah dan pelepasan kemarin, OS mengikuti dari atas kursi roda di ujung lorong ruang perawatan dan ditemani tenaga medis dengan APD lengkap.(das)