Jumat, 20 September 2024

Optimumkan Penggunaan Bahan Bakar

Jangan salahkan alam, bila minyak dan gas bumi berkurang bahkan habis. Jika kita menggunakannya secara hemat maka ini bisa digunakan untuk jangka panjang.

Laporan: Henny Elyati (Pekanbaru)

Putra Lesmana (35) kaget luar biasa saat karyawan Alfamart mengatakan tagihan listrik yang harus dibayarnya bulan itu sebesar Rp785.690. Putra tidak percaya tagihannya bisa sebesar itu padahal di rumahnya tidak ada AC dan mesin cuci yang ada hanya kipas angin, TV, kulkas dan magiccom. Biasanya Putra hanya membayar tagihan berkisar Rp250 ribu hingga Rp300 ribuan, karena listrik di rumahnya 900 watt.

Putra pun meminta karyawan Alfamart untuk memeriksa ulang tagihannya. Walaupun sudah berulangkali diperiksa, tagihannya tidak berubah.

- Advertisement -

Warga Perumahan Bumi Garuda Sakti Damai, Pekanbaru ini batal membayarkan tagihan listriknya karena uang yang dimilikinya saat itu tidak lebih dari Rp500 ribu.

"Ini diluar logika, bagaimana bisa tagihan listrik saya melejit sedemikian tinggi. Naik 100 persen. Ada yang ngak benar nih dengan PLN. Sudah kondisi saat ini sulit akibat Covid-19 ditambah lagi dengan bengkaknya tagihan listrik," ujar Putra pada Riau Pos, beberapa waktu lalu.

- Advertisement -

Hal yang sama juga dialami Nixon. Warga Jalan Dwi Guna, Kecamatan Tampan, Pekanbaru ini tidak menerima tagihan listriknya naik 100 persen. Dia pun mendatangi kantor PLN dan minta rincian pemakainya di bulan Juni tersebut. Saat itu petugas meminta agar Nixon mencatat meteran KWH miliknya sehingga bisa diketahui apakah memang ada kesalahan pencatatan atau tidak. Jika KWH yang tertera lebih sedikit dari yang tertera di tagihan rekening maka tagihan bulan berikutnya akan dikurangi.

Baca Juga:  Perempuan Harus Tahu Politik

"Saya ngak bisa berbuat apa-apa, karena saat datang ke kantor PLN, saya tidak melihat angka yang tertera di meteran. Tapi begitu saya pulang dan memeriksanya ternyata angkanya sesuai dengan tagihan. Yah mau tak mau saya bayar. Biasanya kena Rp600 ribuan kali ini di atas Rp1 juta," katanya.

Berbeda dengan Nora Herlinda. Walaupun warga Jalan Cipta Karya juga mengalami hal yang sama, dia menyadari tingginya tagihan listrik akibat pemakaian yang dilakukannya bersama keluarga.

"Wajar tagihan listrik naik. Saat covid ini semua dilakukan di rumah. Anak-anak belajar di rumah, orang tua bekerja dari rumah. Biasanya saat siang elektronik tidak terpakai tapi saat ini semua menggunakanya. AC, TV, laptop, kipas  angin semuanya nonstop. Tentu pemakaian listrik juga menjadi naik. Dan selama covid mulai Februari sampai Mey tak ada petugas pencatat meteran yang datang. Tagihan yang kita bayar tetap besarnya seperti bulan Februari kalaupun ada kenaikkannya tidak signifikan sedangkan pemakaian listrik kita tiap harinya semakin naik," ujar Nora.

Belajar dari pengalaman ini, Nora pun mengajak seluruh anggota keluarga agar berhemat menggunakan listrik. Jika anak-anak sedang belajar luring, maka TV dimatikan. AC pun tidak dinyalakan.

"Agar anak-anak tidak protes karena panas, seluruh jendela dan pintu dibuka biar udara masuk. Sesekali ajak anak-anak belajar di teras atau di bawah pohon di pekarangan rumah, lebih fresh dan segar. Puji Tuhan, tagihan listrik kembali normal seperti semula," kata ibu empat anak ini.

Baca Juga:  Latihan Meminang di Kanal YouTube

GM PLN Riau Kepri, Tri Tjahjono menjelaskan bahwa kenaikan tagihan PLN pada bulan Juni merupakan akumulasi pemakaian listrik warga selama dua bulan terakhir. Selama bulan Maret dan April, masyarakat banyak yang melakukan Work From Home, selain itu juga bertepatan dengan bulan Ramadan yang banyak memerlukan penerangan di malam hari. Selama dua bulan tersebut, PLN tidak melakukan pencatatan kwh meter secara langsung ke rumah pelanggan. Melainkan menggunakan perhitungan rata-rata kwh meter.

“Menghadapi permasalahan ini kami tidak tinggal diam. Ada Solusi dari PLN. Kami memberikan keringanan untuk masyarakat dengan mengakumulasi pemakaian listrik sebenarnya pada bulan Juni sebesar 40 persen, bulan Juli sebesar 20 persen hingga 2 bulan berikutnya. Bagi warga yang ingin menyampaikan keluhannya bisa menyampaikan kepada kami melalui Whatsapp, PLN Mobile, Call Center 123, atau datang ke kantor cabang PLN terdekat. Kami minta maaf kepada warga yang merasa dirugikan atas tagihan yang dinilai melonjak. Hal itu terjadi karena real catatan yang sesungguhnya. Ternyata kenaikan begitu tajam,” jelas Tri panjang lebar.

Agar pasokan listrik terus menyala, PLN menggunakan minyak dan gas bumi sebagai salah satu bahan bakarnya. Semakin banyak masyarakat mengonsumsi listrik semakin besarlah bahan bakar yang digunakan sementara bahan bakar ini merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui.

"Alam mempunyai sistem yang kita lebih cepat mengurasnya daripada alam membuatnya. manusia lebih cepat memakainya daripada alam menyediakannya," ujar Pjs Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut Hariyanto Syafri kepada Riau Pos, kemarin.

Jangan salahkan alam, bila minyak dan gas bumi berkurang bahkan habis. Jika kita menggunakannya secara hemat maka ini bisa digunakan untuk jangka panjang.

Laporan: Henny Elyati (Pekanbaru)

Putra Lesmana (35) kaget luar biasa saat karyawan Alfamart mengatakan tagihan listrik yang harus dibayarnya bulan itu sebesar Rp785.690. Putra tidak percaya tagihannya bisa sebesar itu padahal di rumahnya tidak ada AC dan mesin cuci yang ada hanya kipas angin, TV, kulkas dan magiccom. Biasanya Putra hanya membayar tagihan berkisar Rp250 ribu hingga Rp300 ribuan, karena listrik di rumahnya 900 watt.

Putra pun meminta karyawan Alfamart untuk memeriksa ulang tagihannya. Walaupun sudah berulangkali diperiksa, tagihannya tidak berubah.

Warga Perumahan Bumi Garuda Sakti Damai, Pekanbaru ini batal membayarkan tagihan listriknya karena uang yang dimilikinya saat itu tidak lebih dari Rp500 ribu.

"Ini diluar logika, bagaimana bisa tagihan listrik saya melejit sedemikian tinggi. Naik 100 persen. Ada yang ngak benar nih dengan PLN. Sudah kondisi saat ini sulit akibat Covid-19 ditambah lagi dengan bengkaknya tagihan listrik," ujar Putra pada Riau Pos, beberapa waktu lalu.

Hal yang sama juga dialami Nixon. Warga Jalan Dwi Guna, Kecamatan Tampan, Pekanbaru ini tidak menerima tagihan listriknya naik 100 persen. Dia pun mendatangi kantor PLN dan minta rincian pemakainya di bulan Juni tersebut. Saat itu petugas meminta agar Nixon mencatat meteran KWH miliknya sehingga bisa diketahui apakah memang ada kesalahan pencatatan atau tidak. Jika KWH yang tertera lebih sedikit dari yang tertera di tagihan rekening maka tagihan bulan berikutnya akan dikurangi.

Baca Juga:  Afghanistan Diguncang Gempa M 6,1, 1.000 Jiwa Tewas, 1.500 Luka-Luka

"Saya ngak bisa berbuat apa-apa, karena saat datang ke kantor PLN, saya tidak melihat angka yang tertera di meteran. Tapi begitu saya pulang dan memeriksanya ternyata angkanya sesuai dengan tagihan. Yah mau tak mau saya bayar. Biasanya kena Rp600 ribuan kali ini di atas Rp1 juta," katanya.

Berbeda dengan Nora Herlinda. Walaupun warga Jalan Cipta Karya juga mengalami hal yang sama, dia menyadari tingginya tagihan listrik akibat pemakaian yang dilakukannya bersama keluarga.

"Wajar tagihan listrik naik. Saat covid ini semua dilakukan di rumah. Anak-anak belajar di rumah, orang tua bekerja dari rumah. Biasanya saat siang elektronik tidak terpakai tapi saat ini semua menggunakanya. AC, TV, laptop, kipas  angin semuanya nonstop. Tentu pemakaian listrik juga menjadi naik. Dan selama covid mulai Februari sampai Mey tak ada petugas pencatat meteran yang datang. Tagihan yang kita bayar tetap besarnya seperti bulan Februari kalaupun ada kenaikkannya tidak signifikan sedangkan pemakaian listrik kita tiap harinya semakin naik," ujar Nora.

Belajar dari pengalaman ini, Nora pun mengajak seluruh anggota keluarga agar berhemat menggunakan listrik. Jika anak-anak sedang belajar luring, maka TV dimatikan. AC pun tidak dinyalakan.

"Agar anak-anak tidak protes karena panas, seluruh jendela dan pintu dibuka biar udara masuk. Sesekali ajak anak-anak belajar di teras atau di bawah pohon di pekarangan rumah, lebih fresh dan segar. Puji Tuhan, tagihan listrik kembali normal seperti semula," kata ibu empat anak ini.

Baca Juga:  Habib Rizieq Shihab Dijadwalkan Langsung Istirahat di Petamburan

GM PLN Riau Kepri, Tri Tjahjono menjelaskan bahwa kenaikan tagihan PLN pada bulan Juni merupakan akumulasi pemakaian listrik warga selama dua bulan terakhir. Selama bulan Maret dan April, masyarakat banyak yang melakukan Work From Home, selain itu juga bertepatan dengan bulan Ramadan yang banyak memerlukan penerangan di malam hari. Selama dua bulan tersebut, PLN tidak melakukan pencatatan kwh meter secara langsung ke rumah pelanggan. Melainkan menggunakan perhitungan rata-rata kwh meter.

“Menghadapi permasalahan ini kami tidak tinggal diam. Ada Solusi dari PLN. Kami memberikan keringanan untuk masyarakat dengan mengakumulasi pemakaian listrik sebenarnya pada bulan Juni sebesar 40 persen, bulan Juli sebesar 20 persen hingga 2 bulan berikutnya. Bagi warga yang ingin menyampaikan keluhannya bisa menyampaikan kepada kami melalui Whatsapp, PLN Mobile, Call Center 123, atau datang ke kantor cabang PLN terdekat. Kami minta maaf kepada warga yang merasa dirugikan atas tagihan yang dinilai melonjak. Hal itu terjadi karena real catatan yang sesungguhnya. Ternyata kenaikan begitu tajam,” jelas Tri panjang lebar.

Agar pasokan listrik terus menyala, PLN menggunakan minyak dan gas bumi sebagai salah satu bahan bakarnya. Semakin banyak masyarakat mengonsumsi listrik semakin besarlah bahan bakar yang digunakan sementara bahan bakar ini merupakan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui.

"Alam mempunyai sistem yang kita lebih cepat mengurasnya daripada alam membuatnya. manusia lebih cepat memakainya daripada alam menyediakannya," ujar Pjs Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut Hariyanto Syafri kepada Riau Pos, kemarin.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari