JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kursi kosong pelatih timnas senior Indonesia yang ditinggalkan Simon McMenemy segera terisi. PSSI sudah menunjuk Shin Tae-yong sebagai arsitek Merah Putih. Mantan pelatih timnas Korea Selatan (Korsel) di Piala Dunia 2018 itu kabarnya segera tiba di tanah air.
Ketua Umum PSSI Moch. Iriawan membenarkan kabar soal penunjukan Shin Tae-yong. "Seminggu ke depan sedang finalisasi masalah kontrak," terang pria yang akrab disapa Iwan Bule itu.
Nanti, jika sudah selesai menandatangani kontrak, Shin Tae-yong langsung memantau beberapa pemain. Dia juga secepatnya memimpin timnas. "Iya langsung (menangani timnas, Red). Karena masih ada pertandingan yang menanti Indonesia di Februari nanti," bebernya.
Shin Tae-yong dipilih setelah bersaing dengan Luis Milla. Keduanya memang sudah diminta memaparkan program kepelatihan. Setelah melalui perdebatan panjang di internal pengurus, akhirnya PSSI memilih Shin Tae-yong. "Keputusan ini diambil setelah rapat dengan anggota PSSI dan exco," ujarnya.
Bukan hanya itu. PSSI juga meminta pendapat beberapa pelatih top di Indonesia. "Dia dipilih karena pernah memimpin tim di Piala Dunia dan secara culture juga lebih cocok," paparnya.
Nah, tantangan pertama dari Shin Tae-yong adalah mengubah karakter permainan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Walau berada di peringkat paling buncit di grup G dan hampir mustahil lolos ke babak selanjutnya, PSSI dan masyarakat Indonesia berharap skuad Garuda bisa meraih hasil maksimal di tiga pertandingan sisa. Yakni, away melawan Thailand (26/3) dan Vietnam (4/6) serta menjamu Uni Emirat Arab pada 31 Maret mendatang.
Selain itu, di pengujung tahun, pria kelahiran Gyeongbuk tersebut diharapkan bisa memberi prestasi untuk Indonesia di ajang Piala AFF. Memberi gelar pertama pada event bergengsi di Asia Tenggara itu. Beban yang lumayan berat. Tapi, menurut PSSI, itu adalah tanggung jawab yang sepadan untuk sosok Shin Tae-yong.
Sumber internal Jawa Pos di PSSI menyebutkan, Shin Tae-yong dipilih karena program-programnya cukup realistis bagi Indonesia. Program mantan gelandang timnas Korsel tersebut tak butuh waktu lama untuk diaplikasikan timnas. Beda dengan Luis Milla.
"Kalau Milla itu butuh waktu, dia mengembangkan permainan pemain, menerapkan filosofinya ke segala segmen, mulai klub hingga ujungnya timnas, nanti pemain eks Asian Games pasti yang banyak mendapat porsi di training camp," kata sumber tersebut.
Musim ini sejumlah klub Liga 1 mengeluh karena adanya training camp jangka panjang yang diterapkan timnas. Namun, Shin Tae-yong punya program yang sedikit berbeda. Menurut sumber Jawa Pos, Shin Tae-yong tidak membutuhkan training camp jangka panjang. Dia hanya berfokus pada program fisik pemain.
"Jadi, nanti dia memberi program fisik tiap bulannya kepada klub-klub untuk dilakukan. Lalu, tiap bulan dievaluasi," tuturnya.
"Dia juga hanya berjanji ambil waktu 5–10 hari untuk persiapan timnas, setelah itu diserahkan ke klub agar berkembang di kompetisi, katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal