PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — JUMLAH pasien positif Covid-19 di Provinsi Riau terus bertambah. Terbaru, ada penambahan sebanyak 50 orang pada Senin (3/8). Ini merupakan rekor baru penambahan kasus harian sejak pandemi di Bumi Lancang Kuning sekitar lima bulan lalu.
Anggota Komisi V DPRD Riau Ade Hartati, yang membidangi kesehatan menyebut melonjaknya penambahan pasien positif dikarenakan tidak adanya konsistensi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau dalam menekan angka penyebaran virus. Bahkan menurut Ade, upaya yang telah dilakukan tidak mampu memutus mata rantai pandemi.
"Kondisi ini sebagai bentuk tidak adanya konsistensi upaya pemerintah dalam menekan penyebaran epidiomologi Covid-19," sebut Ade.
Saat ditanya perihal upaya yang telah dilakukan pemprov, Ade berpendapat hanya setakat memperlambat waktu penyebaran. Bahkan PSBB yang telah diterapkan dengan tanpa melakukan grand design atau upaya seperti pencegahan, penanganan, serta pengendalian sia-sia dilakukan.
"Untuk itu pemprov harus segera melakukan kordinasi serta sinkronisasi dengan seluruh kabupaten/kota dan melakukan segala upaya daya dalam meminimalisir penyebaran Covid-19. Anggaran yang sudah direlokasi harus terukur dan bisa dipertanggung jawabkan peruntukannya," ujarnya.
Anggota Komisi V DPRD Riau lainnya Muhammad Adil mengaku kecewa dengan kinerja Gubernur Riau dalam menangani penyebaran Covid-19. Bahkan wakil rakyat asal Kepulauan Meranti itu menilai kepala daerah lalai dalam bertindak.
"Kalau saya melihat ini lalai. Kalau tidak mampu Pak Gubernur harus ngomong. Tinggal bilang ke DPRD," ujar Adil.
Menurut dia, Gubri sebagai pemimpin tertinggi di Bumi Lancang Kuning bisa mengambil sikap cepat tanggap dan tepat sasaran. Sehingga masyarakat merasa betul-betul dipimpin. Bahkan dia memperingatkan, jangan sampai seluruh masyarakat terjangkit baru ada tindakan nyata dari pemerintah daerah.
Sementara pengamat kebijakan publik Khairul Amri menilai, harus adanya terobosan baru yang mampu menekan angka pasien Covid-19. Katanya, swab itu bagus karena mendeteksi secara dini. Sebab, dapat mencari siapa yang terjangkit ataupun reaktif.
"Kendati begitu, perlu adanya swab yang berkelanjutan. Jika dibiarkan, dapat terus meningkat seperti sekarang ini. Kita hanya menunggu dan menghitung penambahan pasien. Harusnya jika ada kenaikan dievaluasi dan sebisa mungkin menurunkan angka pasien positif atau pasien sembuh," tegasnya lagi.
Katanya lagi, rapid test pun harus dilakukan seperti di perbatasan. Serta perpindahan tempat duduk pun harus dikaji ulang seperti di bandara maupun fasilitas umum. Disinggung, kerja pemerintah terkait pengiriman sampel daerah yang lambat dan biaya, Amri menjawab, kita terlalu terbuai dengan new normal. Sosialisasi new normal menurutnya, tidak sampai secara utuh ke publik. Sehingga publik merasa bahwa saat ini sudah normal.
"Protokol kesehatan tetap harus dipatuhi saat new normal. Pertimbangannya karena saat PSBB ekonomi lumpuh. Maka, sosialisasi new normal yang belum maksimal agar digaungkan atau didengungkan ulang," ujarnya.
Dengan disampaikan ulang pada publik, maka publik benar-benar dapat mematuhi protokol kesehatan.
"Pemerintah melalui humas menggaungkan ke masyarakat. Jangan sampai pemerintah terlena, itu lebih kacau. Sebab, pemerintah punya tanggung jawab terkait keselamatan dan kesehatan," tuturnya.
Contoh Sumbar
Di bagian lain, Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar menyebut bahwa tingginya angka penambahan pasien positif Covid-19 di Riau belakangan ini, akibat adanya pelaksanaan swab massal di beberapa daerah di Riau. Swab massal ini dilakukan sebagai salah satu upaya memutus rantai penularan Covid-19.
"Sumbar (Sumatera Barat, red) awalnya penambahan kasus positif hariannya jauh di atas Riau. Saat ini mereka terbilang berhasil menekan angka penularan Covid-19 karena kerap melakukan swab massal. Penduduk Sumbar tidak sampai tujuh juta orang, atau tidak sebanyak Riau," kata Gubri, Senin (3/8).
Dengan jumlah penduduk yang tidak sebanyak Riau, saat ini Sumbar sudah melakukan swab ke lebih dari 50 ribu orang. Sementara di Riau, dari sekitar tujuh juta penduduk, baru melakukan swab sebanyak 24.974.
"Artinya jika kita melakukan swab yang banyak, di semua kalangan terutama pada pelayanan masyarakat, ini akan jadi solusi untuk memutuskan rantai penyebaran Covid 19," sebutnya.
Memang diakui Gubri, setelah dilakukan swab massal mungkin akan terjadi peningkatan jumlah pasien positif, namun menurutnya hal tersebut tidak masalah. Karena lebih baik diketahui lebih awal.
"Buat apa kita tutup-tutupi hasil swab ini, untuk menghindari ketahuan Covid-19, tapi pada suatu saat terjadi ledakan itu yang lebih berbahaya," ujarnya.
Menurut Gubri, saat ini jumlah pasien positif Covid-19 yang masih dirawat di Riau sebanyak 161 orang. Sementara itu, kapasitas rumah sakit hanya 658 tempat tidur. Jika tidak dilakukan antisipasi sejak saat ini, dikhawatirkan akan terjadi ledakan kasus.
"Kalau sempat kita tidak mempersiapkan dari awal, seperti dilakukan swab yang begitu banyak, saya khawatir terjadi yang tidak kita harapkan seperti di Jakarta dan Jawa Timur," katanya.
Untuk itu, Gubri menjelaskan bahwa pelaksanaan swab ini dilakukan agar dari awal diketahui, seperti sekarang Sumbar, setelah dilakukan swab massal penambahan kasusnya tidak banyak.
"Saya ingin Riau seperti itu. Karena pada 15 Juli lalu saat pertemuan kepala daerah dengan Presiden, keberhasilan Sumbar dihargai Presiden. Artinya upaya itu jadi salah satu solusi untuk memutus rantai penyebaran," sebutnya.
Menurut Gubri, semakin banyak melakukan swab semakin bagus. Tidak ada masalah saat ini angka positif banyak di Riau, namun harapannya setelah itu nanti angka penularan akan melandai.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau Mimi Yuliani Nazir menginformasikan, adanya penambahan 50 pasien positif Covid-19 di Riau per hari Senin (3/8). Penambahan pasien positif tersebut terbanyak dari Kabupaten Rokan Hilir (Rohil).
"Dengan adanya penambahan 50 pasien positif Covid-19, total pasien positif di Riau saat ini sebanyak 506 pasien dari sebelumnya 456 pasien," katanya.
Untuk rincian penambahan pasien positif Covid-19 tersebut, 18 di antaranya dari Rohil. Yakni berinisial MR (22), MS (34), PS (21), S (47), AI (21), D (28), FS (39), HM (58), EE (25), MM (41), NA (22), NP (31), R (36), RN (30), RS (22), SP (29), S (47), S (52).
"Sembilan Pelalawan, yakni masing-masing berinisial B (31), IS (2), J (53), MS (23), R (40), WN (18), ZH (30), J (50) dan BJ (30). 10 orang dari Siak yakni AA bayi berusia 16 hari, K (44), M (70), SC (29), ST (34), FN (23), RH (31), D (50), A (44), A (47)," sebutnya.
Kemudian, ujar Mimi, tujuh pasien positif dari Kampar yakni RH bayi berusia delapan bulan, S (40), E (35), LR (40), RH (41), Z (34) dan HK (19). Tiga warga Pekanbaru yakni SB (60), SH (59) dan IH (31). Kemudian masing-masing satu pasien dari Bengkalis yakni FA (27) dan satu dari Kuantan Singingi yakni AS (52) yang telah meninggal dunia.
"Juga terdapat penambahan satu pasien positif yang merupakan warga Provinsi Lampung yang saat ini sudah dirawat di Pekanbaru, yakni AR (43)," sebutnya.