KEBERHASILAN suatu kaum atau golongan dalam suatu negeri dikarenakan kepatuhan mereka kepada pemimpin (umaro) dan ulamanya. Pada masa Rasulullah SAW, ketika perang badar terjadi pada 17 Ramadan 2 H (13 Maret 624) pasukan kecil kaum muslimin yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlajh 1.000 orang.
Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan muslimin menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy yang kemudian dalam kekalahan. Apa sesungguhnya faktor-faktor kemenangan kaum muslimin pada Perang Badar?
Pertama, kepatuhan terhadap pusat komando yaitu Rasulullah SAW. Kedua, adanya pasukan cadangan dengan pola shufuf (berbaris berlapislapis). Adapun musuh menerapkan pola Alkar dan Alfar (maju–mundur). Ketiga, aqidah dan keyakinan, terutama kekuatan kaum muslimin sangat tak seimbang menghadapi musuh. Keempat, moral/mental pasukan yang sangat tinggi.
Kalau kita lihat salah satu faktor kemenangan kaum muslimin pada Perang Badar, yaitu kepatuhan kepada pemimpin yakni Rasulullah S.A.W. Ini menunjukkan kepatuhan/ketaatan kepada pemimpin adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam Alquran dan Hadits, di antaranya adalah Firman Allah SWT di dalam surah An-Nisa’ (4) ayat 59, artinya: “Hai orangorang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamuâ€.
Dalam ayat di atas Allah menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian di dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW bersabda, artinya : “Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat†(HR. Bukhari No. 7144).
Imam al-Qadhi ‘Ali bin ‘Ali bin Muhammad bin Abi al-izzi ad-Dimasgy (terkenal dengan Ibnu Abil 122 wafat th. 792 H) rahimahullah berkata: â€Hukum mentaati Ulil Amri adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan) meskipun mereka berbuat zalim, karena jika keluar dari ketaatan kepada mereka akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibandingkan dengan kezhaliman penguasa itu sendiri, bahkan bersabar terhadap kezaliman mereka dapat meleburkan dosa-dosa dan dapat melipat gandakan pahala, karena Allah Azza Wa Jalla tak akan menguasakan mereka atas diri kita melainkan disebabkan kerusakan amal perbuatan kita juga. Ganjaran itu bergantung pada amal perbuatan, maka hendaklah kita bersungguh-sungguh memohon ampunan, bertaubat dan memperbaiki amal perbuatan.
Terkait kepatuhan warga kepada pemerintah terhadap wabah virus corona atau Covid-19 berbagai usaha/ikhtiar sudah mereka lakukan. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mendukung dan menaati pemerintah dalam semua upaya menghadapi wabah Covid-19, selama tidak bertentangan dengan syariat.
Kalau kita memperhatikan dan merenungkan, bimbingan pemerintah ternyata mengandung banyak kemaslahatan. Oleh karena itu, hendaklah kita mentaatinya sebagai wujud ibadah dan ketaatan kita kepada Allah dan rasul-Nya.
Dengan demikian, mari kita mengesampingkan ego dan kepentingan pribadi kita. Tundukkan akal dan perasaan kita di bawah dalil. Yakinlah, bahwa dalam setiap perintah Allah dan Rasul-Nya pasti ada hikmah di baliknya, baik kita sudah mengetahui maupun belum/tidak, bahkan Allah SWT akan mengganti untuk kita dengan sesuatu yang lebih baik daripada yang kita tinggalkan demi meraih ridha-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, artinya: â€Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik (daripada yang dia tinggalkan)â€. (Hadits ini dinilai shahih oleh syaikh al-bani dalam Hijab al-Mar-‘ah hlm 49).