Minggu, 10 November 2024

Erick Thohir Minta LEN, Pindad, dan PTDI Produksi Ventilator

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta tiga BUMN yaitu PT LEN (Persero), PT Pindad (Persero) dan PTDI (Persero), memproduksi alat bantu pernapasan atau ventilator. Sebab, ventilator sangat penting dalam penanganan Covid-19.

Kementerian BUMN juga menunjuk PT Indofarma untuk menyerap dan mendistribusikan ventilator produksi ketiga BUMN yang bergerak di sektor industri pertahanan tersebut.

- Advertisement -

"Mudah-mudahan juga apa yang dilakukan para pembuat ventilator lokal dari UI, BPPT, ITS, ITB, Balitbang ESDM dan beberapa perusahaan swasta nasional yang akan disinergikan dengan industri pertahanan kita. Saya kemarin coba kontak yang ada di industri pertahanan untuk coba sinergikan," kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangannya, Kamis (16/4).

Erick melihat ketergantungan bahan baku obat dan alat kesehatan Indonesia dari luar negeri sangat tinggi. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan ketika terjadi wabah seperti Covid-19.

Baca Juga:  Menpora Jadi Tersangka, Jokowi: Saya Hormati Keputusan KPK

"Seperti yang presiden sampaikan, kita tidak bisa bergantung pada luar negeri, karena negara kita sangat besar. Saat ini, 90 persen bahan baku untuk industri obat kita dari luar negeri, demikian juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri," tuturnya.

- Advertisement -

Erick pun berupaya mengikis ketergantungan impor bahan baku obat dan alat kesehatan dengan mendorong produksi lokal. Bahkan di beberapa kesempatan, ia berkali-kali menyampaikan, BUMN harus bisa mewujudkan food security (ketahanan pangan), energy security (ketahanan energi), dan health security (ketahanan kesehatan).

"Kalau hari ini kita impor 90 persen, tahun depan 70 persen, tahun depannya lagi 50 persen. Saya tidak antiimpor, ada beberapa yang tidak bisa dilakukan, tapi yang kita bisa lakukan, harus bisa dilakukan," tambahnya.

Baca Juga:  KPK Cari Sosok Terbaik untuk Isi 6 Jabatan Strategis

Kementerian BUMN mulai melakukan konsolidasi penguatan ketahanan kesehatan dengan menggabungkan sekitar 70 rumah sakit milik BUMN. Hal serupa juga diterapkan pada BUMN-BUMN yang bergerak di bidang farmasi. Konsolidasi RS BUMN saat ini mampu menghasilkan 2.375 kamar yang siap melayani pasien Covid-19.

"Tidak di situ saja, dari (BUMN) farmasi juga kita gabungkan. Yang sedang kita review adalah, bagaimana ini bisa menjadi supply chain dengan RS BUMN ke depan," tegasnya.

Erick menilai sudah saatnya Indonesia serius mendorong ketahanan kesehatan dengan membuat bahan baku obat dan alat kesehatan sendiri. Dengan begitu, menurutnya, Indonesia tak perlu selalu melakukan impor untuk bahan baku obat dan alat kesehatan.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta tiga BUMN yaitu PT LEN (Persero), PT Pindad (Persero) dan PTDI (Persero), memproduksi alat bantu pernapasan atau ventilator. Sebab, ventilator sangat penting dalam penanganan Covid-19.

Kementerian BUMN juga menunjuk PT Indofarma untuk menyerap dan mendistribusikan ventilator produksi ketiga BUMN yang bergerak di sektor industri pertahanan tersebut.

- Advertisement -

"Mudah-mudahan juga apa yang dilakukan para pembuat ventilator lokal dari UI, BPPT, ITS, ITB, Balitbang ESDM dan beberapa perusahaan swasta nasional yang akan disinergikan dengan industri pertahanan kita. Saya kemarin coba kontak yang ada di industri pertahanan untuk coba sinergikan," kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangannya, Kamis (16/4).

Erick melihat ketergantungan bahan baku obat dan alat kesehatan Indonesia dari luar negeri sangat tinggi. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan ketika terjadi wabah seperti Covid-19.

- Advertisement -
Baca Juga:  Tak Lagi Diberi Jabatan di Mendikbud , Muhammadiyah Ungkapkan kekecewaan

"Seperti yang presiden sampaikan, kita tidak bisa bergantung pada luar negeri, karena negara kita sangat besar. Saat ini, 90 persen bahan baku untuk industri obat kita dari luar negeri, demikian juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri," tuturnya.

Erick pun berupaya mengikis ketergantungan impor bahan baku obat dan alat kesehatan dengan mendorong produksi lokal. Bahkan di beberapa kesempatan, ia berkali-kali menyampaikan, BUMN harus bisa mewujudkan food security (ketahanan pangan), energy security (ketahanan energi), dan health security (ketahanan kesehatan).

"Kalau hari ini kita impor 90 persen, tahun depan 70 persen, tahun depannya lagi 50 persen. Saya tidak antiimpor, ada beberapa yang tidak bisa dilakukan, tapi yang kita bisa lakukan, harus bisa dilakukan," tambahnya.

Baca Juga:  Virus Corona Membelah Diri dengan Cepat di Tenggorokan Manusia

Kementerian BUMN mulai melakukan konsolidasi penguatan ketahanan kesehatan dengan menggabungkan sekitar 70 rumah sakit milik BUMN. Hal serupa juga diterapkan pada BUMN-BUMN yang bergerak di bidang farmasi. Konsolidasi RS BUMN saat ini mampu menghasilkan 2.375 kamar yang siap melayani pasien Covid-19.

"Tidak di situ saja, dari (BUMN) farmasi juga kita gabungkan. Yang sedang kita review adalah, bagaimana ini bisa menjadi supply chain dengan RS BUMN ke depan," tegasnya.

Erick menilai sudah saatnya Indonesia serius mendorong ketahanan kesehatan dengan membuat bahan baku obat dan alat kesehatan sendiri. Dengan begitu, menurutnya, Indonesia tak perlu selalu melakukan impor untuk bahan baku obat dan alat kesehatan.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari