PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Di dunia komik, Joker bukan tokoh baru. Sosok villain DC Comics itu kali pertama muncul pada 1940. Sepanjang tujuh dekade, musuh Batman tersebut mengalami naik turun. Diperkenalkan sebagai psikopat sadis yang kerap menjadi otak kasus kriminal, Joker sempat melunak pada era 1950-an.
Perubahan itu mengikuti peraturan yang dirilis Comics Code Authority (CCA). Karena itulah, penampilan pertama Joker –yang diperankan Cesar Romero– jauh dari bengis dan seram. Sebatas pria berdandan badut yang sering bikin gara-gara. Joker baru kembali ke “akarnya” pada 1970.
Sisi kelam villain asal Gotham City tersebut kembali dikupas di The Killing Joke, komik yang dirilis pada 1988. Karya Alan Moore itu mengupas identitas asli Joker dan alasannya menjadi seorang villain. The Killing Joke juga menjadi rujukan banyak pemeran Joker setelah Romero. Meski begitu, Moore –penulis komik tersebut– justru menilai bahwa karyanya terlalu berlebihan. ’’Kisahnya terlalu melodramatis, membebani karakter yang sejak awal tidak didesain punya latar belakang itu,’’ kata Moore ketika diwawancara Inverse pada 2016.
Komikus yang juga menggarap V for Vendetta dan Watchmen itu menyatakan menyesal memulai tren penuturan cerita yang kelam. ’’Sekarang komik kehilangan sentuhan yang orisinal dan apa adanya. Banyak tokoh yang terjebak dalam kondisi depresi, kelam, dan psikosis,’’ ungkapnya.
Serial TV Batman (1966–1968), film Batman (1966)
Penampilan perdana villain di kisah Batman pada masa ini amat jauh dari versi baru Joker. Romero membawakan Joker sebagai prankster alias tukang bikin onar dengan tawa keras, ekspresi gembira, dan dandanan badut. Ekspresinya hanya berubah muram ketika Batman muncul, menghalangi niat buruknya.
Batman (1989)
Joker versi Nicholson mulai ’’berkiblat’’ pada komik garapan Alan Moore, The Killing Joke, yang lantas berlanjut pada pemeran Joker selanjutnya. Ada salah satu adegan yang menampakkan Jack Napier, alter ego Joker, berendam di kubangan cairan asam yang membuat kulitnya putih pucat.
Nicholson menampilkan Joker yang punya seringai kaku yang khas dan mengerikan. Joker era ini juga digambarkan mampu menggunakan beragam alat buat membunuh musuh, mulai bolpoin hingga senjata api.
The Dark Knight (2008)
Joker mulai jadi karakter yang paling diperhitungkan setelah diperankan Heath Ledger. Penampilannya tetap bak badut, seperti Joker era sebelumnya. Namun, akting mendiang Ledger membuat musuh besar Batman tersebut terasa amat mengancam. Memukau sekaligus mengerikan.
Untuk mendalami peran, Ledger tinggal dan menyepi di kamar hotel selama sebulan. Selama itu pula, dia menulis diari dari sudut pandang Joker. Pendalaman peran tersebut membuat Ledger mengalami gangguan tidur dan harus mengonsumsi obat-obatan.
Suicide Squad (2016)
Secara penampilan, Jared Leto memang mendekati penggambaran Joker di komik. Berkulit pucat, bertato, dan punya pandangan yang mengintimidasi. Sayang, Joker versi Leto banyak mendapatkan penilaian jelek dari fans. Sebab, karakternya hanya muncul sekilas di Suicide Squad –yang penuh villain–dan terasa mubazir.
Meski demikian, Leto dan sutradara David Ayer total menggodok konsep Joker. Sepanjang produksi, Leto ada di mode Joker. Kelakuannya suka bikin onar. Mulai meletakkan babi mati di meja Viola Davis hingga mengirim tikus hitam dalam kotak kado buat Margot Robbie, pemeran Harley Quinn.
Joker (2019)
Phoenix jadi pemeran Joker yang paling banyak mendapatkan panggung. Sebab, dia jadi tokoh utama di filmnya. Tanpa Batman maupun villain lain. Sebab, film tersebut memang menceritakan asal usul Joker itu sendiri. Di film, Phoenix pun bak ditantang menampilkan dua tokoh, Arthur Fleck dan Joker, alter ego Fleck yang punya kepribadian bertolak belakang. Meski sudah banyak ’’senior’’ Joker, Phoenix memilih menampilkan versinya sendiri. Penampilannya tersebut menuai banyak pujian dan digadang-gadang untuk masuk dalam race perebutan gelar aktor terbaik Oscars tahun depan.
Buat menyiapkan peran, aktor berusia 44 tahun itu menurunkan bobot hingga 24 kg. Untuk memahami pola pikir Joker, dia pun banyak menyimak rekaman tawa orang-orang yang mengalami gangguan emosi. Phoenix juga banyak membaca buku tentang pembunuhan dan politik.
Sumber : Jawapos.com
Editor : E Sulaiman