Menjadi seorang guru tidaklah mudah, selain disibukkan dengan administrasi pembelajaran, guru juga dihadapkan berbagai karakter siswa dalam proses pembelajaran. Semua dinamika itu unik, suatu waktu guru akan menemukan suasana yang membanggakan, menyenangkan, amarah, dan senyuman dari pola tingkah laku pada setiap individu siswa.
Guru sebagai pemegang otoritas dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas harus bisa menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat betah belajar di sekolah, sehingga ilmu pengetahuan yang ditransfer oleh guru dapat diserap dan dapat dipahami serta dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Guru sebagai motivator harus mampu menumbuhkan dan merangsang semua potensi yang terdapat pada siswanya serta mengarahkan agar mereka dapat memanfaatkan potensinya tersebut secara tepat, sehingga siswa dapat belajar dengan tekun untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Kondisi inilah yang menyebabkan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa.
Pembelajaran yang berorientasi kepada siswa bertujuan agar dapat menimbulkan motivasi intrinsik pada diri siswa. Maksudnya bahwa motivasi siswa dapat timbul tanpa perlu adanya rangsangan dari luar karena di dalam diri mereka sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya siswa yang memiliki minat membaca. Timbulnya minat membaca dari dalam diri siswa atas kesadarannya sendiri. Ia rajin mencari buku-buku yang ingin dibacanya. Keinginan untuk membaca timbul karena dorongan dan kesadaran dari dalam dirinya sendiri, jadi siswa tidak terus-terusan dijejali dengan perintah atau instruksi untuk melakukan aktivitas membaca.
Sebagai seorang siswa rasa lelah, jenuh dan beberapa alasan lain bisa muncul setiap saat. Di sinilah unsur guru sangat penting dalam memberikan motivasi, mendorong dan memberikan respons positif guna membangkitkan kembali semangat siswa yang mulai menurun. Guru sebagai alat pembangkit motivasi (motivator) bagi peserta didiknya, yaitu :
Bersikap terbuka, artinya bahwa seorang guru harus dapat mendorong siswanya agar berani mengungkapkan pendapat dan menanggapinya dengan positif. Guru juga harus bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan tiap siswanya. Dalam batas tertentu, guru berusaha memahami kemungkinan terdapatnya masalah pribadi dari siswa, yakni dengan menunjukkan perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi siswa, dan menunjukkan sikap ramah serta penuh pengertian terhadap siswa. Membantu siswa agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Maksudnya bahwa dalam proses penemuan bakat terkadang tidak secepat yang dibayangkan. Harus disesuaikan dengan karakter bawaan setiap siswa. Bakat diibaratkan seperti tanaman. Karena dalam mengembangkan bakat siswa diperlukan “pupuk” layaknya tanaman yang harus dirawat dengan telaten, sabar dan penuh perhatian. Dalam hal ini motivasi sangat dibutuhkan untuk setiap siswa guna mengembangkan bakatnya tersebut sehingga dapat meraih prestasi yang membanggakan. Ini berguna untuk membantu siswa agar memiliki rasa percaya diri dan memiliki keberanian dalam membuat keputusan.
Menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar mengajar di kelas. Hal ini dapat ditunjukkan antara lain, menangani perilaku siswa yang tidak diinginkan secara positif, menunjukkan kegairahan dalam mengajar, murah senyum, mampu mengendalikan emosi, dan mampu bersifat proporsional sehingga berbagai masalah pribadi dari guru itu sendiri dapat didudukan pada tempatnya.
Pembelajaran dikatakan berhasil bila siswa mempunyai motivasi dalam belajar sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif, produktif, dan berdaya saing. Oleh karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu mata pelajarannya kepada siswa, tetapi, guru juga sebagai motivator bagi siswa agar memiliki orientasi dalam belajar.***
Syalma Hendri, S.Pd.I, Guru SMK Negeri 1 Pekanbaru