Sebanyak 313 pasukan muslim, itulah angka yang tercatat dalam sejarah sebagai pasukan muslim pertama yang terbentuk menjelang terjadinya perang badar. Guna mengetahui kekuatan pasukan musuh yang akan dihadapi, Rasulullah mengorek informasi tentang jumlah pasukan lawan dari 2 orang tukang masak pasukan Qurais yang tertangkap ketika hendak mengambil pasokan air. Mengingat kapasitasnya hanya sebagai tukang masak, informan ini tidak bisa menyebutkan secara pasti berapa jumlah pasukan yang dibawa oleh Abu Jahal kala itu. Namun yang pasti, lanjut mereka, kami memotong 9 sampai 10 ekor unta setiap hari untuk kebutuhan makan pasukan Qurais. Dari angka inilah, Rasulullah memperkirakan bahwa jumlah lawan sekitar 900 sampai 1.000 orang, angka perkiraan yang dikemudian hari terkonfirmasi dan tercatat dalam sejarah. Hasil akhir peperangan itu menorehkan kemenangan besar di pihak kaum muslimin. Tercatat di kala itu 14 orang syahid dari pihak kaum muslimin, di pihak Qurais sebanyak 70 orang tewas serta 70 orang jadi tawanan.
Itulah sepenggal kisah Perang Badar dengan beberapa angka statistik yang tercatat dalam sejarah. Bagi kita yang hidup di zaman now, tentu angka statistik sangat penting. Dalam kehidupan yang lebih kompleks di zaman sekarang, angka statistik yang dibutuhkan tentu semakin beragam. Sebut saja angka jumlah penduduk, angka kelahiran, kematian, rasio penduduk, inflasi, kemiskinan, PDRB, IPM serta beragam statistik lainnya sangat menentukan arah perencanaan, tools evaluasi, hingga mengukur capaian pembangunan. Ujung dari semua itu adalah bagaimana kualitas hidup manusia di masa depan bisa lebih baik lagi.
Basic-nya adalah sensus penduduk. Manusia adalah subjek pembangunan sekaligus sebagai objek dari pembangunan itu sendiri. Sehingga statistik yang terkait manusia, baik itu jumlah, komposisi, hingga karakteristiknya sangat diperlukan untuk diketahui. Oleh karena itu United Nations (UN/PBB) merekomendasikan seluruh negara yang ada di dunia ini untuk melakukan sensus penduduk (SP) paling tidak sepuluh tahun sekali. Di Indonesia, SP dilaksanakan 6 kali yaitu di 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010.
Membayangkan sensus sama dengan membayangkan adanya petugas pendata, datang ke rumah-rumah yang menanyakan serta mencatat informasi anda, istri, anak-anak, serta siapapun yang ada di rumah Anda. Itulah yang terjadi dalam 6 kali sensus yang telah dilaksanakan. Akankah itu akan terjadi lagi di sensus berikutnya?
Sejarah baru itu adalah SP Online. Tahun 2020, diwacanakan oleh pemerintah Indonesia melalui BPS sebagai tahun sensus untuk ketujuh kalinya. Combine Method, menjadi pembeda pertama SP 2020 dengan sensus-sensus sebelumnya. Metode ini mengkombinasikan antara metode canvasing melalui pendataan door-to-door dengan metode registrasi penduduk. Data hasil registrasi penduduk dari Kementerian Dalam Negeri yang yang mencatat penduduk secara dejure digunakan sebagai data dasar dalam Sensus Penduduk 2020 untuk mendapatkan penduduk secara defacto dalam lokasi tempat tinggal dan termutakhir dalam karakteristik penduduk. Combine method tidak memberikan “rasa” sensus yang berbeda bagi masyarakat.
Mengambil potensi infrastruktur teknologi informasi yang tumbuh dengan pesat, BPS menawarkan “rasa” sensus berbeda melalui penggunaan 3 jenis moda pendataan sekaligus yaitu: Computer Assisted Web Interviewing (CAWI), Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI), dan Paper and Pencil Interviewing (PAPI). CAPI dan PAPI keduanya merupakan tools pendataan canvasing (door-to-door) dengan alat catat yang berbeda, CAPI menggunakan gadget petugas dan PAPI menggunakan kertas.
Dari ketiga moda pendataan di atas, CAWI atau BPS menyebutnya dengan istilah SP Online-lah yang akan memberikan rasa sensus berbeda untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan sensus di Indonesia. SP Online mengubah cara pandang dan bayangan sensus yang telah lalu. Sekaligus mengubah posisi objek sensus (penduduk) dari pasif menjadi aktif. Penduduklah yang aktif memutakhirkan informasi diri dan keluarganya sendiri menggunakan moda SP Online yang telah disiapkan.
Kunci sukses itu adalah “response rate”, yang hadir dari kepedulian setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi aktif dalam SP Online. Yang rela mengorbankan waktu barang beberapa menit untuk memutakhirkan data diri serta keluarganya secara mandiri.
Sejarah itu ditorehkan mulai 15 Februari-31 Maret 2020 melalui sistem SP Online di alamat sensus.bps.go.id oleh para “pahlawan” data bangsa Indonesia. Buktikan bahwa anda adalah Indonesia dan Cinta Indonesia dengan mencatatkan diri anda secara mandiri sebagai bagian dari usaha #MencatatIndonesia. ***