Rabu, 8 Oktober 2025
spot_img
spot_img

HARY B KORIUN

Topi Jerami

PADA akhir 1970-an, atau tepatnya 1977–1979, terjadi sebuah revolusi yang mengejutkan di Iran. Seorang ulama kharismatik yang berada di pembuangan, Ayatullah Rohullah Khomeini, menginspirasi masyarakat Iran untuk membuat perubahan cepat. Mereka menyebutnya Revolusi Islam. Tujuannya adalah mengganti pemerintahan monarki yang dikuasai keluarga Shah Reza Pahlevi menjadi pemerintahan teokrasi yang didasarkan atas Guardianship of the Islamic Jurists (atau velayat-e faqih), pemerintahan berdasarkan agama.

Sejak kemenangan Revolusi Islam ini, hampir semua anak muda di dunia yang sedang demen dengan revolusi menjadikan Khomeini sebagai idola. Dia dianggap sebagai Bapak Revolusi yang datang dari dunia ketiga melawan kekuasaan keturunan Shah yang didukung Amerika Serikat (AS). Ini menarik, ketika banyak anak muda sangat tertarik dengan revolusi yang digerakkan oleh para tokoh kiri dunia akibat Perang Dingin antara liberal-kapitalis (AS) lawan sosialis-komunis (Rusia–Uni Soviet), tiba-tiba Revolusi Islam dalam waktu cepat mengubahnya.

Tidak ada sentimen agama ketika itu. Bahkan dalam diri Islam sendiri, tak ada sentimen Syiah atau Sunni. Yang ada adalah kebangkitan sebuah bangsa melawan kekuasaan monarki absolut. Maka jangan heran jika di kamar-kamar banyak mahasiswa revolusioner –atau hanya sok ngaku revolusioner— foto-foto Khomeini dipasang di dinding kamar kos. Tak peduli dia seorang Kristen, Hindu, atau Buddha, atau dia Islam Sunni atau Syiah, atau sekte agama lainnya.

Sebelum Khomeini, nama Ernesto “Che” Guevara, seorang revolusioner sejati lintas negara, menjadi inspirasi banyak anak muda di seluruh dunia. Bahkan di AS, sarangnya liberalisme-kapitalis yang menjadi musuh utama sosialis-komunis, poster-poster Che dipasang di dinding-dinding kamar anak-anak muda yang muak dengan keterlibatan negaranya dalam banyak masalah dunia. Che adalah mantan mahasiswa kedokteran yang kemudian memilih angkat senjata membantu revolusi di Guatemala, Kuba, Meksiko, Kongo, hingga kematiannya saat ikut membantu kelompok pemberontak Bolivia. Dia ditangkap tentara Bolivia yang dibantu CIA dan dihukum mati.

Hingga sekarang, sulit mencari revolusioner sejati seperti Che, yang memang mendedikasikan hidupnya membantu negara-negara yang dikuasai AS. Dia sangat anti-kapitalisme karena ideologi itu membuat rakyat Amerika Latin menderita.

Baca Juga:  Dari Tepian Narosa ke Jakarta, Dikha dan 9 Anak Jalur Kuansing Akan Meriahkan HUT RI di Istana Negara

Masih banyak lagi orang-orang yang mendedikasikan dirinya untuk revolusi, untuk perubahan. Ada yang berhasil, banyak pula yang gagal membuat perubahan.

Belakangan, yang menarik di Indonesia –meski belum ke arah revolusi— bendera One Peace menjadi simbol perlawanan tanpa senjata yang membuat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka menanggapinya dengan serius. Di banyak demonstrasi yang digelar mahasiswa atau masyarakat umum –termasuk demo 13 Agustus 2025 di Pati, Jawa Tengah— bendera One Peace muncul.

Yang menarik, jika banyak revolusi besar digerakkan oleh tokoh-tokoh kharismatik, munculnya bendera One Peace –sekali lagi, hanya sebuah bendera— menjadi fenomena tersendiri.

Awalnya, munculnya bendera ini adalah bentuk protes para sopir truk pengangkut barang di beberapa penyeberangan, seperti Banyuwangi–Bali, atau Bakauheni–Merak. Mereka sering mendapatkan perlakuan tak adil dari para petugas pelabuhan. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba banyak truk yang mengibarkan bendera One Peace, baik di baknya, besi spion, atau di bagian lain di truknya. Yang terjadi kemudian, bendera One Peace menjadi simbol perlawanan dan dikibarkan oleh banyak orang, baik sendiri maupun disatukan dengan bendera merah putih, menjelang peringatan HUT RI ke-80.

Bendera ini seperti menjadi simbol dan alat perlawanan tanpa kekerasan, juga sebagai alat kritik terhadap kondisi pemerintahan yang dianggap tidak prorakyat. Banyaknya masalah yang muncul dalam pemerintahan Presiden Prabowo sangat membebani rakyat, terutama masalah ekonomi. Mulai dari Makan Bergizi Gratis (MBG) yang banyak menyedot anggaran APBN maupun APBD di banyak daerah yang berujung pada efisiensi di segala sektor. Yang terjadi kemudian, pembangunan di hampir semua bidang tak bisa dilakukan karena anggaran kebanyakan hanya bisa digunakan untuk membayar gaji pegawai. Akibatnya, banyak jalan, jembatan, gedung sekolah, dan infrastruktur lainnya yang diperlukan rakyat, tak bisa diperbaiki.

Yang lainnya, upaya pemerintah yang menjadikan pajak sebagai “panglima” untuk menghimpun dana APBN dianggap memberatkan. Sebabnya, hampir semua sektor yang menghasilkan pendapatan untuk masyarakat dikenai pajak. Terakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani menerbitkan beleid pajak untuk jual-beli emas batangan. Ini ada hubungannya dengan kepercayaan rakyat yang terus menipis di sektor keuangan setelah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir sekitar 31 juta rekening masyarakat yang dianggap tak aktif. Meski Presiden Prabowo kemudian menganulir peraturan itu dan meminta PPATK membuka blokir, namun kepercayaan rakyat sudah terlanjur terlukai.

Baca Juga:  Marga Tjoa

Bendera One Piece memiliki arti simbolik. Bendera ini muncul dalam serial anime/manga Jepang yang mengangkat pesan kebebasan yang harus dimiliki setiap orang. Tokoh utama, Monkey D. Luffy, seorang bajak laut bertopi jerami, digambarkan berani melawan penguasa yang bertindak sewenang-wenang, yang cenderung menindas. Bendera One Piece merujuk pada Jolly Roger, simbol tengkorak bertulang silang yang secara historis digunakan sebagai identitas para bajak laut. Secara umum, bendera ini menggambarkan tengkorak manusia di atas dua tulang yang bersilangan. Dalam tradisi dunia, Jolly Roger menjadi simbol bahaya yang kuat dan mudah dikenali. Gambar tengkorak dan tulang menyilang kerap digunakan sebagai peringatan terhadap racun atau zat berbahaya. Dalam konteks budaya populer, bendera ini telah menjadi simbol fandom, semangat petualangan, kebebasan, dan solidaritas antar penggemar anime. Namun, di luar komunitas penggemar, simbol tengkorak ini kerap diartikan sebagai simbol kekerasan atau pemberontakan.

Banyak pendukung pemerintah yang reaktif terhadap pengibaran bendera ini. Mereka menganggap ini bibit-bibit makar dan harus ditindak. Polisi dan tentara di banyak tempat melakukan razia dengan melarang bendera ini dikibarkan. Mereka sepertinya ketakutan bendera ini akan menyulut gerakan yang lebih besar. Padahal ini “hanya” sebuah bendera komik Jepang, yang memang bisa menjadi sebuah inspirasi dari sebuah jalan perlawanan untuk kebebasan seperti hal yang dilakukan oleh Khomeini, Che, atau tokoh-tokoh revolusioner lainnya.

PADA akhir 1970-an, atau tepatnya 1977–1979, terjadi sebuah revolusi yang mengejutkan di Iran. Seorang ulama kharismatik yang berada di pembuangan, Ayatullah Rohullah Khomeini, menginspirasi masyarakat Iran untuk membuat perubahan cepat. Mereka menyebutnya Revolusi Islam. Tujuannya adalah mengganti pemerintahan monarki yang dikuasai keluarga Shah Reza Pahlevi menjadi pemerintahan teokrasi yang didasarkan atas Guardianship of the Islamic Jurists (atau velayat-e faqih), pemerintahan berdasarkan agama.

Sejak kemenangan Revolusi Islam ini, hampir semua anak muda di dunia yang sedang demen dengan revolusi menjadikan Khomeini sebagai idola. Dia dianggap sebagai Bapak Revolusi yang datang dari dunia ketiga melawan kekuasaan keturunan Shah yang didukung Amerika Serikat (AS). Ini menarik, ketika banyak anak muda sangat tertarik dengan revolusi yang digerakkan oleh para tokoh kiri dunia akibat Perang Dingin antara liberal-kapitalis (AS) lawan sosialis-komunis (Rusia–Uni Soviet), tiba-tiba Revolusi Islam dalam waktu cepat mengubahnya.

Tidak ada sentimen agama ketika itu. Bahkan dalam diri Islam sendiri, tak ada sentimen Syiah atau Sunni. Yang ada adalah kebangkitan sebuah bangsa melawan kekuasaan monarki absolut. Maka jangan heran jika di kamar-kamar banyak mahasiswa revolusioner –atau hanya sok ngaku revolusioner— foto-foto Khomeini dipasang di dinding kamar kos. Tak peduli dia seorang Kristen, Hindu, atau Buddha, atau dia Islam Sunni atau Syiah, atau sekte agama lainnya.

Sebelum Khomeini, nama Ernesto “Che” Guevara, seorang revolusioner sejati lintas negara, menjadi inspirasi banyak anak muda di seluruh dunia. Bahkan di AS, sarangnya liberalisme-kapitalis yang menjadi musuh utama sosialis-komunis, poster-poster Che dipasang di dinding-dinding kamar anak-anak muda yang muak dengan keterlibatan negaranya dalam banyak masalah dunia. Che adalah mantan mahasiswa kedokteran yang kemudian memilih angkat senjata membantu revolusi di Guatemala, Kuba, Meksiko, Kongo, hingga kematiannya saat ikut membantu kelompok pemberontak Bolivia. Dia ditangkap tentara Bolivia yang dibantu CIA dan dihukum mati.

- Advertisement -

Hingga sekarang, sulit mencari revolusioner sejati seperti Che, yang memang mendedikasikan hidupnya membantu negara-negara yang dikuasai AS. Dia sangat anti-kapitalisme karena ideologi itu membuat rakyat Amerika Latin menderita.

Baca Juga:  Marga Tjoa

Masih banyak lagi orang-orang yang mendedikasikan dirinya untuk revolusi, untuk perubahan. Ada yang berhasil, banyak pula yang gagal membuat perubahan.

- Advertisement -

Belakangan, yang menarik di Indonesia –meski belum ke arah revolusi— bendera One Peace menjadi simbol perlawanan tanpa senjata yang membuat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka menanggapinya dengan serius. Di banyak demonstrasi yang digelar mahasiswa atau masyarakat umum –termasuk demo 13 Agustus 2025 di Pati, Jawa Tengah— bendera One Peace muncul.

Yang menarik, jika banyak revolusi besar digerakkan oleh tokoh-tokoh kharismatik, munculnya bendera One Peace –sekali lagi, hanya sebuah bendera— menjadi fenomena tersendiri.

Awalnya, munculnya bendera ini adalah bentuk protes para sopir truk pengangkut barang di beberapa penyeberangan, seperti Banyuwangi–Bali, atau Bakauheni–Merak. Mereka sering mendapatkan perlakuan tak adil dari para petugas pelabuhan. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba banyak truk yang mengibarkan bendera One Peace, baik di baknya, besi spion, atau di bagian lain di truknya. Yang terjadi kemudian, bendera One Peace menjadi simbol perlawanan dan dikibarkan oleh banyak orang, baik sendiri maupun disatukan dengan bendera merah putih, menjelang peringatan HUT RI ke-80.

Bendera ini seperti menjadi simbol dan alat perlawanan tanpa kekerasan, juga sebagai alat kritik terhadap kondisi pemerintahan yang dianggap tidak prorakyat. Banyaknya masalah yang muncul dalam pemerintahan Presiden Prabowo sangat membebani rakyat, terutama masalah ekonomi. Mulai dari Makan Bergizi Gratis (MBG) yang banyak menyedot anggaran APBN maupun APBD di banyak daerah yang berujung pada efisiensi di segala sektor. Yang terjadi kemudian, pembangunan di hampir semua bidang tak bisa dilakukan karena anggaran kebanyakan hanya bisa digunakan untuk membayar gaji pegawai. Akibatnya, banyak jalan, jembatan, gedung sekolah, dan infrastruktur lainnya yang diperlukan rakyat, tak bisa diperbaiki.

Yang lainnya, upaya pemerintah yang menjadikan pajak sebagai “panglima” untuk menghimpun dana APBN dianggap memberatkan. Sebabnya, hampir semua sektor yang menghasilkan pendapatan untuk masyarakat dikenai pajak. Terakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani menerbitkan beleid pajak untuk jual-beli emas batangan. Ini ada hubungannya dengan kepercayaan rakyat yang terus menipis di sektor keuangan setelah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir sekitar 31 juta rekening masyarakat yang dianggap tak aktif. Meski Presiden Prabowo kemudian menganulir peraturan itu dan meminta PPATK membuka blokir, namun kepercayaan rakyat sudah terlanjur terlukai.

Baca Juga:  Bona Malwal (2)

Bendera One Piece memiliki arti simbolik. Bendera ini muncul dalam serial anime/manga Jepang yang mengangkat pesan kebebasan yang harus dimiliki setiap orang. Tokoh utama, Monkey D. Luffy, seorang bajak laut bertopi jerami, digambarkan berani melawan penguasa yang bertindak sewenang-wenang, yang cenderung menindas. Bendera One Piece merujuk pada Jolly Roger, simbol tengkorak bertulang silang yang secara historis digunakan sebagai identitas para bajak laut. Secara umum, bendera ini menggambarkan tengkorak manusia di atas dua tulang yang bersilangan. Dalam tradisi dunia, Jolly Roger menjadi simbol bahaya yang kuat dan mudah dikenali. Gambar tengkorak dan tulang menyilang kerap digunakan sebagai peringatan terhadap racun atau zat berbahaya. Dalam konteks budaya populer, bendera ini telah menjadi simbol fandom, semangat petualangan, kebebasan, dan solidaritas antar penggemar anime. Namun, di luar komunitas penggemar, simbol tengkorak ini kerap diartikan sebagai simbol kekerasan atau pemberontakan.

Banyak pendukung pemerintah yang reaktif terhadap pengibaran bendera ini. Mereka menganggap ini bibit-bibit makar dan harus ditindak. Polisi dan tentara di banyak tempat melakukan razia dengan melarang bendera ini dikibarkan. Mereka sepertinya ketakutan bendera ini akan menyulut gerakan yang lebih besar. Padahal ini “hanya” sebuah bendera komik Jepang, yang memang bisa menjadi sebuah inspirasi dari sebuah jalan perlawanan untuk kebebasan seperti hal yang dilakukan oleh Khomeini, Che, atau tokoh-tokoh revolusioner lainnya.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

PADA akhir 1970-an, atau tepatnya 1977–1979, terjadi sebuah revolusi yang mengejutkan di Iran. Seorang ulama kharismatik yang berada di pembuangan, Ayatullah Rohullah Khomeini, menginspirasi masyarakat Iran untuk membuat perubahan cepat. Mereka menyebutnya Revolusi Islam. Tujuannya adalah mengganti pemerintahan monarki yang dikuasai keluarga Shah Reza Pahlevi menjadi pemerintahan teokrasi yang didasarkan atas Guardianship of the Islamic Jurists (atau velayat-e faqih), pemerintahan berdasarkan agama.

Sejak kemenangan Revolusi Islam ini, hampir semua anak muda di dunia yang sedang demen dengan revolusi menjadikan Khomeini sebagai idola. Dia dianggap sebagai Bapak Revolusi yang datang dari dunia ketiga melawan kekuasaan keturunan Shah yang didukung Amerika Serikat (AS). Ini menarik, ketika banyak anak muda sangat tertarik dengan revolusi yang digerakkan oleh para tokoh kiri dunia akibat Perang Dingin antara liberal-kapitalis (AS) lawan sosialis-komunis (Rusia–Uni Soviet), tiba-tiba Revolusi Islam dalam waktu cepat mengubahnya.

Tidak ada sentimen agama ketika itu. Bahkan dalam diri Islam sendiri, tak ada sentimen Syiah atau Sunni. Yang ada adalah kebangkitan sebuah bangsa melawan kekuasaan monarki absolut. Maka jangan heran jika di kamar-kamar banyak mahasiswa revolusioner –atau hanya sok ngaku revolusioner— foto-foto Khomeini dipasang di dinding kamar kos. Tak peduli dia seorang Kristen, Hindu, atau Buddha, atau dia Islam Sunni atau Syiah, atau sekte agama lainnya.

Sebelum Khomeini, nama Ernesto “Che” Guevara, seorang revolusioner sejati lintas negara, menjadi inspirasi banyak anak muda di seluruh dunia. Bahkan di AS, sarangnya liberalisme-kapitalis yang menjadi musuh utama sosialis-komunis, poster-poster Che dipasang di dinding-dinding kamar anak-anak muda yang muak dengan keterlibatan negaranya dalam banyak masalah dunia. Che adalah mantan mahasiswa kedokteran yang kemudian memilih angkat senjata membantu revolusi di Guatemala, Kuba, Meksiko, Kongo, hingga kematiannya saat ikut membantu kelompok pemberontak Bolivia. Dia ditangkap tentara Bolivia yang dibantu CIA dan dihukum mati.

Hingga sekarang, sulit mencari revolusioner sejati seperti Che, yang memang mendedikasikan hidupnya membantu negara-negara yang dikuasai AS. Dia sangat anti-kapitalisme karena ideologi itu membuat rakyat Amerika Latin menderita.

Baca Juga:  Saya San (2)

Masih banyak lagi orang-orang yang mendedikasikan dirinya untuk revolusi, untuk perubahan. Ada yang berhasil, banyak pula yang gagal membuat perubahan.

Belakangan, yang menarik di Indonesia –meski belum ke arah revolusi— bendera One Peace menjadi simbol perlawanan tanpa senjata yang membuat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka menanggapinya dengan serius. Di banyak demonstrasi yang digelar mahasiswa atau masyarakat umum –termasuk demo 13 Agustus 2025 di Pati, Jawa Tengah— bendera One Peace muncul.

Yang menarik, jika banyak revolusi besar digerakkan oleh tokoh-tokoh kharismatik, munculnya bendera One Peace –sekali lagi, hanya sebuah bendera— menjadi fenomena tersendiri.

Awalnya, munculnya bendera ini adalah bentuk protes para sopir truk pengangkut barang di beberapa penyeberangan, seperti Banyuwangi–Bali, atau Bakauheni–Merak. Mereka sering mendapatkan perlakuan tak adil dari para petugas pelabuhan. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba banyak truk yang mengibarkan bendera One Peace, baik di baknya, besi spion, atau di bagian lain di truknya. Yang terjadi kemudian, bendera One Peace menjadi simbol perlawanan dan dikibarkan oleh banyak orang, baik sendiri maupun disatukan dengan bendera merah putih, menjelang peringatan HUT RI ke-80.

Bendera ini seperti menjadi simbol dan alat perlawanan tanpa kekerasan, juga sebagai alat kritik terhadap kondisi pemerintahan yang dianggap tidak prorakyat. Banyaknya masalah yang muncul dalam pemerintahan Presiden Prabowo sangat membebani rakyat, terutama masalah ekonomi. Mulai dari Makan Bergizi Gratis (MBG) yang banyak menyedot anggaran APBN maupun APBD di banyak daerah yang berujung pada efisiensi di segala sektor. Yang terjadi kemudian, pembangunan di hampir semua bidang tak bisa dilakukan karena anggaran kebanyakan hanya bisa digunakan untuk membayar gaji pegawai. Akibatnya, banyak jalan, jembatan, gedung sekolah, dan infrastruktur lainnya yang diperlukan rakyat, tak bisa diperbaiki.

Yang lainnya, upaya pemerintah yang menjadikan pajak sebagai “panglima” untuk menghimpun dana APBN dianggap memberatkan. Sebabnya, hampir semua sektor yang menghasilkan pendapatan untuk masyarakat dikenai pajak. Terakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani menerbitkan beleid pajak untuk jual-beli emas batangan. Ini ada hubungannya dengan kepercayaan rakyat yang terus menipis di sektor keuangan setelah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir sekitar 31 juta rekening masyarakat yang dianggap tak aktif. Meski Presiden Prabowo kemudian menganulir peraturan itu dan meminta PPATK membuka blokir, namun kepercayaan rakyat sudah terlanjur terlukai.

Baca Juga:  Temui Presiden MBZ, Prabowo Kenalkan Gibran

Bendera One Piece memiliki arti simbolik. Bendera ini muncul dalam serial anime/manga Jepang yang mengangkat pesan kebebasan yang harus dimiliki setiap orang. Tokoh utama, Monkey D. Luffy, seorang bajak laut bertopi jerami, digambarkan berani melawan penguasa yang bertindak sewenang-wenang, yang cenderung menindas. Bendera One Piece merujuk pada Jolly Roger, simbol tengkorak bertulang silang yang secara historis digunakan sebagai identitas para bajak laut. Secara umum, bendera ini menggambarkan tengkorak manusia di atas dua tulang yang bersilangan. Dalam tradisi dunia, Jolly Roger menjadi simbol bahaya yang kuat dan mudah dikenali. Gambar tengkorak dan tulang menyilang kerap digunakan sebagai peringatan terhadap racun atau zat berbahaya. Dalam konteks budaya populer, bendera ini telah menjadi simbol fandom, semangat petualangan, kebebasan, dan solidaritas antar penggemar anime. Namun, di luar komunitas penggemar, simbol tengkorak ini kerap diartikan sebagai simbol kekerasan atau pemberontakan.

Banyak pendukung pemerintah yang reaktif terhadap pengibaran bendera ini. Mereka menganggap ini bibit-bibit makar dan harus ditindak. Polisi dan tentara di banyak tempat melakukan razia dengan melarang bendera ini dikibarkan. Mereka sepertinya ketakutan bendera ini akan menyulut gerakan yang lebih besar. Padahal ini “hanya” sebuah bendera komik Jepang, yang memang bisa menjadi sebuah inspirasi dari sebuah jalan perlawanan untuk kebebasan seperti hal yang dilakukan oleh Khomeini, Che, atau tokoh-tokoh revolusioner lainnya.

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari