Sabtu, 27 Juli 2024

Pulihkan Dampak Boikot Menggunakan Human Capital

(RIAUPOS.CO) – Salah satu produk air mineral menayangkan iklan produk mereka di televisi, namun ada yang berbeda dari iklan-iklan mereka sebelumnya. Pada iklan kali ini mereka bukan fokus kepada produk air mineral yang mereka produksi namun menonjolkan sisi karyawan mereka atau yang kita kenal dengan istilah Sumber Daya Manusia. Perlu jadi perhatian mengapa mereka mengangkat tema berbeda dari sebelumnya?

Jika kita amati suatu perusahaan yang memproduksi produk tertentu akan melakukan promosi dalam bentuk iklan yang fokus terhadap produk mereka saja, atau jika pun harus mengeluarkan iklan versi baru maka ada yang baru dalam produk mereka entah itu varian rasa baru, kemasan baru atau target konsumen yang baru.

- Advertisement -

Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam beberapa bulan terakhir kita menyaksikan di berbagai media terkait konflik antara Palestina dan Israel. Berbagai pihak menyuarakan apa dan bagaimana mereka menanggapi konflik tersebut. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram untuk membeli dan menggunakan beberapa produk yang di produksi oleh perusahaan yang diduga memihak terhadap Israel.

Sebut saja diantara beberapa perusahaan itu ialah Unilever, Pizza Hut, Starbucks, McDonald’s, ZARA, Bath and Body Works, dan lain-lain (CNBC Indonesia 29 Desember 2023). Dampak dari boikot beberapa produk tersebut pastinya adalah penjualan produk yang berkurang sehingga keuntungan dan omset menurun (anjlok).

Baca Juga:  Akankah Melayu Hilang di Bumi?

Berbagai strategi tentu dilakukan oleh perusahaan produsen beberapa produk tersebut agar kembali pulih antara lain dengan ; (1) Banting harga, Cuci Gudang, dan Diskon harga, (2) Klarifikasi di media sosial atau televisi. Pada strategi klarifikasi ini perusahaan dapat fokus kepada produk yang dijual atau pun seperti yang dilakukan oleh salah satu produk air mineral yang mana pada iklan mereka fokus kepada sumber daya manusia (Human Resources). Pada iklan tersebut mereka menceritakan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja telah memberikan 100% kepada karyawan mereka sehingga mereka merasa senang dan bangga bekerjaselama 20 tahun lebih di perusahaan tersebut

- Advertisement -

Dalam fenomena ini sebenarnya perusahaan tersebut telah sadar bahwa mereka harus menampilkan sisi lain yang juga sangat penting dalam keberlangsungan hidup perusahaan mereka yaitu Sumber daya manusia (Human Resources) dalam hal ini adalah para pekerja atau karyawan mereka. Zaman kini para pekerja atau karyawan tidak lagi dianggap hanya sebagai Sumber Daya (Resources) yang diminta tenaga serta pikiran nya oleh perusahaan dan setelah itu dibayarkan gaji nya, namun telah berubah menjadi Aset atau Modal. Maka kemudian terjadilah perubahan dari Human Resources menjadi Human Capital.

Baca Juga:  Peran Pesantren untuk Kota Layak Anak

Dalam dunia bisnis kita mengenal ada yang disebut dengan Aset Berwujud (Tangible Asset) dan Aset Tidak Berwujud (Intangible Asset). Kedua jenis aset ini sama pentingnya namun memang terkadang Intangible Asset sering terlupakan. Human capital muncul dari pemikiran bahwa manusia merupakan intangible aset yang memiliki banyak kelebihan yaitu: (1) Kemampuan manusia apabila digunakan dan disebarkan tidak akan berkurang melainkan bertambah baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi organisasi, (2) Manusia mampu mengubah data menjadi informasi yang bermakna, dan (3) Manusia mampu berbagi intelegensia dengan pihak lain.

Yang perlu dipahami, konsep human capital tidak hanya digunakan bagi organisasi berorientasi profit (perusahaan) namun juga sangat berdampak baik jika digunakan pada organisasi non-profit seperti di Pemerintahan, Institusi Pendidikan, Rumah Sakit dan lain-lain. Apabila pada suatu perusahaan yang berorientasi keuntungan (profit) dapat digambarkan bahwa apabila mereka telah memahami konsep Human Capital dengan baik maka mereka meletakkan produk dan karyawan mereka pada tingkatan level yang sama.

Disinilah paradigma pengembangan Human Capital memiliki potensi yang dahsyat untuk memulihkan kondisi perusahaan apabila pemimpin organisasi mampu menjadikan human capital sebagai Comparative Avantages dan Competitive Advantages. ***

Retni Pratiwi Mahasiswi Program Doktor Manajemen FEB Universitas Riau

(RIAUPOS.CO) – Salah satu produk air mineral menayangkan iklan produk mereka di televisi, namun ada yang berbeda dari iklan-iklan mereka sebelumnya. Pada iklan kali ini mereka bukan fokus kepada produk air mineral yang mereka produksi namun menonjolkan sisi karyawan mereka atau yang kita kenal dengan istilah Sumber Daya Manusia. Perlu jadi perhatian mengapa mereka mengangkat tema berbeda dari sebelumnya?

Jika kita amati suatu perusahaan yang memproduksi produk tertentu akan melakukan promosi dalam bentuk iklan yang fokus terhadap produk mereka saja, atau jika pun harus mengeluarkan iklan versi baru maka ada yang baru dalam produk mereka entah itu varian rasa baru, kemasan baru atau target konsumen yang baru.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam beberapa bulan terakhir kita menyaksikan di berbagai media terkait konflik antara Palestina dan Israel. Berbagai pihak menyuarakan apa dan bagaimana mereka menanggapi konflik tersebut. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram untuk membeli dan menggunakan beberapa produk yang di produksi oleh perusahaan yang diduga memihak terhadap Israel.

Sebut saja diantara beberapa perusahaan itu ialah Unilever, Pizza Hut, Starbucks, McDonald’s, ZARA, Bath and Body Works, dan lain-lain (CNBC Indonesia 29 Desember 2023). Dampak dari boikot beberapa produk tersebut pastinya adalah penjualan produk yang berkurang sehingga keuntungan dan omset menurun (anjlok).

Baca Juga:  Industri Halal dan Ekonomi Berkelanjutan

Berbagai strategi tentu dilakukan oleh perusahaan produsen beberapa produk tersebut agar kembali pulih antara lain dengan ; (1) Banting harga, Cuci Gudang, dan Diskon harga, (2) Klarifikasi di media sosial atau televisi. Pada strategi klarifikasi ini perusahaan dapat fokus kepada produk yang dijual atau pun seperti yang dilakukan oleh salah satu produk air mineral yang mana pada iklan mereka fokus kepada sumber daya manusia (Human Resources). Pada iklan tersebut mereka menceritakan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja telah memberikan 100% kepada karyawan mereka sehingga mereka merasa senang dan bangga bekerjaselama 20 tahun lebih di perusahaan tersebut

Dalam fenomena ini sebenarnya perusahaan tersebut telah sadar bahwa mereka harus menampilkan sisi lain yang juga sangat penting dalam keberlangsungan hidup perusahaan mereka yaitu Sumber daya manusia (Human Resources) dalam hal ini adalah para pekerja atau karyawan mereka. Zaman kini para pekerja atau karyawan tidak lagi dianggap hanya sebagai Sumber Daya (Resources) yang diminta tenaga serta pikiran nya oleh perusahaan dan setelah itu dibayarkan gaji nya, namun telah berubah menjadi Aset atau Modal. Maka kemudian terjadilah perubahan dari Human Resources menjadi Human Capital.

Baca Juga:  Menakar Pandemi di Tahun Politik

Dalam dunia bisnis kita mengenal ada yang disebut dengan Aset Berwujud (Tangible Asset) dan Aset Tidak Berwujud (Intangible Asset). Kedua jenis aset ini sama pentingnya namun memang terkadang Intangible Asset sering terlupakan. Human capital muncul dari pemikiran bahwa manusia merupakan intangible aset yang memiliki banyak kelebihan yaitu: (1) Kemampuan manusia apabila digunakan dan disebarkan tidak akan berkurang melainkan bertambah baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi organisasi, (2) Manusia mampu mengubah data menjadi informasi yang bermakna, dan (3) Manusia mampu berbagi intelegensia dengan pihak lain.

Yang perlu dipahami, konsep human capital tidak hanya digunakan bagi organisasi berorientasi profit (perusahaan) namun juga sangat berdampak baik jika digunakan pada organisasi non-profit seperti di Pemerintahan, Institusi Pendidikan, Rumah Sakit dan lain-lain. Apabila pada suatu perusahaan yang berorientasi keuntungan (profit) dapat digambarkan bahwa apabila mereka telah memahami konsep Human Capital dengan baik maka mereka meletakkan produk dan karyawan mereka pada tingkatan level yang sama.

Disinilah paradigma pengembangan Human Capital memiliki potensi yang dahsyat untuk memulihkan kondisi perusahaan apabila pemimpin organisasi mampu menjadikan human capital sebagai Comparative Avantages dan Competitive Advantages. ***

Retni Pratiwi Mahasiswi Program Doktor Manajemen FEB Universitas Riau

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari