Jumat, 20 September 2024

Sisi Baik Corona

Tahun 2020 mungkin akan menjadi salah satu tahun paling bersejarah bagi dunia karena pandemi yang menjangkiti hampir seluruh belahan dunia dan menjadi bencana massal yang terbesar. Tidak begitu jelas apa penyebabnya, siapa pembawanya yang jelas tahun 2020 mata dunia tertuju pada pandemi Covid 19. Terdeteksi sejak Desember 2019 hingga kini pandemi ini masih menjadi momok menakutkan bagi penduduk dunia. Pada tanggal 11 Juni 2020 di Indonesia tercatat sebanyak 35.295 ribu penduduk Indonesia dinyatakan positif terjangkit virus corona dengan angka kematian mencapai 2.000 jiwa.

Pandemi ini tidak hanya menimbulkan kecemasan dan ketakutan, tetapi lebih dari itu berhasil mengubah tatanan pola hidup masyarakat global. Hampir semua lini kehidupan terkena dampak  pandemi ini, mulai dari segi ekonomi, politik  hingga sosial budaya masyarakat dunia. Momok menakutkan ini menyebabkan perubahan tatanan kehidupan. Untuk pertama kalinya rumah ibadah di Indonesia ditutup selama pandemi, sekolah dan kampus diliburkan hingga muncul istilah work from home (WFH) dan study from home (SFH). Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah, mau tidak mau juga memaksa  anggota keluarga menghabiskan waktu di rumah, sehingga aktivitas yang sebelumnya dilakukan di luar terpaksa dilakukan di rumah saja.

Jika berbicara tentang wabah ini, yang tergambar di benak kita hanyalah dampak buruk yang ditimbulkannya, namun benarkah pandemi ini hanya membawa dampak negatif bagi kehidupan? Ternyata di balik sebuah peristiwa selalu ada sisi baik atau hikmah yang bisa kita petik.

Baca Juga:  Solusi Mengatasi Sampah Pekanbaru

Pada kesempatan ini, mari kita resapi dan renungkan beberapa hal positif yang lahir dari pandemi ini secara sosial budaya, yaitu: 1) Semakin tingginya tingkat kedermawanan masyarakat, 2) Hubungan antara anggota keluarga semakin erat dan intim serta 3) Pola hidup sehat dan bersih mulai menjadi kebiasaan  yang melekat di masyarakat.

- Advertisement -

Kedermawanan, yang juga dikenal dengan istilah filantropi, tampaknya kian dibutuhkan ketika beban masyarakat semakin berat terdampak virus ini. Di Indonesia sendiri banyak kita temukan bantuan atau donasi yang dihimpun mulai dari kalangan selebriti, pengusaha, paguyuban, lembaga pendidikan hingga masyarakat umum tanpa memandang ras, suku dan agama untuk mengurangi beban sesama.  Kedermawanan atau filantropi bermakna cinta pada sesama manusia atau peduli pada kondisi manusia lain yang diwujudkan melalui perilaku dermawan dan cinta pada sesama. Kesadaran untuk memberikan bantuan dalam rangka mengatasi kesulitan dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan survey Lembaga Amal Charities Aid Foundation (dalam Laporan World Giving Indeks 2018), Indonesia merupakan negara paling dermawan, Mengapa? Ada beberapa hal yang turut mendorong masyarakat kita untuk melakukan aksi filantropi (kedermawanan) :  1. Adanya budaya gotong royong yang diwariskan secara turun temurun, 2. Rasa solidaritas yang tinggi antar sesama 3. Nilai-nilai yang mengajarkan pentingnya beramal dalam setiap ajaran agama.

Baca Juga:  Pandemi Influenza 1918 dan Pendekatan Budaya

Berbagai cara dilakukan   pemerintah dan masyarakat maupun perorangan untuk mengurangi beban sesama. Di Kota Pekanbaru beberapa kali saya lihat di jalan Sudirman,  dan jalan Gadjahmada orang-orang membagikan bantuan sembako, makanan siap saji, buah-buahan, masker, handsanitizer juga vitamin gratis. Tidak hanya itu, di beberapa kompleks perumahan seperti di perumahan Bina Widya Panam masyarakat secara swadaya d ibawah koordinasi ketua RW setempat, menyediakan kantong-kantong berisi bahan makanan seperti cabai, bawang, kentang, sayuran dll yang bisa diambil secara gratis bagi orang-orang yang membutuhkan. Hal tersebut menggambarkan tingkat kedermawanan yang  tinggi di kalangan masyarakat kita.

- Advertisement -

Astri Gonzaga Dionisio, Child ptotection Specialist UNICEF Indonesia, mengungkapkan bahwa Stay Home sebagai bagian dari gerakan pencegahan Covid-19, merupakan waktu yang tepat untuk merangkai komunikasi yang baik dengan anak dan keluarga kita. Tujuan komunikasi keluarga tidak lain adalah untuk memperkuat hubungan insani yang dikenal dengan istilah human relation. Hubungan yang lebih menitikberatkan pada kepuasan keduabelah pihak dalam berkomunikasi. Terciptanya human relation akan meminimalisir konflik pribadi yang terjadi.

Akhirnya, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,  kita kesampingkan sejenak kekhawatiran dari dampak negatif corona ini. Mari kita sama-sama kembangkan  kebaikan-kebaikan yang muncul sebagai dampak dari pandemi ini. Tulisan ini hanya ingin menghimbau masyarakat untuk mencoba melihat sisi lain dari sudut pandang yang berbeda sehingga kita tidak terus menerus  terpuruk dan gelisah, seraya selalu berserah diri pada-Nya.***

Tahun 2020 mungkin akan menjadi salah satu tahun paling bersejarah bagi dunia karena pandemi yang menjangkiti hampir seluruh belahan dunia dan menjadi bencana massal yang terbesar. Tidak begitu jelas apa penyebabnya, siapa pembawanya yang jelas tahun 2020 mata dunia tertuju pada pandemi Covid 19. Terdeteksi sejak Desember 2019 hingga kini pandemi ini masih menjadi momok menakutkan bagi penduduk dunia. Pada tanggal 11 Juni 2020 di Indonesia tercatat sebanyak 35.295 ribu penduduk Indonesia dinyatakan positif terjangkit virus corona dengan angka kematian mencapai 2.000 jiwa.

Pandemi ini tidak hanya menimbulkan kecemasan dan ketakutan, tetapi lebih dari itu berhasil mengubah tatanan pola hidup masyarakat global. Hampir semua lini kehidupan terkena dampak  pandemi ini, mulai dari segi ekonomi, politik  hingga sosial budaya masyarakat dunia. Momok menakutkan ini menyebabkan perubahan tatanan kehidupan. Untuk pertama kalinya rumah ibadah di Indonesia ditutup selama pandemi, sekolah dan kampus diliburkan hingga muncul istilah work from home (WFH) dan study from home (SFH). Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah, mau tidak mau juga memaksa  anggota keluarga menghabiskan waktu di rumah, sehingga aktivitas yang sebelumnya dilakukan di luar terpaksa dilakukan di rumah saja.

Jika berbicara tentang wabah ini, yang tergambar di benak kita hanyalah dampak buruk yang ditimbulkannya, namun benarkah pandemi ini hanya membawa dampak negatif bagi kehidupan? Ternyata di balik sebuah peristiwa selalu ada sisi baik atau hikmah yang bisa kita petik.

Baca Juga:  Pancasila, Sudah Final!

Pada kesempatan ini, mari kita resapi dan renungkan beberapa hal positif yang lahir dari pandemi ini secara sosial budaya, yaitu: 1) Semakin tingginya tingkat kedermawanan masyarakat, 2) Hubungan antara anggota keluarga semakin erat dan intim serta 3) Pola hidup sehat dan bersih mulai menjadi kebiasaan  yang melekat di masyarakat.

Kedermawanan, yang juga dikenal dengan istilah filantropi, tampaknya kian dibutuhkan ketika beban masyarakat semakin berat terdampak virus ini. Di Indonesia sendiri banyak kita temukan bantuan atau donasi yang dihimpun mulai dari kalangan selebriti, pengusaha, paguyuban, lembaga pendidikan hingga masyarakat umum tanpa memandang ras, suku dan agama untuk mengurangi beban sesama.  Kedermawanan atau filantropi bermakna cinta pada sesama manusia atau peduli pada kondisi manusia lain yang diwujudkan melalui perilaku dermawan dan cinta pada sesama. Kesadaran untuk memberikan bantuan dalam rangka mengatasi kesulitan dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan survey Lembaga Amal Charities Aid Foundation (dalam Laporan World Giving Indeks 2018), Indonesia merupakan negara paling dermawan, Mengapa? Ada beberapa hal yang turut mendorong masyarakat kita untuk melakukan aksi filantropi (kedermawanan) :  1. Adanya budaya gotong royong yang diwariskan secara turun temurun, 2. Rasa solidaritas yang tinggi antar sesama 3. Nilai-nilai yang mengajarkan pentingnya beramal dalam setiap ajaran agama.

Baca Juga:  Revolusi Mental di Balik Covid-19

Berbagai cara dilakukan   pemerintah dan masyarakat maupun perorangan untuk mengurangi beban sesama. Di Kota Pekanbaru beberapa kali saya lihat di jalan Sudirman,  dan jalan Gadjahmada orang-orang membagikan bantuan sembako, makanan siap saji, buah-buahan, masker, handsanitizer juga vitamin gratis. Tidak hanya itu, di beberapa kompleks perumahan seperti di perumahan Bina Widya Panam masyarakat secara swadaya d ibawah koordinasi ketua RW setempat, menyediakan kantong-kantong berisi bahan makanan seperti cabai, bawang, kentang, sayuran dll yang bisa diambil secara gratis bagi orang-orang yang membutuhkan. Hal tersebut menggambarkan tingkat kedermawanan yang  tinggi di kalangan masyarakat kita.

Astri Gonzaga Dionisio, Child ptotection Specialist UNICEF Indonesia, mengungkapkan bahwa Stay Home sebagai bagian dari gerakan pencegahan Covid-19, merupakan waktu yang tepat untuk merangkai komunikasi yang baik dengan anak dan keluarga kita. Tujuan komunikasi keluarga tidak lain adalah untuk memperkuat hubungan insani yang dikenal dengan istilah human relation. Hubungan yang lebih menitikberatkan pada kepuasan keduabelah pihak dalam berkomunikasi. Terciptanya human relation akan meminimalisir konflik pribadi yang terjadi.

Akhirnya, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,  kita kesampingkan sejenak kekhawatiran dari dampak negatif corona ini. Mari kita sama-sama kembangkan  kebaikan-kebaikan yang muncul sebagai dampak dari pandemi ini. Tulisan ini hanya ingin menghimbau masyarakat untuk mencoba melihat sisi lain dari sudut pandang yang berbeda sehingga kita tidak terus menerus  terpuruk dan gelisah, seraya selalu berserah diri pada-Nya.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari