Sejak remaja, Samsul, warga Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) sudah membantu orang tuanya berkebun kelapa. Ia pun jarang pergi keluar daerah karena fokus berkebun.
Suatu hari, ia mendapat tawaran pekerjaan dari temannya Tapoy untuk menjadi anak buah kapal (ABK) dengan pendapatan yang tergolong sangat lumayan.
Samsul pun mencoba pekerjaan baru tersebut, meski menurutnya sangat asing karena tidak terbiasa atau tidak pernah sama sekali hidup di perairan.
Samsul pun menyampaikan kepada teman-temannya jika dalam waktu dekat akan berangkat bekerja sebagai pelayar lintas provinsi, yaitu Tembilahan-Batam dan sebaliknya.
”Lusa aku pergi ikut kapal, bawa kelapa ke batam, pulang ke Tembilahan bawa barang-barang,” kata Samsul sambil berpamitan.
Mendengar itu, temannya bernama Wewel menjawab, ”Tahan juga kah, Sul? Awak tak pernah kerja di kapal, nanti mabuk laut”.
”Amanlah, coba pekerjaan baru,” sahut Tapoy.
Wewel yang sudah sejak kecil mengetahui karakter Samsul pun tidak yakin jika Samsul betah bekerja di kapal. ”Aku tahu tak kan kuat, kalau kuat satu bulan aja aku potong kambing, kita makan sama-sama,” ujar Wewel membuat taruhan.
”Betul ya, kita hitung 30 hari dari tanggal keberangkatan. Pokoknya sebulan pas langsung potong kambing,” sambung Tapoy semangat.
Singkat cerita, waktu berlalu, Samsul pun sudah berangkat bekerja di kapal, teman-temannya menunggu genap satu bulan Samsul berangkat.
Sekitar 23 hari dari perjanjian tersebut, Samsul pun pulang ke kampung halaman dan kembali bertemu teman-temannya.
”Ngapa pulang, Sul?” tanya Tapoy.
”Tak tahan aku, mabuk laut, terus suntuk di atas kapal berhari-hari,” jawab Samsul.
”Alamaaaak….!!! Batal Wewel potong kambing kalau kayak gini, aturan genapkanlah satu bulan,” ujar Tapoy.
Wewel yang mengerahui Samsul telah berhenti bekerja pun ketawa sejadi-jadinya.
”Dah aku bilang, takkan sanggup satu bulan kerja di kapal. Syukurlah pulang, tak jadi potong kambing aku, tak hilang 2 juta duit aku,” kata Wewel.(*2)