JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kemarin (5/12) Tjie Tjien Hoan atau Ir Ciputra disemayamkan di Memorial Park, Citra Indah, Jonggol. Ratusan orang berpakaian serba putih mengiringi kepergian Begawan Properti itu ke "rumah peristirahatannya".
Tiupan terompet mengawali peti jenasah Ciputra keluar dari mobil ambulans. Delapan pria berpakaian serba putih memanggul peti tersebut. Di depannya, Candra Ciputra dan Cakra Ciputra masing-masing membawa foto dan karangan bunga berbentuk salib. Di belakang peti, istri Ciputra, Dian Sumeler beserta anak cucunya mengikuti. Tabuhan drum mengiringi perjalanan rombongan tersebut. Direksi dan General Manager Ciputra Grup menaburkan bunga di sepanjang jalan menuju liang lahat.
Sebanyak 50 mawar merah diletakkan oleh keluarga Ciputra di atas pusara yang ditaburi kelopak mawar putih. Marmer putih berbentuk salib bertengger sebagai tetenger bahwa di dalamnya ada jasad yang mereka sayangi. Tangis dan duka terlihat dari mereka yang datang. Tanda bahwa sejuta kenangan ditorehkan yang sudah berpulang, Ciputra. "Debu menjadi tanah seperti semula. Dan roh kembali kepada Tuhan yang mengaruniakannya," tutur Pendeta Ivan Tanujaya yang memimpin prosesi pemakaman.
Putra Ciputra, Candra Ciputra berterima kasih kepada tamu yang hadir. Dia mengakui bahwa kemarin merupakan hari yang berat bagi keluarganya. Sebab, harus berpisah dengan yang tercinta untuk selamanya. "Kedatangan tamu hari ini (Kamis, red) dan kemarin-kemarin merupakan support bagi kami," ungkapnya di akhir acara pemakaman. Candra juga memohon maaf atas kesalahan Papinya semasa hidup.
Selanjutnya, dia juga menyatakan bahwa bisnis keluarganya akan terus tumbuh meski ditinggal oleh penerima 80 penghargaan dari dalam dan luar negeri itu. Ini sesuai dengan pesan Ciputra juga. "Sepuluh tahun terakhir Pak Ci (sapaan Ciputra, red) sudah mengurangi kiprahnya di bisnis. Ini sudah disiapkan," tuturnya.
Dalam prosesi pemakaman itu, kolega dan sahabat dekat datang. Legenda bulutangkis Indonesia Susi Susanti juga menghadiri acara tersebut. Kenangan Susi kepada Ciputra begitu banyak. Terutama bagi perkembangan karirnya.
Pada usia 14 tahun, Susi pindah ke Jakarta dan bergabung dengan klub bulutangkis Jaya Raya. Dari sana perkenalan dua orang legenda itu dimulai. Bahkan pada saat Jaya Raya berada di titik terbawah dan ditinggalkan oleh atlet-atletnya, Ciputra berjanji kepada Susi akan membangun klub tersebut jika dia bertahan. "Kalau saya selesai bertanding, pasti telepon," ungkapnya.
Komunikasi terakhir dengan Ciputra dilakukan Susi tiga bulan lalu. Dia selalu ingat petuah Om Ciputra, sapaan Susi untuk pria kelahiran 27 Agustus 1931 itu. "Berbuat terbaik untuk Indonesia," kenang Susi kepada pesan Ciputra.
Ciputra memang telah pergi. Namun dia tak pernah hilang di Ibu Pertiwi. Lewat perumahan-perumahan yang dibangun, pusat perbelanjaan modern, ratusan perusahaan, pusat perkantoran, dan atlet-atlet bulutangkis, Indonesia dapat mengenang Ciputra.(lyn/jpg)