JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Badan Gizi Nasional (BGN) menutup sementara 56 dapur penyedia Program Makan Bergizi Gratis (MBG) karena diduga lalai hingga memicu kasus keracunan massal. Salah satunya terjadi di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, yang mencatat 314 kasus keracunan.
Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang, menegaskan langkah ini diambil demi keselamatan penerima manfaat. “Nonaktif sementara adalah bagian evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang. Setiap SPPG wajib mematuhi standar keamanan pangan,” ujarnya.
BGN kini menunggu hasil uji laboratorium BPOM sebelum memutuskan sanksi terhadap mitra penyelenggara. Selain itu, kanal aduan masyarakat dibuka untuk memperkuat pengawasan.
Namun di lapangan, persoalan program MBG terus bermunculan. Di Kepulauan Meranti, program dihentikan sejak Senin (29/9) karena masalah teknis peralihan administrasi. Akibatnya, 2.995 siswa di 11 sekolah kehilangan jatah makan siang gratis. Korwil Pendidikan Tebingtinggi, Risdianto MPd, khawatir penghentian terlalu lama akan merugikan siswa.
Di Bengkalis, wali murid SDN 4 mengeluhkan menu MBG yang dibagikan dalam kondisi tak layak konsumsi. Beberapa siswa menyebut makanan berbau basi, sementara buah semangka yang disajikan banyak yang busuk. Meski pihak sekolah menyebut masalah berasal dari bau sayur taoge, para orang tua menilai perlu ada uji rasa lebih dulu sebelum dibagikan ke siswa.
Kepala Dapur SPPG Desa Pedekik, Muhammad Hidayat, membantah makanan basi namun berjanji akan mengevaluasi menu yang disajikan. “Kalau memang ada laporan, tentu akan kami perbaiki ke depannya,” katanya.
Wakil Ketua DPRD Bengkalis, Hendrik Firnanda Pangaribuan, menilai kasus ini menunjukkan pengelolaan program MBG masih amburadul. Ia menegaskan standar operasional memasak dan distribusi sudah jelas, namun di lapangan kerap dilanggar. “Jangan main-main dengan kesehatan generasi bangsa. DPRD akan turun langsung sidak dapur MBG,” tegasnya.