Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Cabai Merah Sumbang InflasiTerbesar Riau

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Tahun 2019, terjadi peningkatan inflasi di Provinsi Riau dibandingkan dengan tahun lalu, meskipun secara rata-rata inflasi tersebut masih tercatat lebih rendah dibandingkan provinsi penghasil seperti Sumatera Utara. Komoditas cabai merah, daging ayam ras dan bawang merah menjadi penyumbang terbesar inflasi di Riau. 

Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia (BI) Riau Decymus. Ia juga mengatakan komoditas tersebut menjadi fokus utama agar inflasi tidak menggerus daya beli masyarakat. "Cabai merah, daging ayam ras, dan bawang merah yang menjadi komoditas pangan penyumbang terbesar inflasi Riau," katanya, Kamis (2/1).

Decymus menjelaskan, Riau dihadapkan pada tantangan lengendalian inflasi. Hal ini disebabkan Riau menempati posisi bukan sebagai daerah penghasil komoditas pangan. Selain itu juga terjadi persaingan usaha yang tidak sehat, struktur harga yang tidak wajar, serta keadaan cuaca yang kurang kondusif. 

Baca Juga:  Antisipasi Balap Liar di Enam Titik Rawan

"Pada komoditas cabai merah dan bawang merah, terlihat bahwa pedagang besar mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi struktur harga. Dalam hal ini, pedagang besar cenderung mengambil margin besar pada saat harga meningkat," papar Decymus.  Menurut Decymus untuk komoditas daging ayam, pedagang besar cenderung mempertahankan margin. Meskipun masih terdapat indikasi penguasaan pasar oleh produsen besar melalui kartel karena struktur pasar yang bersifat oligopoli.

Menghadapi dinamika cuaca, lanjut dia, terlihat bahwa komoditas cabai merah dan bawang merah banyak dipengaruhi oleh kondisi cuaca provinsi penghasil. Diperkirakan pada tahun 2020 akan terjadi dua kali musim kemarau, terutama di kawasan ekuator yang secara empiris menurunkan produksi secara signifikan. “Tentunya hal ini perlu kita antisipasi,” ujarnya.

Baca Juga:  Terjadi di Dishub, Hati-hati Penipuan Penerimaan THL Mengatasnamakan Dinas

Dengan berbagai tantangan di atas, sinergi dan koordinasi antar lembaga akan menjadi faktor kunci agar inflasi tetap terkendali, khususnya untuk bahan makanan yang mudah bergejolak (volatile food). "Dengan sinergi tersebut, kami memperkirakan inflasi Riau pada tahun 2020 dapat dijaga," ujarnya.(*2/aga)

Laporan DENNI ANDRIAN, Pekanbaru

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Tahun 2019, terjadi peningkatan inflasi di Provinsi Riau dibandingkan dengan tahun lalu, meskipun secara rata-rata inflasi tersebut masih tercatat lebih rendah dibandingkan provinsi penghasil seperti Sumatera Utara. Komoditas cabai merah, daging ayam ras dan bawang merah menjadi penyumbang terbesar inflasi di Riau. 

Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia (BI) Riau Decymus. Ia juga mengatakan komoditas tersebut menjadi fokus utama agar inflasi tidak menggerus daya beli masyarakat. "Cabai merah, daging ayam ras, dan bawang merah yang menjadi komoditas pangan penyumbang terbesar inflasi Riau," katanya, Kamis (2/1).

- Advertisement -

Decymus menjelaskan, Riau dihadapkan pada tantangan lengendalian inflasi. Hal ini disebabkan Riau menempati posisi bukan sebagai daerah penghasil komoditas pangan. Selain itu juga terjadi persaingan usaha yang tidak sehat, struktur harga yang tidak wajar, serta keadaan cuaca yang kurang kondusif. 

Baca Juga:  Pascatemuan Peredaran Narkoba, Pemko Pekanbaru Tutup dan Cabut Izin Queen Club

"Pada komoditas cabai merah dan bawang merah, terlihat bahwa pedagang besar mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi struktur harga. Dalam hal ini, pedagang besar cenderung mengambil margin besar pada saat harga meningkat," papar Decymus.  Menurut Decymus untuk komoditas daging ayam, pedagang besar cenderung mempertahankan margin. Meskipun masih terdapat indikasi penguasaan pasar oleh produsen besar melalui kartel karena struktur pasar yang bersifat oligopoli.

- Advertisement -

Menghadapi dinamika cuaca, lanjut dia, terlihat bahwa komoditas cabai merah dan bawang merah banyak dipengaruhi oleh kondisi cuaca provinsi penghasil. Diperkirakan pada tahun 2020 akan terjadi dua kali musim kemarau, terutama di kawasan ekuator yang secara empiris menurunkan produksi secara signifikan. “Tentunya hal ini perlu kita antisipasi,” ujarnya.

Baca Juga:  Dinas PUPR Janji Akan Cek Kerusakan Jalan Nenas

Dengan berbagai tantangan di atas, sinergi dan koordinasi antar lembaga akan menjadi faktor kunci agar inflasi tetap terkendali, khususnya untuk bahan makanan yang mudah bergejolak (volatile food). "Dengan sinergi tersebut, kami memperkirakan inflasi Riau pada tahun 2020 dapat dijaga," ujarnya.(*2/aga)

Laporan DENNI ANDRIAN, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari