Selasa, 17 September 2024

Gelandang Bertahan Kunci Kemenangan

PORTO (RIAUPOS.CO) – Chelsea sukses menjuarai Liga Champions untuk kali kedua, setelah meraihnya pertama kali pada 2012. Ini setelah dalam final di Estadio do Dragao, Ahad (30/5) dini hari WIB klub berjuluk The Blues itu sukses mengalahkan Manchester City 1-0 lewat gol tunggal Kai Havertz pada menit ke-42. Keberhasilan Chelsea tak lepas dari peran gelandang bertahan. Inilah yang membedakan Chelsea dengan juara Premier League itu.

Keputusan tactician City Pep Guardiola tidak memainkan gelandang bertahan menuai banyak kritik dari fans The Citizens. Tidak ada Rodri Hernandez yang biasanya menjadi gelandang bertahan pilihan reguler City musim ini. Apalagi sosok kapten tim Fernandinho. Sebagai gantinya, Pep menjadikan Ilkay Guendogan sebagai sosok jangkar. Trio lini tengah City (dalam skema 4-3-3) memang punya karakter advance dengan dua lainnya adalah Bernardo Silva dan Phil Foden. Bahkan, Foden menjadi second striker di belakang striker palsu, gelandang serang Kevin De Bruyne.

Hal itu bertolak belakang dengan Chelsea. Pelatih Thomas Tuchel tetap mengandalkan N’Golo Kante dan Jorginho di sentral permainan. Kante yang lebih defense pun memberikan pelajaran bahwa man of the match final Liga Champions bisa diraih gelandang bertahan meski tanpa gol maupun assist.

Seperti dilansir Squawka, Kante berhasil menyapu bersih aspek utama peran gelandang bertahan dalam final kemarin. Pemain 30 tahun itu memenangi 11 kali duel, 10 kali recovery, 3 tekel, 2 sapuan, dan 2 intersep. Selain itu, Kante tidak melakukan sekali pun pelanggaran sekaligus tidak ada pemain City yang bisa melewatinya dalam dribel satu lawan satu. 

- Advertisement -
Baca Juga:  Van de Beek Ingin MU Bisa Kalahkan PSG Lagi

"Semakin saya melihat dia (Kante), semakin saya yakin bahwa dia adalah gelandang bertahan terbaik dunia saat ini. Aku belum pernah melihat (gelandang bertahan) sebagus dia dalam 10 tahun terakhir," beber pemandu bakat Leicester City David Mills kepada The Sun. 

Mills adalah orang yang memantau Kante tujuh tahun silam. Yaitu, saat Kante masih berkostum SM Caen. Mills terpesona kepada Kante karena mengingatkannya kepada Claude Makelele. Yang menarik, Makelele yang juga pernah bermain untuk Chelsea (2003–2008) saat ini menjabat sebagai penasihat teknis The Blues. Berkat capaiannya kemarin, Si Tikus –julukan Kante– sudah meraih hampir semua titel ajang mayor di klub maupun timnas. Mulai Piala Dunia, Liga Champions, hingga liga (Premier League). Jika bisa melengkapinya dengan juara Euro 2020 yang bergulir dua pekan lagi, Kante bakal menyamai torehan eks winger Chelsea Pedro Rodriguez. 

- Advertisement -

"Dia menghadirkan spirit positif bagi tim ini. Bagaimana bisa Anda tetap rendah hati setelah memenangi Piala Dunia dan Liga Champions? Kante melakukannya," kata kapten Chelsea Cesar Azpilicueta kepada BBC. 

Sementara itu Guardiola berjanji akan membawa City ke final Liga Champions lagi di masa depan setelah pengalaman perdana City di final berakhir pahit. Guardiola sendiri menilai City bermain bagus dalam laga final Liga Champions pertama dalam sejarah klub.

Baca Juga:  Torehkan 15 Rebound, Kevin Septuliandra Top Rebound

 "Laga yang ketat. Untuk tim yang baru pertama kali tampil di final Liga Champions, kami menyajikan final yang bagus. Kami memperlihatkan keberanian, terutama di babak kedua. Para pemain melakukan dan mempertaruhkan segalanya. Sayang kami tidak bisa mencetak gol karena pertahanan mereka sangat kuat. Tapi kami akan kembali lagi suatu hari nanti," ujar Guardiola dalam konferensi pers.

Guardiola juga membela strategi serta susunan pemain yang dia mainkan. City tidak memainkan gelandang bertahan murni pada diri Fernandinho atau Rodri. Sementara itu di lini depan, Guardiola secara mengejutkan memainkan Raheem Sterling sebagai starter. Kedua hal itu berubah di babak kedua ketika Fernandinho masuk. Juga Gabriel Jesus dan Sergio Aguero. Jesus sendiri masuk menggantikan Kevin De Bruyne yang cedera pada menit ke-60.

 "Saya melakukan yang terbaik dengan susunan pemain. Saya berusaha memilih susunan terbaik untuk memenangi pertandingan. Kami kesulitan mematahkan garis pertahanan mereka di babak pertama. Babak kedua lebih baik, tetapi menghadapi struktur pertahanan Chelsea tidaklah mudah. Kami kesulitan mengantisipasi bola panjang juga bola-bola kesempatan kedua. Di momen seperti itu selalu dibutuhkan penampilan yang hebat," kata Guardiola. Kendati gagal menjuarai Liga Champions, Guardiola menegaskan City menjalani musim yang luar biasa. "Kami berusaha, tetapi gagal dan itu membuat kami wajib bekerja lebih keras mulai dari sekarang," katanya.(io/c18/dns/jpg)
 

PORTO (RIAUPOS.CO) – Chelsea sukses menjuarai Liga Champions untuk kali kedua, setelah meraihnya pertama kali pada 2012. Ini setelah dalam final di Estadio do Dragao, Ahad (30/5) dini hari WIB klub berjuluk The Blues itu sukses mengalahkan Manchester City 1-0 lewat gol tunggal Kai Havertz pada menit ke-42. Keberhasilan Chelsea tak lepas dari peran gelandang bertahan. Inilah yang membedakan Chelsea dengan juara Premier League itu.

Keputusan tactician City Pep Guardiola tidak memainkan gelandang bertahan menuai banyak kritik dari fans The Citizens. Tidak ada Rodri Hernandez yang biasanya menjadi gelandang bertahan pilihan reguler City musim ini. Apalagi sosok kapten tim Fernandinho. Sebagai gantinya, Pep menjadikan Ilkay Guendogan sebagai sosok jangkar. Trio lini tengah City (dalam skema 4-3-3) memang punya karakter advance dengan dua lainnya adalah Bernardo Silva dan Phil Foden. Bahkan, Foden menjadi second striker di belakang striker palsu, gelandang serang Kevin De Bruyne.

Hal itu bertolak belakang dengan Chelsea. Pelatih Thomas Tuchel tetap mengandalkan N’Golo Kante dan Jorginho di sentral permainan. Kante yang lebih defense pun memberikan pelajaran bahwa man of the match final Liga Champions bisa diraih gelandang bertahan meski tanpa gol maupun assist.

Seperti dilansir Squawka, Kante berhasil menyapu bersih aspek utama peran gelandang bertahan dalam final kemarin. Pemain 30 tahun itu memenangi 11 kali duel, 10 kali recovery, 3 tekel, 2 sapuan, dan 2 intersep. Selain itu, Kante tidak melakukan sekali pun pelanggaran sekaligus tidak ada pemain City yang bisa melewatinya dalam dribel satu lawan satu. 

Baca Juga:  Kadisdik Pekanbaru Dukung Inkanas Majukan Karate

"Semakin saya melihat dia (Kante), semakin saya yakin bahwa dia adalah gelandang bertahan terbaik dunia saat ini. Aku belum pernah melihat (gelandang bertahan) sebagus dia dalam 10 tahun terakhir," beber pemandu bakat Leicester City David Mills kepada The Sun. 

Mills adalah orang yang memantau Kante tujuh tahun silam. Yaitu, saat Kante masih berkostum SM Caen. Mills terpesona kepada Kante karena mengingatkannya kepada Claude Makelele. Yang menarik, Makelele yang juga pernah bermain untuk Chelsea (2003–2008) saat ini menjabat sebagai penasihat teknis The Blues. Berkat capaiannya kemarin, Si Tikus –julukan Kante– sudah meraih hampir semua titel ajang mayor di klub maupun timnas. Mulai Piala Dunia, Liga Champions, hingga liga (Premier League). Jika bisa melengkapinya dengan juara Euro 2020 yang bergulir dua pekan lagi, Kante bakal menyamai torehan eks winger Chelsea Pedro Rodriguez. 

"Dia menghadirkan spirit positif bagi tim ini. Bagaimana bisa Anda tetap rendah hati setelah memenangi Piala Dunia dan Liga Champions? Kante melakukannya," kata kapten Chelsea Cesar Azpilicueta kepada BBC. 

Sementara itu Guardiola berjanji akan membawa City ke final Liga Champions lagi di masa depan setelah pengalaman perdana City di final berakhir pahit. Guardiola sendiri menilai City bermain bagus dalam laga final Liga Champions pertama dalam sejarah klub.

Baca Juga:  Duel Guru dan Murid

 "Laga yang ketat. Untuk tim yang baru pertama kali tampil di final Liga Champions, kami menyajikan final yang bagus. Kami memperlihatkan keberanian, terutama di babak kedua. Para pemain melakukan dan mempertaruhkan segalanya. Sayang kami tidak bisa mencetak gol karena pertahanan mereka sangat kuat. Tapi kami akan kembali lagi suatu hari nanti," ujar Guardiola dalam konferensi pers.

Guardiola juga membela strategi serta susunan pemain yang dia mainkan. City tidak memainkan gelandang bertahan murni pada diri Fernandinho atau Rodri. Sementara itu di lini depan, Guardiola secara mengejutkan memainkan Raheem Sterling sebagai starter. Kedua hal itu berubah di babak kedua ketika Fernandinho masuk. Juga Gabriel Jesus dan Sergio Aguero. Jesus sendiri masuk menggantikan Kevin De Bruyne yang cedera pada menit ke-60.

 "Saya melakukan yang terbaik dengan susunan pemain. Saya berusaha memilih susunan terbaik untuk memenangi pertandingan. Kami kesulitan mematahkan garis pertahanan mereka di babak pertama. Babak kedua lebih baik, tetapi menghadapi struktur pertahanan Chelsea tidaklah mudah. Kami kesulitan mengantisipasi bola panjang juga bola-bola kesempatan kedua. Di momen seperti itu selalu dibutuhkan penampilan yang hebat," kata Guardiola. Kendati gagal menjuarai Liga Champions, Guardiola menegaskan City menjalani musim yang luar biasa. "Kami berusaha, tetapi gagal dan itu membuat kami wajib bekerja lebih keras mulai dari sekarang," katanya.(io/c18/dns/jpg)
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari