MERANTI (RIAUPOS.CO) — Walupun masih terdapat delapan titik api di Kepulauan Meranti yang belum padam, Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Edy Afrizal menekankan, jika kabut asap yang menutup ruang udara di daerahnya belum terlalu parah.
Seperti diungkakan Edy. Kabut asap yang menyelimuti Meranti tidak separah Kota Pekanbaru. Terlebih kabut asap di Meranti bukanlah berasal dari delapan titik api yang membakar Kampung Balak, Desa Tanjung Peranap, Kecamatan Tebingtinggi Barat. Melainkan asap kiriman dari Jambi.
“Arah angin ke barat. Perjalan asap Jambi menuju ke Kota Pekanbaru, terus ke Kota Dumai. Kita di Meranti terkena dampak, cuma tidak begitu parah. Dan tidak separah kabut di Kota Pekanbaru dan Kota Dumai,” ungkapnya, Senin (23/9).
Terlebih delapan titik api yang sedang membara terdapat di bagian barat ujung Kepulauan Meranti. Sementara arah angin ke barat.
Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti, Said Hasyim juga menambahkan, jika kualitas udara di Kepulauan Meranti masih pada kategori sedang. Namun ia mengaku tetap tidak sehat bagi kesehatan.
“Iya jarak pandang kian berkurang, tapi belum separah kabut asap yang melanda kota Pekambaru saat ini. Ukurannya masih sedanglah,” ungkapnya.
Karena belum memiliki papan indeks standar pencaran udara atau ISPU, ia berkaca dari lancarnya aktivitas masyrakat dan objek vital seperti pelabuhan masih beroperasi normal.
“Di sejumlah daerah atau kabupaten lain, aktivitas objek vitalnya terhenti. Seperti jalur penerbangan yang ditunda. Anak sekolah diliburkan. Sementara kita, tidak. Masih normal dan lancar saja,” ungkapnya.
Walaupun demikian, ia tetap mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. “Kualitas udara seperti ini tetap tidak sehat. Makanya masyarakat hindari aktivitas di luar rumah. Begitu juga anak-anak sekolah,” harap Said Hasyim.(*4)