Sekarang sudah masuk era disrupsi perubahan dari yang nyata beralih ke dunia maya, berdasarkan data publikasi Badan Pusat Statistik kesejahteraan rakyat tahun 2019 untuk wilayah Riau sebanyak 86.24% penduduk perkotaaan dan 86.28% penduduk perdesaan pengguna sosial media dari pengguna internet.
Malam tadi saya berjumpa dengan teman lama di warung kopi, saya mengusulkan kepada beliau (tim sukses) yang ingin sekali menjadi pemimpin di salah satu Kabupaten Provinsi Riau agar ia aktif berkomunikasi. Banyak tempat untuk menyampaikan pikiran. Media sosial banyak. Media cetak juga banyak. Tak mampu menulis, sampaikan lewat video. “Agar warga tahu apa yang menjadi keinginan Anda,†kata saya.
Jawabannya cukup membingungkan saya: “Nanti ide saya diambil orang.†Saya terpaksa harus menahan diri untuk tidak melanjutkan pembicaraan. Kalau ada orang khawatir idenya diambil, berarti persediaan kapasitas idenya tidak cukup banyak. Hanya orang yang punya banyak ide yang tidak pernah khawatir ide-idenya diambil orang.
Ide yang tumbuh di kepala kita sebenarnya tidak pernah murni tumbuh di sana. Ia juga datang dari kepala orang lain. Lalu tumbuh di kepala kita. Kalau ide itu kita kemukakan, mungkin saja diambil orang. Tapi yang diambil hanya bagian luar. Kulit – kulitnya saja. Bagian dalamnya tetap tertinggal di kepala kita. Tak ada orang yang mampu mengambil ide orang lain seluruhnya sekalian.
Kemauan membagikan pikiran kepada orang lain sebenarnya cerminan sikap kita terhadap dunia. Apakah kita orang yang suka memberi atau tidak? Orang yang suka memberi pastilah orang yang dalam dirinya tidak ada keserakahan. Pikiran yang kita sampaikan mungkin tidak dapat diterima sebagian orang. Itu biasa. Tidak pernah ada ide yang diterima seluruh umat manusia. Sedang firman Allah saja banyak ditolak, apalagi ide-ide yang muncul dari makhluk bernama manusia.
Bagi saya, orang yang tak rela membagi pikiran dengan orang lain tidak dipandang sekedar tak punya ide. Ia mungkin punya gagasan, punya pikiran, bahkan konsep, tapi ia pelit. Ia orang yang tidak suka memberi. Biasanya sikap seperti ini terkait dengan kemauan berbuat baik yang lain.
Saya, mungkin juga anda, berharap ke depan yang memimpin kabupaten/kota di Riau orang yang suka membagi kecerdasannya dengan banyak orang agar orang lain ikut jadi cerdas. Untuk itu ia harus mampu berkomunikasi dengan baik. Sekedar mengingatkan, tokoh-tokoh nasional level atas dari Indonesia pada masa lampau hampir seluruhnya suka berbagi pikiran dalam perjuangan kemerdekaan. Bung Tomo, HOS Tjokroaminoto dan yang lainnya, mereka pengobar semangat perjuangan rakyat terhadap penjajah dengan cara berkomunikasi. Orang menilai mereka dari cara komunikasi lisan maupun tulisan-tulisannya. Ketika orang menjadikan mereka pemimpin orang tidak menimbulkan keraguan.
Sekarang rakyat ingin dipimpin oleh orang yang kecerdasannya tampak dari cara komunikasi lisan maupun tulisannya. Kadang orang melupakan kesalahannya karena menghargai apa yang ia komunikasikan. Kita masih cukup berbudi untuk menghargai pemikiran yang mencerahkan. Sekalipun sudah tidak ada orang tersebut.
Berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan apa yang ada dalam pikiran kita dalam bentuk kata, simbol atau gerakan tubuh. Berkomunikasi lebih dari itu. Tujuan berkomunikasi mencari kesamaan-kesamaan (commonness) di antara orang-orang yang memiliki berbagai pernyataan, untuk kemudian diarahkan pada pembentukan komitmen-komitmen. Ujungnya, komitmen melakukan kerjasama.
Jurgen Habermas mengatakan, “ All political power derives from the communicative power of citizen (semua kekuatan politik berasal dari kekuatan komunikasi dari warga). Jadi, kekuatan politik dari sekelompok orang sangat ditentukan oleh kekuatan komunikasi warga dengan kemampuan reflektif dinyatakan sebagai proses dialogis, pedagogis dan politik. Ketika kekuatan komunikasi warga melemah, kekuatan politik sekelompok orang tadi akan menguat. Sebaliknya, kalau kekuatan komunikasi warga menguat, kekuatan kelompok tadi akan melemah. Makin sering dilakukan upaya membangun komunikasi, makin besar peluang meraih kekuatan yang ril.***
Margono Benny Purwindra, MIKom – Staf BPS Kabupaten Siak