Kamis, 21 November 2024

Ulama dan Uzlah Politik

- Advertisement -

Uzlah merupakan suatu sikap pengasingan diri seseorang dari keramaian dunia berkaitan dengan kehidupan sosial atau politik. Keputusan melakukan perbuatan ini karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang dianggap olehnya sudah rusak, jauh dari agama, tidak mempunyai akhlak, dan sejenisnya. Karena itu, dalam rangka untuk menghindarinya, satu-satunya cara yaitu menjauhkan diri dari campur tangan hal-hal yang berkaitan dengan tatanan kehidupan masyarakat dan menyibukkan diri dengan ibadah dan pembersihan diri.

Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi pernah mengalami hal serupa. Dia sangat sedih melihat keberadaan masyarakat Arab yang telah melakukan aturan dan perbuatan jauh dari nilai-nilai kebaikan seperti minum-minum keras, berjudi, berzina, menumpahkan darah, berkelahi antar suku dan memutuskan persaudaraan. Begitu juga, masyarakat Arab telah dikuasai oleh para bangsawan terutama dalam bidang ekonomi. Masyarakat biasa diperlakukan dengan cara tidak adil dan dijadikan budak dan dijual-belikan di pasar-pasar saat itu. Manusia diukur dengan harta dan kekuasaan, bukan diukur atas etika dan moralitas.

- Advertisement -
Baca Juga:  Tantangan Penyiaran saat Pandemi

Hasil uzlah Nabi Muhammad SAW yaitu mendapatkan wahyu dari Allah SWT yaitu QS Al-Alaq [96:1-19]. Yang menarik disini bahwa Allah memberi wahyu kepada saat uzlah dengan kalimat pembuka “iqra” yang mempunyai arti bacalah. Sebuah kata yang belum menjadi budaya saat itu, dan masih dianggap asing, bahkan juga masih dianggap tabu bagi sebagian orang karena dianggap cermin dari kelemahan hapalan. Sebab masyarakat Arab sangat membanggakan kemampuan hapalan sebagai puncak kecerdasan seseorang daripada dari tulis-baca. Itu sebabnya, mereka kurang meminati belajar tulis-baca.

Setelah budaya tulis-baca mencapai puncak kejayaan islam pada masa dinasti besar yaitu dinasti bani umayyah dan abbasiyyah, dan barat waktu itu masih pada masa kegelapan. Bahkan Ibnu Khaldun dalam kitab muqadimah juga menjelaskan keadaan Barat sebagai daerah dingin dan masyarakatnya terbelakang dan susah untuk mencapai puncak kejayaan. Sebab bagi Ibnu Khaldun, daerah dingin adalah daerah yang sangat sulit untuk melakukan aktivitas dengan keadaan geografis yang tidak mendukung. Namun, jika Ibnu Khaldun hari ini masih hidup, mungkin akan sangat kaget, ternyata daerah yang dianggap sulit untuk menjadi negara maju malah telah mengalahkan negara-negara Islam yang dulu sebagai guru utama kemajuan bagi Barat.

Baca Juga:  Revolusi Mental di Balik Covid-19

Penulis artikel ini bisa mengambil suatu pelajaran, bahwa melakukan suatu perubahan masyarakat, yaitu para ulama harus mampu membangkitkan lagi masyarakat islam untuk melakukan baca-tulis dalam aspek yang lebih luas dengan melakukan berbagai bidang kajian-kajian baik bersifat ‘ulumuddin maupun muamalah atau sosial serta alam semesta. para ulama harus responsif dan memberi konstribusi bangkitnya kesadaran masyarakat muslim. Karena, perubahan masyarakat sangat tergantung kepada kualitas Sumber Daya Masyarakat.

- Advertisement -

Itu sebabnya, uzlah-nya seorang ulama bukan karena kekecewaan dan menutup diri (mutung) akibat kalah dalam kontestasi politik, organisasi atau sejenisnya dalam kehidupan. Uzlah sebenarnya jalan meditasi untuk menemukan ide-ide baru dalam rangka memberi sumbangsih kepada masyarakat muslim melalui ide-ide pemikirannya baik dalam ucapan dan tulisan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat.***

Uzlah merupakan suatu sikap pengasingan diri seseorang dari keramaian dunia berkaitan dengan kehidupan sosial atau politik. Keputusan melakukan perbuatan ini karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang dianggap olehnya sudah rusak, jauh dari agama, tidak mempunyai akhlak, dan sejenisnya. Karena itu, dalam rangka untuk menghindarinya, satu-satunya cara yaitu menjauhkan diri dari campur tangan hal-hal yang berkaitan dengan tatanan kehidupan masyarakat dan menyibukkan diri dengan ibadah dan pembersihan diri.

Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi pernah mengalami hal serupa. Dia sangat sedih melihat keberadaan masyarakat Arab yang telah melakukan aturan dan perbuatan jauh dari nilai-nilai kebaikan seperti minum-minum keras, berjudi, berzina, menumpahkan darah, berkelahi antar suku dan memutuskan persaudaraan. Begitu juga, masyarakat Arab telah dikuasai oleh para bangsawan terutama dalam bidang ekonomi. Masyarakat biasa diperlakukan dengan cara tidak adil dan dijadikan budak dan dijual-belikan di pasar-pasar saat itu. Manusia diukur dengan harta dan kekuasaan, bukan diukur atas etika dan moralitas.

- Advertisement -
Baca Juga:  Peran BUMDes dalam Memperpanjang Manfaat Dana Desa

Hasil uzlah Nabi Muhammad SAW yaitu mendapatkan wahyu dari Allah SWT yaitu QS Al-Alaq [96:1-19]. Yang menarik disini bahwa Allah memberi wahyu kepada saat uzlah dengan kalimat pembuka “iqra” yang mempunyai arti bacalah. Sebuah kata yang belum menjadi budaya saat itu, dan masih dianggap asing, bahkan juga masih dianggap tabu bagi sebagian orang karena dianggap cermin dari kelemahan hapalan. Sebab masyarakat Arab sangat membanggakan kemampuan hapalan sebagai puncak kecerdasan seseorang daripada dari tulis-baca. Itu sebabnya, mereka kurang meminati belajar tulis-baca.

Setelah budaya tulis-baca mencapai puncak kejayaan islam pada masa dinasti besar yaitu dinasti bani umayyah dan abbasiyyah, dan barat waktu itu masih pada masa kegelapan. Bahkan Ibnu Khaldun dalam kitab muqadimah juga menjelaskan keadaan Barat sebagai daerah dingin dan masyarakatnya terbelakang dan susah untuk mencapai puncak kejayaan. Sebab bagi Ibnu Khaldun, daerah dingin adalah daerah yang sangat sulit untuk melakukan aktivitas dengan keadaan geografis yang tidak mendukung. Namun, jika Ibnu Khaldun hari ini masih hidup, mungkin akan sangat kaget, ternyata daerah yang dianggap sulit untuk menjadi negara maju malah telah mengalahkan negara-negara Islam yang dulu sebagai guru utama kemajuan bagi Barat.

- Advertisement -
Baca Juga:  Pendidikan Akar Kebahagiaan

Penulis artikel ini bisa mengambil suatu pelajaran, bahwa melakukan suatu perubahan masyarakat, yaitu para ulama harus mampu membangkitkan lagi masyarakat islam untuk melakukan baca-tulis dalam aspek yang lebih luas dengan melakukan berbagai bidang kajian-kajian baik bersifat ‘ulumuddin maupun muamalah atau sosial serta alam semesta. para ulama harus responsif dan memberi konstribusi bangkitnya kesadaran masyarakat muslim. Karena, perubahan masyarakat sangat tergantung kepada kualitas Sumber Daya Masyarakat.

Itu sebabnya, uzlah-nya seorang ulama bukan karena kekecewaan dan menutup diri (mutung) akibat kalah dalam kontestasi politik, organisasi atau sejenisnya dalam kehidupan. Uzlah sebenarnya jalan meditasi untuk menemukan ide-ide baru dalam rangka memberi sumbangsih kepada masyarakat muslim melalui ide-ide pemikirannya baik dalam ucapan dan tulisan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari