Kerajinan Tikar Jadi Ikon Produk Kampung Rempak

(RIAUPOS.CO) — Dengan cekatan jari-jari tangan Nuriah menjalin bahan dasar pandan yang telah dikeringkan menjadi sebuah anyaman tikar pandan yang siap dijual. Nuriah merupakan salah seorang pengrajin industri rumah tangga anyaman tikar pandan dari Kampung Rempak, Kecamatan Sabak Auh. 

Meski kesulitan memperoleh bahan daun pandan pembuatan tikar, namun tidak menyurutkan para ibu- ibu terus berkarya membuat kerajinan anyaman tikar.

- Advertisement -

Dari hasil anyaman tersebut, pengrajin mendapatkan keuntungan lumayan untuk membantu perekonomian keluarga. Untuk membuat satu lembar tikar ukuran besar bisa memakan dua atau tiga hari dan rata-rata pengrajin dalam sepekan bisa mengerjakan tiga lembar tikar.

Penjualan anyaman tikar pandan dari Kampung Rempak langsung dijual ke negara tetangga Malaysia dengan harga jual untuk satu tikar pandan ukuran besar mencapai Rp150 ribu per lembar. Dalam satu pekan bisa mengirim hasil 5 hingga 10 lembar tikar dari berbagai ukuran. 

- Advertisement -

Nuriah mengaku dari hasil jual tikar pandan, mendapat keuntungan antara Rp30 ribu- 40 Ribu per lembar. “Alhamdulilah, keuntungan lumayan. Kami bisa memperoleh hasil dari jual tikar sebesar Rp30 ribu sampai Rp40 ribu tergantung besar kecil tikar yang dijual,” ungkapnya, kemarin.

Perajin anyaman pandan Kampung Rempak dibagi dua kelompok. Masing- masing kelompok sebanyak 20 orang yang merupakan ibu- ibu rumah tangga warga setempat. Tikar yang dikerjakan juga terdiri dari berbagai warna dengan motif yang sederhana. 

Sementara Penghulu Kampung Rempak Salman mengatakan, anyaman tikar pandan merupakan kerajinan tangan kreatif ibu- ibu Kampung Rempak dan ini salah satu produk unggulan kampung.

Namun sayangnya dia mengaku bahan baku utama yakni daun pandan sulit diperoleh karena diambil dari Kecamatan Sungai Apit, padahal dari segi pemasaran hingga kini berjalan lancar.

“Produk tikar pandan sudah ada pemesan dari Kampung Rempak yang dijual di Malaysia. Sekarang kami kesulitan bahan baku yang diambil dari Sungai Apit,” jelasnya.

Dirinya berharap kerajinan anyaman tikar pandan terus berkembang dan pembinaan terhadap ibu-ibu akan terus dilakukan. Ini bisa menjadi salah satu produk unggulan bagi Kampung Rempak.(adv)

(RIAUPOS.CO) — Dengan cekatan jari-jari tangan Nuriah menjalin bahan dasar pandan yang telah dikeringkan menjadi sebuah anyaman tikar pandan yang siap dijual. Nuriah merupakan salah seorang pengrajin industri rumah tangga anyaman tikar pandan dari Kampung Rempak, Kecamatan Sabak Auh. 

Meski kesulitan memperoleh bahan daun pandan pembuatan tikar, namun tidak menyurutkan para ibu- ibu terus berkarya membuat kerajinan anyaman tikar.

Dari hasil anyaman tersebut, pengrajin mendapatkan keuntungan lumayan untuk membantu perekonomian keluarga. Untuk membuat satu lembar tikar ukuran besar bisa memakan dua atau tiga hari dan rata-rata pengrajin dalam sepekan bisa mengerjakan tiga lembar tikar.

Penjualan anyaman tikar pandan dari Kampung Rempak langsung dijual ke negara tetangga Malaysia dengan harga jual untuk satu tikar pandan ukuran besar mencapai Rp150 ribu per lembar. Dalam satu pekan bisa mengirim hasil 5 hingga 10 lembar tikar dari berbagai ukuran. 

Nuriah mengaku dari hasil jual tikar pandan, mendapat keuntungan antara Rp30 ribu- 40 Ribu per lembar. “Alhamdulilah, keuntungan lumayan. Kami bisa memperoleh hasil dari jual tikar sebesar Rp30 ribu sampai Rp40 ribu tergantung besar kecil tikar yang dijual,” ungkapnya, kemarin.

Perajin anyaman pandan Kampung Rempak dibagi dua kelompok. Masing- masing kelompok sebanyak 20 orang yang merupakan ibu- ibu rumah tangga warga setempat. Tikar yang dikerjakan juga terdiri dari berbagai warna dengan motif yang sederhana. 

Sementara Penghulu Kampung Rempak Salman mengatakan, anyaman tikar pandan merupakan kerajinan tangan kreatif ibu- ibu Kampung Rempak dan ini salah satu produk unggulan kampung.

Namun sayangnya dia mengaku bahan baku utama yakni daun pandan sulit diperoleh karena diambil dari Kecamatan Sungai Apit, padahal dari segi pemasaran hingga kini berjalan lancar.

“Produk tikar pandan sudah ada pemesan dari Kampung Rempak yang dijual di Malaysia. Sekarang kami kesulitan bahan baku yang diambil dari Sungai Apit,” jelasnya.

Dirinya berharap kerajinan anyaman tikar pandan terus berkembang dan pembinaan terhadap ibu-ibu akan terus dilakukan. Ini bisa menjadi salah satu produk unggulan bagi Kampung Rempak.(adv)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya