LIMAPULUH KOTA (RIAUPOS.CO) — Bencana alam tidak melulu diwarnai cerita sedih. Namun, ada pula kisah-kisah inspiratif dari mereka yang menolak menjadi "wisatawan bencana". Seperti, aksi Kapolres Payakumbuh yang tiga jam mencangkul longsor di perbatasan Limapuluh Kota-Tanahdatar dan Kapolsek Kapur IX yang menyisir kampung terisolasi di perbatasan Sumbar-Riau. Seperti apa?
Baju dinas yang dipakai AKBP Dony Setiawan sudah basah karena keringat. Sedangkan celananya penuh dengan lumpur. Namun, Kapolres Payakumbuh itu tetap mengayunkan cangkulnya di tengah timbunan longsor yang menutup badan jalan penghubung Jorong Sialang, Nagari Tungkar, Kecamatan, Kabupaten Limapuluh Kota, dengan Jorong Sumbatak, Nagari Situmbuak, Kabupaten Tanahdatar, Jumat (20/12/2019).
Badan jalan penghubung dua kabupaten itu tertutup longsor sepanjang hampir 100 meter. Selain menutup badan jalan, material longsor juga menimbun sawah masyarakat. Pemerintah Nagari Tungkar sempat panik melihat kondisi tersebut. Apalagi, jalan itu merupakan urat nadi ekonomi masyarakat.
"Material longsornya terlalu banyak, tidak bisa dibersihkan secara manual. Kami butuh alat berat," kata Wali Nagari Tungkar Yusrizal Datuak Pado kepada Padang Ekspres (Riau Pos Group), Jumat pagi (20/12/2019). Yusrizal kemudian melapor kepada camat, BPBD, Dinas PU, Dinas Damkar, dan stakeholder terkait di Limapuluh Kota.
Tidak lama berselang, alat berat Dinas PU pun tiba di lokasi longsor. Disusul Bupati Irfendi Arbi, Kalaksa BPBD Joni Amir dan Camat Situjuah Rahmad Hidayat. Namun, selepas Salat Jumat, operator alat berat Dinas PU belum bisa mengatasi material longsor.
Sedangkan warga yang datang ke lokasi, lebih suka menonton ketimbang membantu pembersihan. Tidak sedikit pula yang bertingkah bak wisatawan: datang untuk berpose, update status di sosial media, lalu pergi entah ke mana.
Lebih parah lagi, banyak pula yang seakan acuh tak acuh saja dengan bencana. Seakan hilang betul nilai-nilai sasakik-sasanang (sesakit-sesenang) , sahino-samalu (sehina-semalu) , barek samo dipikua-ringan samo dijinjiang (berat sama dipukul-ringan sama dijinjing) yang diwariskan nenek moyang Minangkabau.
Dalam kondisi itulah, Kapolres Payakumbuh AKBP Dony Setiawan, datang membawa dua truk anggotanya. AKBP Dony turun langsung ke dalam lumpur yang menutup badan jalan. Tanpa sepatu, mantan Kapolres Kota Solok itu mengayunkan cangkul di antara deru alat berat dan dump truck pengangkut material longsor.
Aksi AKBP Dony ini diikuti Wakapolres Kompol Arie Sulistyo Nugroho, Kabag Sumda Kompol Russirwan, Kasat Binmas AKP Hikmah Chaniago, serta seratusan perwira dan anggota Polres Payakumbuh. Mereka bergotong-royong selama tiga jam lebih. Mulai dari tanah masih setinggi mobil menutup badan jalan, hingga aspal hitam kembali terlihat setelah disemprot dengan mobil Damkar Limapuluh Kota.
Bahkan, saat penyemprotan badan jalan dengan mobil Damkar dilakukan, AKBP Dony Setiawan tak sungkan mengambil selang pemadam kebakaran. "Salut saya dengan Pak Kapolres. Baru sekali ini, saya melihat, ada Kapolres turun langsung membersihkan lokasi bencana alam, " kata Arianto Putra alias Ari Somay, anggota Damkar Limapuluh Kota.
Tidak hanya anggota Damkar, warga di Nagari Tungkar, khususnya di Jorong Sialang juga geleng-geleng kepala melihat aksi sang Kapolres. Bahkan, banyak warga yang tadinya hanya menonton operator alat berat Dinas PU bekerja sendiri, kemudian ikut turun tangan membersihkan longsor. "Salut awak mancaliak Kapolres ko (Salut saya melihat Kapolres ini, red)," kata Man Tuak Etong dan Mitra Zuherman, tokoh masyarakat setempat.
Ini juga disampaikan Wali Nagari Tungkar, Yusrizal Dt Pado. "Malu kami dengan Pak Kapolres. Membawa ratusan anggotanya, bergotong-royong membersihkan material longsor. Sungguh kami berterima kasih karena dengan ini, pekerjaan pembersihan jalan, menjadi lebih cepat. Semoga saja tidak terjadi longsor susulan," kata Yusrizal.
Menurut Kabag Sumda Polres Payakumbuh Kompol Russirwan, aksi gotong-royong di lokasi bencana ini, sepenuhnya inisiatif AKBP Dony Setiawan. "Habis apel siang, kami dikumpulkan. Diminta lberangkat ke lokasi longsor dengan membawa peralatan. Memang, beliau pemimpin yang tidak hanya memerintah, tapi juga turun memberi keteladanan," kata Ayah, panggilan akrab Kompol Russirwan.
Sedangkan AKBP Dony Setiawan mengaku ada kepuasan tersendiri tiga jam bergumul dengan lumpur setinggi kaki orang dewasa dan bahu membahu bersama warga. "Bencana bukan tempat ajang untuk mencitra. Kalo datang cuma selfie, tapi tidak tuntaskan beban warga, untuk apa, " kata AKBP Dony.