Jumat, 22 November 2024

Mampukah UMKM Riau Menembus Pasar Ekspor?

- Advertisement -

Seperti kita ketahui bersama, pandemi Covid-19 telah menekan perekonomian di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Tak terkecuali Provinsi Riau sebagai bagian dari wilayah di Indonesia yang memiliki PDRB terbesar  ke 6 di Indonesia. Salah satu kegiatan ekonomi yang paling terdampak oleh pandemi ini adalah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan dihampir semua wilayah di Indonesia telah menekan gerak dan langkah UMKM dalam menjalankan usahanya. Keterbatasan modal dan segmen pasar yang masih berskala lokal juga menjadi salah satu penyebabnya.

- Advertisement -

Namun di tengah pandemi Covid-19 ini justru kinerja ekspor Provinsi Riau terus mengalami peningkatan.

Sejak bulan Juli 2020, nilai ekspor Riau terus mengalami peningkatan, bahkan pada bulan Januari 2021 ekspor Riau mencapai nilai tertinggi dalam kurun 7 tahun terakhir,  kemudian mengalami penurunan di bulan Februari tetapi nilainya masih di atas 1 miliar dolar AS. Badan Pusat Statistik Provinsi Riau pada 15 Maret 2021 merilis bahwa angka ekspor Riau Februari 2021 sebesar 1,11 miliar dolar AS, mengalami penurunan sebesar 27,83 persen dibandingkan Januari 2021.

Nilai tersebut masih cukup tinggi, dan jika dikurangi dengan nilai impor, Provinsi Riau masih mengalami surplus perdagangan luar negeri sebesar 1,01 miliar dolar AS. Peningkatan ekspor ini diharapkan juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga menjadi titik balik dalam menekan angka kemiskinan di Provinsi Riau, setelah tingkat kemiskinan mengalami peningkatan 0,22 persen poin di bulan September 2020.

- Advertisement -
Baca Juga:  Konter Naratif Media Sosial dan Bela Negara

Peningkatan ekspor Riau memang tidak berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan masyarakat. Barang-barang ekspor yang didominasi oleh minyak kelapa sawit, produk kimia dan turunannya, bubur kayu dan kertas, merupakan hasil dari industri besar, sehingga tidak terkait langsung terhadap pendapatan masyarakat namun setidaknya akan memperkuat perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup para karyawannya.

Di sisi lain, bahan baku berupa kelapa sawit sebagian juga diperoleh dari petani perkebunan rakyat sehingga praktis meningkatkan pendapatan petani perkebunan. Di sinilah UMKM dapat berperan sebagai penunjang kegiatan dari perusahaan besar, baik sebagai petani, pedagang pengumpul, angkutan bahan baku, sampai supplier kebutuhan perusahaan atau pertanian.

Untuk terlibat dalam perdagangan ekspor, UMKM tidaklah harus masuk dalam perdagangan internasional. Dalam konsep penghitungan PDRB, perdagangan antar provinsi juga masuk dalam perdagangan ekspor antar wilayah. Potensi ini yang masih memiliki ruang yang cukup luas untuk UMKM.

Berbeda dengan perdagangan luar negeri, Provinsi Riau masih mengalami devisit pada perdagangan antar wilayah. Hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada tahun 2020 menunjukan selama periode tahun 2019 perdagangan antar wilayah Provinsi Riau mengalami devisit perdagangan sebesar Rp19,28 triliun.

Baca Juga:  Tragedi Minyak Goreng Indonesia

Untuk menutupi kekurangan dari produksi lokal, kita masih melakukan impor barang dari luar wilayah provinsi Riau di hampir semua komoditas yang dibutuhkan masyarakat, seperti bahan makanan, rokok, perlengkapan/peralatan rumah tangga, obat-obatan dan barang pribadi lainnya. Sedangkan untuk perdagangan ekspor antar wilayah pada komoditas yang berasal dari provinsi Riau masih didominasi industri besar, seperti santan kemasan, bahan bakar minyak, kertas HPS, minyak goreng/CPO padahal banyak komoditas yang mungkin dapat dikelola UMKM seperti pinang, karet, tepung sagu, makanan ringan dll. Di samping itu, pedagang pengumpul hasil pertanian/perkebunan juga dapat memberikan kontribusinya dalam perdagangan antar wilayah.

Untuk dapat meningkatkan kinerja UMKM Riau, terutama agar dapat memiliki peranan dalam perdagangan ekspor, tentunya diperlukan kehadiran Pemerintah Daerah ditengah-tengah UMKM Riau, bukan hanya pada bantuan modal atau stimulus, tetapi juga pembinaan dalam pengembangan dan pemasaran produknya.

Akhirnya kita dapat berharap kepada Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Riau yang memiliki posisi strategis dalam pemulihan ekonomi Riau ditengah Pandemi Covid-19 melalui kebangkitan UMKM.***

 

Seperti kita ketahui bersama, pandemi Covid-19 telah menekan perekonomian di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Tak terkecuali Provinsi Riau sebagai bagian dari wilayah di Indonesia yang memiliki PDRB terbesar  ke 6 di Indonesia. Salah satu kegiatan ekonomi yang paling terdampak oleh pandemi ini adalah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan dihampir semua wilayah di Indonesia telah menekan gerak dan langkah UMKM dalam menjalankan usahanya. Keterbatasan modal dan segmen pasar yang masih berskala lokal juga menjadi salah satu penyebabnya.

- Advertisement -

Namun di tengah pandemi Covid-19 ini justru kinerja ekspor Provinsi Riau terus mengalami peningkatan.

Sejak bulan Juli 2020, nilai ekspor Riau terus mengalami peningkatan, bahkan pada bulan Januari 2021 ekspor Riau mencapai nilai tertinggi dalam kurun 7 tahun terakhir,  kemudian mengalami penurunan di bulan Februari tetapi nilainya masih di atas 1 miliar dolar AS. Badan Pusat Statistik Provinsi Riau pada 15 Maret 2021 merilis bahwa angka ekspor Riau Februari 2021 sebesar 1,11 miliar dolar AS, mengalami penurunan sebesar 27,83 persen dibandingkan Januari 2021.

- Advertisement -

Nilai tersebut masih cukup tinggi, dan jika dikurangi dengan nilai impor, Provinsi Riau masih mengalami surplus perdagangan luar negeri sebesar 1,01 miliar dolar AS. Peningkatan ekspor ini diharapkan juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga menjadi titik balik dalam menekan angka kemiskinan di Provinsi Riau, setelah tingkat kemiskinan mengalami peningkatan 0,22 persen poin di bulan September 2020.

Baca Juga:  Fusi Sains dalam Profetik Pedagogi

Peningkatan ekspor Riau memang tidak berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan masyarakat. Barang-barang ekspor yang didominasi oleh minyak kelapa sawit, produk kimia dan turunannya, bubur kayu dan kertas, merupakan hasil dari industri besar, sehingga tidak terkait langsung terhadap pendapatan masyarakat namun setidaknya akan memperkuat perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup para karyawannya.

Di sisi lain, bahan baku berupa kelapa sawit sebagian juga diperoleh dari petani perkebunan rakyat sehingga praktis meningkatkan pendapatan petani perkebunan. Di sinilah UMKM dapat berperan sebagai penunjang kegiatan dari perusahaan besar, baik sebagai petani, pedagang pengumpul, angkutan bahan baku, sampai supplier kebutuhan perusahaan atau pertanian.

Untuk terlibat dalam perdagangan ekspor, UMKM tidaklah harus masuk dalam perdagangan internasional. Dalam konsep penghitungan PDRB, perdagangan antar provinsi juga masuk dalam perdagangan ekspor antar wilayah. Potensi ini yang masih memiliki ruang yang cukup luas untuk UMKM.

Berbeda dengan perdagangan luar negeri, Provinsi Riau masih mengalami devisit pada perdagangan antar wilayah. Hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada tahun 2020 menunjukan selama periode tahun 2019 perdagangan antar wilayah Provinsi Riau mengalami devisit perdagangan sebesar Rp19,28 triliun.

Baca Juga:  Transformasi Budaya Gesit

Untuk menutupi kekurangan dari produksi lokal, kita masih melakukan impor barang dari luar wilayah provinsi Riau di hampir semua komoditas yang dibutuhkan masyarakat, seperti bahan makanan, rokok, perlengkapan/peralatan rumah tangga, obat-obatan dan barang pribadi lainnya. Sedangkan untuk perdagangan ekspor antar wilayah pada komoditas yang berasal dari provinsi Riau masih didominasi industri besar, seperti santan kemasan, bahan bakar minyak, kertas HPS, minyak goreng/CPO padahal banyak komoditas yang mungkin dapat dikelola UMKM seperti pinang, karet, tepung sagu, makanan ringan dll. Di samping itu, pedagang pengumpul hasil pertanian/perkebunan juga dapat memberikan kontribusinya dalam perdagangan antar wilayah.

Untuk dapat meningkatkan kinerja UMKM Riau, terutama agar dapat memiliki peranan dalam perdagangan ekspor, tentunya diperlukan kehadiran Pemerintah Daerah ditengah-tengah UMKM Riau, bukan hanya pada bantuan modal atau stimulus, tetapi juga pembinaan dalam pengembangan dan pemasaran produknya.

Akhirnya kita dapat berharap kepada Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Riau yang memiliki posisi strategis dalam pemulihan ekonomi Riau ditengah Pandemi Covid-19 melalui kebangkitan UMKM.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari