MISNK (RIAUPOS.CO) – Belarusia dilanda kerusuhan politik seusai pemilihan presiden. Kerusuhan meluas akibat bentrokan antara para pendukung calon presiden Svetlana Tikhanovskaya dengan polisi pemerintah.
Svetlana Tikhanovskaya sendiri kemudian melarikan diri ke Lithuania setelah pemilu berakhir ricuh. Tikhanovskaya melarikan diri menyusul bentrokan di malam kedua dalam unjuk rasa menolak hasil pilpres pada Senin (10/8/2020) malam.
Menteri Luar Negeri Lithuania, Linas Linkevicius, mengatakan wanita 37 tahun itu saat ini dalam kondisi aman.
"Dia tampaknya merasakan tekanan dan tidak punya banyak pilihan selain meninggalkan negara itu," kata Linas Linkevicius seperti dikutip dari AFP.
Lithuania merupakan anggota Uni Eropa dan NATO, dan sama-sama pernah menjadi bagian dari Uni Soviet, memiliki sejarah memberikan perlindungan kepada tokoh oposisi Belarusia dan Rusia.
Tikhanovskaya mengklaim menang melawan Presiden Alexander Lukashenko. Petahana memenangi pemilu Belarus yang digelar pada Ahad (9/8) dengan perolehan angka cukup tajam.
Alexander Lukashenko diketahui meraih 80 persen dari total suara, sementara pemimpin oposisi yang merupakan mantan guru Bahasa Inggris itu hanya mendapat 9,9 persen suara.
Kemenangan ini menjadi yang keenam berturut-turut bagi Lukashenko, yang telah berkuasa sejak 1994.
Tikhanouskaya sendiri memutuskan maju setelah suaminya, seorang penulis blog yang antipemerintah dan telah berniat mencalonkan diri dalam pemilu itu, dipenjara.
Ribuan orang turun ke jalan ibu kota Minsk, mereka menuduh Lukashenko mencurangi pemungutan suara. Sedikitnya satu orang tewas dalam bentrokan antara polisi dengan pengunjuk rasa pada Senin malam.
Polisi dilaporkan menggunakan peluru karet, granat kejut dan gas air mata tetapi para demonstran melawan balik dengan melempari batu dan kembang api serta membuat barikade darurat.
Sumber: AFP/CNN/Daily Mail/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun