PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Sebanyak tiga gajah jinak diturunkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau untuk melakukan penghalauan gajah liar dari bagian luar Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim. Dua gajah jantan dan satu gajah betina jinak disertai pawangnya terlihat meninggalkan kawasan Muara Fajar Barat, Rumbai Barat, Kota Pekanbaru pada Kamis (10/2) menjelang siang.
Gajah-gajah ini masuk kawasan Tahura untuk melakukan penghalawan gajah luar yang telah merusak belasan rumah dan pondok warga di Rantau Bertuah, Kota Garo dan juga di Muara Fajar Barat. Masuknya tiga gajah jinak ini mencuri perhatian warga yang ikut menyaksikan gajah yang dikendarai para pawang memasuki kawasan Tahura dari Kelurahan Muara Fajar Barat, Pekanbaru.
Plh Kepala BBKSDA Riau Hartono menjelaskan, selain menurunkan gajah jinak, pihaknya juga melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini untuk mencegah anarkistis terhadap gajah liar. Selain itu pihaknya juga segera akan melakukan pelatihan penghalauan gajah liar kepada warga dibsekitar Tahura. "Kami sudah menurunkan tim untuk melakukan penghalauan gajah kelompok petahapan ini, agar kembali ke habitat alamnya, Taman Hutan Raya. Kami juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak terjadi hal-hal anarkis terjadap gajah. Kemudian atas permintaan masyarakat, BBKSDA juga akan melakukan pelatihan penghalaun gajah tahap pertama bagi masyarakat, sebelum tim BBKSDA menurunkan tim penghalau," kata Hartono kemarin.
Meningkatkannya aktivitas gajah liar kelompok petapahan ini telah menyebabkan rusaknya belasan pondok dan beberapa rumah milik warga. Selain aktiviras gajah ini juga sudah memakan korban. Satu korban tewas dan satu lagi mengalami luka karena ditendang gajah saat melakukan upaya pengahalaluan.
Kondisi hutan yang menjadi habitat alam Gajah Sumatera di Tahura menurut Hartono terus menyempit. Hal ini juga menurutnya menjadi salah satu pemicu gajah keluar dari habitatnya untuk mencari zat makanan lainnya. "Ini perlu perhatian serius, karena hutan habitat gajah sebagiannya sudah berubah menjadi perkebunan sawit," kata Hartono.(end)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Sebanyak tiga gajah jinak diturunkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau untuk melakukan penghalauan gajah liar dari bagian luar Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim. Dua gajah jantan dan satu gajah betina jinak disertai pawangnya terlihat meninggalkan kawasan Muara Fajar Barat, Rumbai Barat, Kota Pekanbaru pada Kamis (10/2) menjelang siang.
Gajah-gajah ini masuk kawasan Tahura untuk melakukan penghalawan gajah luar yang telah merusak belasan rumah dan pondok warga di Rantau Bertuah, Kota Garo dan juga di Muara Fajar Barat. Masuknya tiga gajah jinak ini mencuri perhatian warga yang ikut menyaksikan gajah yang dikendarai para pawang memasuki kawasan Tahura dari Kelurahan Muara Fajar Barat, Pekanbaru.
- Advertisement -
Plh Kepala BBKSDA Riau Hartono menjelaskan, selain menurunkan gajah jinak, pihaknya juga melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini untuk mencegah anarkistis terhadap gajah liar. Selain itu pihaknya juga segera akan melakukan pelatihan penghalauan gajah liar kepada warga dibsekitar Tahura. "Kami sudah menurunkan tim untuk melakukan penghalauan gajah kelompok petahapan ini, agar kembali ke habitat alamnya, Taman Hutan Raya. Kami juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak terjadi hal-hal anarkis terjadap gajah. Kemudian atas permintaan masyarakat, BBKSDA juga akan melakukan pelatihan penghalaun gajah tahap pertama bagi masyarakat, sebelum tim BBKSDA menurunkan tim penghalau," kata Hartono kemarin.
Meningkatkannya aktivitas gajah liar kelompok petapahan ini telah menyebabkan rusaknya belasan pondok dan beberapa rumah milik warga. Selain aktiviras gajah ini juga sudah memakan korban. Satu korban tewas dan satu lagi mengalami luka karena ditendang gajah saat melakukan upaya pengahalaluan.
- Advertisement -
Kondisi hutan yang menjadi habitat alam Gajah Sumatera di Tahura menurut Hartono terus menyempit. Hal ini juga menurutnya menjadi salah satu pemicu gajah keluar dari habitatnya untuk mencari zat makanan lainnya. "Ini perlu perhatian serius, karena hutan habitat gajah sebagiannya sudah berubah menjadi perkebunan sawit," kata Hartono.(end)