(RIAUPOS.CO) — Dua musim terakhir MotoGP sangatlah sulit buat Valentino Rossi. Selama itu, pembalap berjuluk The Doctor tersebut tak sekali pun mampu berdiri di podium teratas. Kali terakhir Rossi masuk finis paling depan sudah sangat lama. Yakni, di MotoGP Belanda, 25 Juni 2017. Lebih dari dua tahun silam.
Performa pembalap bernomor 46 itu di musim 2019 merupakan yang terburuk sejak kembali bergabung dengan Yamaha. Dia hanya mampu finis di peringkat ketujuh klasemen akhir pembalap.
Dia memang mengalami banyak masalah teknis. M1 milik Rossi kalah kencang ketimbang milik rekan setimnya, Maverick Vinales. Atau bahkan jika dibandingkan dengan tunggangan Fabio Quartararo, rider tim satelit Yamaha.
Dua bulan lagi, tepatnya pada 16 Februari, Rossi memasuki usia 41 tahun. Dia masih punya kontrak semusim lagi bersama Yamaha hingga akhir 2020. Namun, melihat kondisinya saat ini, ada kemungkinan dia memutuskan masa depannya di Yamaha lebih awal. Tidak harus menunggu akhir musim.
"Tahun depan menjadi krusial buatku,” kata Rossi dikutip Motorsport. ”Logikanya, keputusan lanjut atau tidak akan bergantung sepenuhnya pada hasil (balapan),” lanjutnya.
Demi meningkatkan performa, Rossi merombak jajaran krunya. Kepala kru Silvano Galbusera yang bekerja dengannya sejak 2014 digantikan orang lain. Yakni, David Munoz yang sebelumnya menjabat kepala teknisi tim Moto3, Sky VR46, milik Rossi. ”Kami akan melihat seberapa sejauh peluang kami bisa lebih kompetitif dan lebih cepat,” terang Rossi.
Namun, jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, juara dunia sembilan kali itu menyatakan tidak ragu untuk mundur dari Yamaha. Salah satu faktor yang akan menentukan keputusan Rossi adalah keberadaan Jorge Lorenzo.
Eks rider Ducati dan Honda tersebut santer dikabarkan bakal kembali ke Yamaha sebagai test rider. ”Aku sangat senang jika Lorenzo menjadi tester kami. Dia pembalap yang sangat cepat dan akan membantu kami,” sebut Rossi.
Sumber: JawaPos.com
Editor: Firman Agus