JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (GAPKI) bersama pemerintah terus mengembangkan pasar baru komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) sebagai bagian dari upaya meningkatkan ekspor CPO dan penerimaan devisa negara. Tahun 2018 total penerimaan devisa nasional dari sektor kelapa sawit mencapai 21 miliar dolar AS (sekitar Rp294 triliun, kurs USD= Rp 14.000).
"Ekspor tetap menjadi andalan utama komoditas sawit. Hingga September 2019, dari total produksi CPO mencapai 36 juta ton, sebesar 26 juta ton diekspor ke manca negara," ujar Tofan Mahdi, Kepala Divisi Komunikasi GAPKI dalam kunjungan ke Group Jawa Pos di Gedung Graha Pena Jakarta, Senin (02/12).
Ia menyebutkan, GAPKI mulai menggarap pasar baru tujuan ekspor seperti negara-negara Afrika, Eropa Timur seperti Rusia dan sejumlah negara lainnya. Saat ini, India dan Tiongkok sebagai pasar terbesar CPO Indonesia selain negara-negara Uni Eropa.
Diungkapkan, ekspor minyak sawit Indonesia ke India meningkat tajam 51 persen pada September 2019 dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 481 ribu ton. Kembalinya pasar India ini menyusul perubahan kebijakan tarif bea masuk produk sawit dari Indonesia yang menjadi sama dengan tarif untuk produk minyak sawit dari Malaysia ke negara Asia Selatan tersebut.
Data GAPKI mencatat produksi minyak sawit Indonesia per September 2019 (year to date) mencapai 36 juta ton atau naik 13 persen dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun 2018. Dari total produksi tersebut, yang terserap di pasar ekspor mencapai 26 juta ton. Volume ekspor tersebut naik 13 persen dibandingkan ekspor Agustus 2019 dan naik 4 persen dibandingkan ekspor pada periode yang sama tahun 2018.
Mengenai negara tujuan ekspor hingga September 2019, peringkat pertama dipegang Tiongkok dengan volume ekspor sebesar 4,8 juta ton. Diikuti oleh Uni Eropa sebesar 4 juta ton, negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur selain Tiongkok sebesar 3,8 juta ton, Afrika sebesar 3,7 juta ton, dan India 3,3 juta ton.
Sementara itu, konsumsi domestik minyak sawit sampai dengan bulan September mencapai 13,1 juta ton atau sekitar 38 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penyerapan minyak sawit terbesar di pasar domestik adalah untuk biodiesel yang meningkat dua kali lipat.
Tofan menyebutkan kebijakan mandatori B20 yang diterapkan pemerintah dalam pemanfaatan biodiesel telah meningkatkan penggunaan produksi CPO dari dalam negeri hingga 6 juta ton. "Tahun depan saat diterapkan B30, penggunaan CPO akan naik 3 juta ton menjadi 9 juta ton,"imbuh Tofan.
Dari segi harga, minyak sawit telah menunjukkan kenaikan yang konsisten sejak Juli 2019 dan mencapai USD 680 untuk CIF Rotterdam. Selain karena memasuki musim dingin, di mana harga lemak dan minyak pada umumnya naik, juga disebabkan oleh turunnya stok karena produksi yang kurang baik serta kekhawatiran berkurangnya ekspor minyak sawit Indonesia karena digunakan untuk energi.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal