LHOKSEUMAWE (RIAUPOS.CO) — Tim medis Aksi Cepat Tanggap (ACT) melakukan pelayanan kesehatan di kamp pengungsi Rohingya di Gedung Imigrasi, Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe, Sabtu (4/2/2020).
Layanan ini dilengkapi dengan kehadiran ambulans pre-hospital untuk kondisi darurat.
Relawan melayani konsultasi kesehatan bagi warga yang ada di sana, tak terkecuali Syuhail seorang bocah pengungsi Rohingya yang berusia 10 tahun.
Relawan MRI-ACT Lhokseumawe Julia Pitri menjelaskan petunjuk pemakaian obat batuk kepada Syuhail.
Kalimatnya pendek-pendek.
Pandangannya sesekali berganti ke arah Syuhail dan penerjemah bernama Ziabur Rahman.
"Sebelum diminum, dikocok dulu ya. Lalu dicampur air putih. (Diminum) sehabis makan," kata Julia, tangannya mengayun botol ke atas-bawah secara cepat.
Julia lalu menuliskan dengan spidol aturan kali pemakaian di kemasan pembungkus botol. Tulisannya cukup besar: 3×1.
Julia berharap orangtua Syuhail hadir di situ. Ia khawatir Syuhail tidak meminum obat secara rutin atau ada dosisnya kurang tepat.
Namun, Syuhail memang seorang diri dalam kelompok Rohingya yang terdampar di pesisir Aceh Utara Rabu pekan lalu. Syuhail tanpa orangtua.
"Mohon bantuannya ya Pak, dipantau minum obatnya," kata Julia sembari menyerahkan obat milik Syuhail kepada Ziabur Rahman.
Menurut pemeriksaan dr Separta Graha, relawan dokter ACT yang bertugas hari itu, kondisi sejumlah anak memang masih sedikit kelelahan, efeknya bisa batuk, termasuk pengungsi dewasa.
Hal itu bisa disebabkan kondisi lingkungan.
"Kami meminta para pengungsi istirahat yang cukup, minum air putih, dan makan yang baik," kata dokter dari rumah sakit PMI tersebut.
Tim Medis ACT untuk pengungsi Rohinya Melza menerangkan, selain layanan kesehatan berkala, ACT juga menyiagakan ambulans pre-hospital yang berangkat langsung dari Jakarta bersama tiga armada kemanusiaan lain.
Sesuai koordinasi dengan tim medis berbagai lembaga yang ada di kamp pengungsian, ambulans pre-hospital ACT dinilai memiliki fasilitas memadai berupa oksigen, ventilator, monitor elektrokardiogram, suction, dan peralatan mendukung lainnya.
"Ambulans Pre-Hospital ACT juga steril sehingga memungkinkan melakukan bedah ringan di dalam. Kabin juga dilengkapi lampu bedah dan CCTV untuk memantau perawatan yang dilakukan paramedis di dalam ambulans," jelas Melza.
ACT pun menggandeng relawan dokter dan perawat di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe dalam pelayanan kesehatan.
"Kami juga membawa stok obat dari Jakarta," lanjut perawat lulusan Universitas Andalas itu.
Kesehatan pengungsi memang jadi perhatian. Datang di kala pandemi Covid-19, saat tiba di Aceh Rabu pekan lalu, para pengungsi pun langsung menjalani tes cepat oleh otoritas kesehatan Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.
Laporan: Eko Faizin (Pekanbaru)
Editor: Eka G Putra