LABURA (RIAUPOS.CO) — Bupati Labuhanbatu Utara (Labura), Kharuddin Syah Sitorus, terjatuh dan tercebur ke arus sungai Siria-ria di Desa Pematang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labura, yang sedang deras. Insiden itu terjadi saat orang nomor satu di Labura tersebut ingin menyeberangi sungai lewat jembatan darurat,hendak meninjau korban banjir bandang di dua desa di Labura, Selasa (31/12) lalu.
Kejadian ini terekam dalam sebuah video yang diupload ke media sosial. Kontan saja video itu menjadi viral. Peristiwa semula ketika Bupati Kharuddin bersama rombongan mendatangi lokasi yang terdampak banjir bandang. Dalam video tampak Bupati berjalan kaki di antara serakan puing material yang terbawa arus banjir bandang di tepian sungai tersebut.
Ketika hendak menyeberangi sungai yang berarus deras dan bercampur lumpur pekat, Bupati yang mengenakan topi hitam dan kaos hitam bergambar tengkorak berjalan melewati jembatan kecil yang terbuat dari dua bilah bambu dengan pegangan berupa seutas tambang.
Tepat berada di tengah, diduga jembatan darurat itu bergoyang. Akibatnya Bupati kehilangan keseimbangan. Ia tercebur ke dalam arus dan nyaris hanyut. Beruntung, ia tetap berpegangan dengan tali jembatan. Ajudan dan sejumlah aparat kepolisian kontan turun ke sungai melakukan evakuasi.
Kepala Dinas Kominfo Labura, Sugeng, membenarkan peristiwa itu. Dikonfirmasi, menyebutkan saat itu Bupati hendak menjenguk warganya yang tertimpa musibah banjir bandang. "Bupati hendak menjenguk warga Desa Pematang," kata Sugeng.
Akibat terjatuh ke sungai, bupati menjadi basah kuyup. Namun tidak ada luka.
"Bupati selalu peduli dan empati kepada warga. Khususnya, akibat kejadian banjir bandang yang menimpa warga Labura," jelasnya.
Sugeng mengatakan, Tim Search and Rescue (SAR) sedang menyisir lokasi banjir bandang mencari satu keluarga yang hilang diduga terseret arus air. Satu keluarga terdiri ayah, ibu dan tiga anaknya dinyatakan hilang setelah terjadi banjir bandang yang melanda dua desa. Yakni Desa Hatapang dan Desa Pematang, kecamatan NA IX-X, Labura.
"Satu keluarga yang dinyatakan hilang sedang dicari. Apakah terbawa arus air atau gimana," ucapnya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut, Dana Tarigan, menjelaskan banjir bandang diduga dipicu rusaknya sistem ekologi kawasan tersebut. Pemerintah setempat diminta agar menjelaskan pemicu bencana itu. "Jika ekologi sudah rusak, maka terjadi banjir bandang. Jangan selalu menyalahkan hujan. Tetapi karena daya tampung air tidak seimbang disebabkan alam sudah kritis," jelasnya.
Menurutnya, Pemkab Labura mesti melakukan investigasi menyelidiki penyebab banjir bandang. Karena banjir membawa banyak gelondongan kayu. "Jika di hulu sungai terjadi tindak kejahatan ilegal logging, agar diproses sesuai hukum," tegasnya.
Jika Pemkab setempat tidak mengindahkan dan mempublikasikan penyebab banjir bandang, ia menyebutkan, Walhi Sumut akan turun ke lokasi dan melakukan investigasi. Dan jika ditemukan indikasi kejahatan lingkungan, akan dilanjutkan ke proses hukum.
Banjir bandang yang menerjang tiga desa di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) terindikasi akibat adanya pembalakan liar hutan di wilayah itu. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengaku segera mendalami pemicu banjir bandang yang membawa banyak kayu gelondongan itun
"Mengingat banyaknya potongan-potongan kayu, berarti ada sesuatu (dugaan illegal logging). Tapi ini harus dibuktikan. Ada sesuatu di atas, nanti dicek," katanya didampingi Wagubsu, Musa Rajekshah, menjawab wartawan di Kantor Gubernur Sumut, Selasa (31/12).
Edy mengaku sudah memerintahkan jajaran terkait guna mengecek lokasi hutan yang rusak di Labura. Jika ditemukan ada penebangan secara ilegal, baik oleh masyarakat maupun perusahaan, ia berjanji menyeretnya ke ranah pidana.
Berdasarkan laporan yang ia terima, saat ini situasi di Labura usai banjir melanda sudah membaik. Lima korban hilang belum ditemukan sampai dengan saat ini.
Ia juga meminta Pemkab Labura untuk merelokasi warga yang berada di desa yang mengalami kerusakan terparah. "Dua desa yang cukup parah, mungkin nanti akan direlokasi," ujarnya.
Pemprov sendiri, sambung dia, sudah bertindak cepat guna memberi bantuan kepada korban yang terkena banjir. Selain logistik dan alat berat, juga telah membentuk posko utama yang dibantu personel TNI dan Polri. "Tim sudah di sana, kemudian logistik sudah disalurkan. Lalu alat berat juga sudah diturunkan," katanya.
Diberitakan sebelumnya, banjir bandang di Dusun Siria-ria A dan B, Desa Pematang dan Desa Hatapang, Kecamatan NA IX-IX, Kabupaten Labura, telah meluluhlantakkan beberapa desa, menghanyutkan sejumlah rumah, jembatan penyeberangan orang, jalan raya, dan areal pertanian.
Kemarin, Gubsu rencananya berangkat meninjau desa yang dilanda banjir. Namun karena helikopter milik Bansarnas tidak bisa diterbangkan, Gubsu harus melalui jalur darat yang memakan waktu tempuh lama.
BPBD Sumut sendiri telah menurunkan Tim Search and Rescue (SAR) untuk melakukan pencarian terhadap lima orang yang hilang, diduga terbawa banjir bandang di tiga desa di Labura.
"Pencarian masih berlangsung. Tim SAR sejak pukul 06.00 WIB tadi sudah bergerak mencari di lokasi," kata Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis.
Kelima orang sekeluarga itu terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang anak rumah mereka terbawa banjir bandang.(prn/fdh/rpg)