SIAK (RIAUPOS.CO) – Misteri hilangnya kepala korban dimangsa harimau terungkap. Kepala korban Malfa Alfarel (15) ditemukan sekitar 15 meter dari lokasi ditemukannya tubuh korban. Kondisi potongan kepala korban sudah tinggal batoknya saja dan masih memerah. Di sekitarnya terlihat jejak kaki harimau.
Demikian dikatakan Bhabinkamtibmas Teluk Lanus Bripka Taufik Fakrianto yang ikut turun bersama Kasat Reskrim AKP Noak Aritonang dan tim BBKSDA pada Selasa (31/8) siang.
"Ketika kami sampai di barak, kami lihat barak sudah rusak. Tidak hanya jejak kaki harimau, tapi juga ada beberapa dinding bekas cakarannya," terang Bripka Taufik Fakrianto.
Selanjutnya penelusuran dilakukan ke lokasi ditemukan tubuh korban. Sepanjang jalan terlihat jejak kaki harimau, bahkan ada yang sangat nyata karena tanahnya lembab.
"Sebenarnya ada rasa khawatir, namun karena tugas, dan kami benar-benar siaga, upaya itu membuahkan hasil," jelas Bripka Taufik.
Kepala korban ditemukan, sekitar 15 meter lebih masuk ke dalam hutan dari jasad korban saat ditemukan pada Ahad (29/8) sekitar pukul 23.00 WIB. Atas temuan itu, Kapolres Siak AKBP Gunar Rahadiyanto mengatakan korban dimangsa harimau. Terkait kepala korban, akan dikembalikan kepada pihak keluarga.
"Kami akan melakukan pengamanan dan mendampingi pihak BBKSDA. Kami juga siap menurunkan personel ke Teluk Lanus," kata Gunar.
Sementara untuk penanganan hewan tersebut, dikatakan Gunar, tentu menjadi wewenang BBKSDA Riau.
Di tempat terpisah, Kaur Pemerintahan Kampung Teluk Lanus Kenang yang ikut mengevakuasi jasad korban pada Ahad malam, menyayangkan statemen pihak BBKSDA yang menyatakan tidak ada satu pun warga Teluk Lanus yang menemukan jejak harimau. Serta beberapa kalimat yang membuat gaduh warganya.
Kenang berharap pihak BBKSDA lebih bijak dalam menyikapi suatu permasalahan. Jangan sampai statemen yang diberikan membuat gaduh dan jauh dari kebenaran.
"Jadilah petugas yang bijak dan menjadi teladan masyarakat," pinta Kenang.
Sementara Manajer Umum PT Uniseraya Rusdi mengatakan, korban dimangsa harimau adalah pekerja di sub kontraktor. Artinya bukan karyawan Uniseraya. Tidak hanya sampai di situ, menurut Rusdi, dalam bekerja karyawannya dilengkapi dengan pengaman.
"Untuk kebun, jalur perlintasan harimau kami beri rambu dan tanda, sehingga pekerja lebih aman dan dapat menjaga diri," terang Rusdi.
Atas apa yang terjadi PT Uniseraya turut berduka. Pihaknya mengingatkan para karyawan untuk lebih berhati-hati saat bekerja. Serta mematuhi kearifan lokal, sehingga lebih aman selama bekerja. Menurut Rusdi, harimau yang keluar sampai ke tepi laut, berarti rantai makanannya terputus atau hidupnya terancam. Pembukaan lahan besar-besaran yang kini terjadi di sana, menurutnya menjadi salah satu penyebabnya.
"Semoga situasi ini dapat cepat diatasi pihak BBKSDA, sehingga tidak ada lagi korban jiwa dimangsa harimau seperti saat ini," harap Rusdi.
Terkait CSR, dia memastikan akan memberikan yang terbaik untuk masyarakat Teluk Lanus, sebagai ring satu wilayah PT Uniseraya.
"Beri kami waktu untuk merealisasikannya. Mengingat sebelumnya kami juga sudah melakukannya," kata Rusdi.
Dalam pada itu Kepala Bidang (Kabid) Teknis BBKSDA Riau M Mahfud mengatakan, petugas dari tim BBKSDA Riau mengalami kesulitan dalam memastikan apakah korban tewas diterkam harimau atau disebabkan oleh hal lain.
"Petugas kami kesulitan untuk mencari keterangan saksi yang berada di TKP. Warga termasuk keluarga korban yang tinggal di tempat tersebut semuanya sudah meninggalkan lokasi dan sudah kembali ke kampungnya di Nias," ujar M Mahfud kepada Riau Pos, Selasa (31/8).
Bahkan, korban pun langsung dibawa ke kampung halamannya di Nias tanpa dilakukan visum terlebih dahulu. "Pagi tadi, kami dengan Polres Siak melakukan olah TKP terkait hal tersebut. Mungkin hasilnya bisa ditanyakan langsung ke Polres Siak," terang Mahfud.
Dilanjutkannya, untuk kepala korban sudah ditemukan di sekitar lokasi kejadian. Tetapi pada saat ditemukan kepala korban hanya tinggal tengkoraknya saja.
"Memang, dari laporan petugas yang berada di TKP ada ditemukan jejak harimau di sekitar lokasi tersebut," sebutnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, tapi apakah jejak itu ada sebelum kejadian atau ada setelah kejadian karena adanya bau bangkai.
"Kami mengalami kesulitan, ditambah lagi tidak ada saksi di tempat tersebut yang bisa ditanyakan atau dimintai keterangan apakah mendengar auman harimau. Tidak ada orang yang bisa ditanyakan," ungkapnya.
Menurut M Mahfud, kejadian tewasnya korban yang diduga akibat diterkam harimau yang mengakibatkan terpisahnya kepala korban dari badannya, dan hilangnya kelamin korban baru pertama kali terjadi. Pasalnya, kalau melihat kejadian-kejadian sebelumnya, harimau itu biasanya memakan daging yang berada dibagian betis, paha atau ditangan.
"Tetapi kejadian kali ini berbeda. Oleh sebab itu kami belum bisa memastikan apakah akibat dimangsa harimau atau ada hal lainnya. Kecuali jasad korban kemarin divisum mungkin bisa menjadi petunjuk penyebab kematiannya," kata Mahfud.
Ditambahkannya, sejauh ini petugas dari tim BBKSDA yang berada di lapangan belum memasang kandang perangkap karena memastikan terlebih dulu penyebab kematian korban apakah dimangsa harimau atau yang lain. Pihak BBKSDA Riau tengah menunggu hasil olah TKP Polisi untuk memastikan penyebab kematian korban.
"Kalau memang kematian korban sudah pasti disebabkan oleh harimau sumatera baru kami melakukan upaya seperti memasang kandang perangkap maupun camera trap. Tetapi terlebih dahulu akan memasang camera trap agar bisa mengetahui di mana posisi yang paling sering dilalui oleh harimau sumatera tersebut," ujarnya.(mng/dof)