JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Persatuan Masyarakat Riau Jakarta (PMRJ) merasa kehilangan atas meninggalnya dr Andhika Kesuma Putera, M.Ked (P), Sp.P, FCCP di RS Columbia Asia Medan, pada Sabtu (1/8) lalu. Dokter spesialis dari Tembilahan, Indragiri Hilir, itu meninggal setelah diketahui positif Covid-19. Andhika (38) adalah dokter yang merawat pasien positif Covid-19 untuk wilayah Medan dan sekitarnya.
Wakil Ketua Umum PMRJ Denny Azlani Latief mengatakan kepergian dalam menjalankan tugas suci profesinya memberikan duka yang sangat mendalam bagi Riau, tanah kelahirannya. Menurut Denny, Ketua Umum PMRJ Gatot Eddy Pramono menyampaikan rasa duka yang mendalam dan kehilangan atas kepergian putra terbaik Riau tersebut.
"Dr Andhika wafat ketika menjalankan tugas suci dan mulia sebagai dokter, garda terdepan penanganan Covid-19. Riau dan Indonesia kehilangan putra terbaik," kata Denny, Senin, (3/8).
Dia menambahkan, atas nama organisasi PMRJ telah mengirimkan bantuan dana kepada istri almarhum.
"Ini sebagai bentuk atensi Ketua Umum dan jajaran pengurus PMRJ, semoga bisa sedikit membantu," kata Denny.
Andhika adalah alumni SMA Plus Riau angkatan pertama. Sebelumnya dia menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di MTSN 094 Tembilahan, dan menyelesaikan pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Andhika sebelumnya dirawat di RS Columbia Asia sejak dua minggu terakhir sebelum akhirnya meninggal dunia. Dokter muda yang dikenal familiar dan disenangi sesama rekannya ini diketahui sebagai staf Divisi Pulmonologi Intervensi dan Gawat Napas Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran USU. Saat ini, istri almarhum juga tengah berjuang dalam perawatan karena positif Covid-19 di RS Columbia Asia Medan.
Punya Akhlak dan Kepribadian Bagus
Guru biologi di SMA Plus Riau, Binarti Ningsi yang pernah mengajar alamarhum dr Andhika Kesuma Putera, M.Ked (P), Sp.P, FCCP mengatakan, almarhum adalah sosok yang mempunyai akhlak, kepribadian dan memiliki karakter yang bagus. Riau sangat kehilangan beliau.
Akhlak, kepribadian dan memiliki karakter yang bagus itu mungkin karena didikan dari orangtuanya yang bagus sehingga dia bisa membentuk karakternya. Bukan hanya dari SMA Plus atau dari lingkungan saja. Mungkin kalau dari sekolah atau dari lingkungan hanya beberapa persen saja.
"Siapapun yang datang ke dia (almarhum) minta tolong, dia akan senang hati menolongnya. Guru maupun siswa yang ada di SMA Plus ini sudah seperti adik angkat dan kakak angkatnya," ujar Binarti kepada Riau Pos, Senin (3/8).
Dilanjutkannya, jika kami siswa atau guru ada yang perlu dengan almarhum, dengan senang hati almarhum selalu membantu. Begitulah tingginya nilai sosialnya.
"Dia itu tidak pernah lupa dengan kami guru atau siswa di SMA Plus. Kami sangat kehilangan, karena kami kagum dengan almarhum. Karena tidak banyak orang yang seperti almarhum," ucapnya. Binarti menuturkan, terakhir berkomunikasi dengan almarhum itu tanggal 10 Juli melalui grup WhatsApp.
"Dia kalau mengobati orang itu tidak pelit informasi. Yang sangat senang dari dia itu adalah akhlak dan kepribadian yang bagus, dan otaknya yang cerdas. Tapi itulah umurnya tidak panjang karena Allah berkehendak lain," terangnya.
Diceritakannya, di SMA Plus itu almarhum memang sudah nampak bahwa dia itu memang memiliki kemapuan. Bahkan saya dengar dulu sesama temannya satu angkatan bertekad agar bisa kuliah diluar kota. Tidak mau di Riau.
"Alhamdulilah almarhum waktu setelah lulus di SMA Plus masuk ke Universitas Sumatera Utara (USU). Beliau juga sangat mudah berkomunikasi dengan kami, ketika diundang ke sekolah memberikan motivasi kepada adik-adiknya," kata Binarti.
Ditambahkannya, dia adalah orang yang termasuk yang paling cepat menyelesaikan kuliah di kedokteran. Dia memiliki kecerdasan emosional yang bagus, kecerdasan sosialnya luar biasa dan spiritualnya juga bagus. Almarhum merupakan angkatan pertama di SMA Plus.(yus/dof)