JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Jelang pelantikan presiden dan wakil presiden periode 2019-2024, Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) menyerukan seluruh masyarakat dan para kadernya untuk tetap menjaga persatuan serta kesatuan NKRI. Selain itu, kader HMI harus menciptakan situasi kondusif.
"Kami mengajak kepada seluruh masyarakat khususnya kader-kader HMI seluruh nusantara untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Ini untuk menciptakan situasi kondusif negara menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden RI," imbau Ketua Bidang Pertahanan Keamanan (Hankam) PB HMI Muhammad Ichsan dalam keterangan resminya, Jumat (18/10).
September 2019, Indonesia mengalami gelombang gerakan masyarakat dan mahasiswa yang menuntut ruang dialog setiap kebijakan pemerintah. PB HMI menilai, gerakan tersebut harus diapresiasi seluruh elemen. Baik itu masyarakat maupun negara karena telah menjadikan demokrasi bangsa Indonesia semakin menunjukkan kedewasaannya.
"Gerakan yang diinisiasi kekuatan moral dan hanya ingin menyampaikan kritik terhadap negara sesuai dengan apa yang telah diatur UU serta menjadi peran mahasiswa khususnya sebagai agen social of control. Hal ini tentu harus diberi apresiasi," ujar Ketua Umum PB HMI, Respiratori Saddam Al-Jihad.
Kendati demikian, Saddam menyesalkan adanya penumpang gelap yang menodai pergerakan mahasiswa. Mereka mencoba membangun narasi inkonstitusional yang jauh dari aspek ideologi mahasiswa.
Narasi inkonstitusional yang dimaksud adalah munculnya upaya menggagalkan rencana pelantikan presiden dan wapres. Hal ini membuat langkah perjuangan mahasiswa ternodai dan jauh dari khitah pergerakan mahasiswa.
"Sungguh sangat disayangkan perbuatan yang dilakukan elite-elite politik yang mencoba menjadi penumpang gelap untuk meraih kepentingan golongannya saja tanpa memikirkan nasib bangsa hari ini," ujar Saddam.
Saddam menegaskan, PB HMI sangat menolak narasi untuk menurunkan dan membatalkan pelantikan Presiden Jokowi. Hal itu dianggap jauh dari esensi pergerakan mahasiswa.
"Kami bahkan sangat menolak narasi untuk turunkan Presiden Jokowi dan membatalkan pelantikan, karena jauh dari esensi pergerakan mahasiswa," ungkap Saddam.
Sementara itu, Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) Heru Slana Muslim, menuturkan, gagasan murni yang coba disampaikan mahasiswa sirna begitu saja akibat penumpang gelap tersebut.
Gerakan damai, intelektual, moral, tanpa anarkistis runtuh oleh ulah “penumpang gelap” yang menimbulkan dampak kerusakan serta opini buruk terhadap gerakan mahasiswa.
"Namun perlu dipahami bahwa demokrasi bangsa ini dituntut pula dalam persoalan menjaga stabilitas keamanan nasional. Narasi-narasi yang coba dibangun oleh para elit yang menyudutkan gerakan mahasiswa tidak seharusnya hadir dalam perjalanan demokrasi bangsa ini," tandas Heru. (esy/jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal