Kamis, 17 April 2025

Bernard Hopkins Sebut Pacquiao Lebih Penting dari Mayweather

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€” Bernard Hopkins adalah salah seorang petinju terbesar dalam sejarah. Pada periode 2004 sampai 2005, Hopkins memegang titel sebagai juara dunia sejati pada kelas menengah.

Dalam tiga dekade, Hopkins sangat mewarnai galaksi tinju dunia. Selain berjaya di kelas menengah, Hopkins juga menjadi juara dunia kelas berat ringan pada 2011 sampai 2012.

Pada 2011, Ring Magazine menempatkan Hopkins di posisi ketiga dalam daftar petinju kelas menengah terbaik dalam 50 tahun terakhir. Pada 2011, Hopkins meraih gelar juara dunia berat-ringan WBC pada usia 46 dan 126 hari. Itu menjadikannya petinju tertua dalam sejarah yang menjadi juara dunia.

Dengan rentetan gelarnya yang sangat mentereng itu, Hopkins menempatkan sosok Manny Pacquiao sebagai petinju yang lebih penting ketimbang Floyd Mayweather Jr.

Baca Juga:  Dikalahkan Dechapol/Sapsiree, Praveen/Melati Gagal Juara

Mayweather memang petinju tak terkalahkan sepanjang kariernya (50-0). Selain itu, dia juga menjadi petinju terkaya. Saat mengalahkan Pacquiao pada 2015, Mayweather mendapatkan bayaran mencapai 500 juta dolar AS (Rp7,1 triliun).

Selain itu, dia juga mendulang uang mencapai 433 juta dolar AS (Rp6,1 triliun) dalam pertarungan melawan mantan juara UFC Conor McGregor pada Agustus 2017.

Namun, tetap saja, di mata Hopkins, Pacquiao adalah petarung yang meninggalkan dampak lebih besar di dunia tinju ketimbang Mayweather. Bagi pria 55 tahun itu, pertarungan itu lebih penting ketimbang hanya sekadar uang.

"Bagi Floyd ini semua soal bisnis," kata Hopkins sebagaimana dilansir dari Ring TV.

"Manny bertarung melawan orang yang dipilih oleh promotornya. Sedangkan Floyd bertarung melawan orang yang secara finansial menguntungkan," imbuhnya.

Baca Juga:  Laga Luar Biasa

Ini menjelaskan mengapa butuh lima tahun untuk mewujudkan duel antara Mayweather kontra Pacquiao. Awalnya, duel itu direncanakan terjadi pada Maret 2010. Namun, pertarungan itu baru terwujud pada 2 Mei 2015 karena nilai uangnya sangat besar.

"Tapi, Mayweather tetap seorang Hall of Famer. Bagi saya, dia adalah petarung yang hebat dan cerdas dalam bisnis," kata Hopkins.

"Ketika tinju berakhir, kamu mulai melihat rekening bankmu dan anak-anakmu. Banyak sekali petinju yang bertarung selama bertahun-tahun, namun tidak mendapatkan kompensasi yang selayaknya," tambahnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€” Bernard Hopkins adalah salah seorang petinju terbesar dalam sejarah. Pada periode 2004 sampai 2005, Hopkins memegang titel sebagai juara dunia sejati pada kelas menengah.

Dalam tiga dekade, Hopkins sangat mewarnai galaksi tinju dunia. Selain berjaya di kelas menengah, Hopkins juga menjadi juara dunia kelas berat ringan pada 2011 sampai 2012.

Pada 2011, Ring Magazine menempatkan Hopkins di posisi ketiga dalam daftar petinju kelas menengah terbaik dalam 50 tahun terakhir. Pada 2011, Hopkins meraih gelar juara dunia berat-ringan WBC pada usia 46 dan 126 hari. Itu menjadikannya petinju tertua dalam sejarah yang menjadi juara dunia.

Dengan rentetan gelarnya yang sangat mentereng itu, Hopkins menempatkan sosok Manny Pacquiao sebagai petinju yang lebih penting ketimbang Floyd Mayweather Jr.

Baca Juga:  Dari Simulasi Tim untuk Piala Sudirman รขโ‚ฌโ€œ Thomas รขโ‚ฌโ€œ Uber Cup 2021

Mayweather memang petinju tak terkalahkan sepanjang kariernya (50-0). Selain itu, dia juga menjadi petinju terkaya. Saat mengalahkan Pacquiao pada 2015, Mayweather mendapatkan bayaran mencapai 500 juta dolar AS (Rp7,1 triliun).

Selain itu, dia juga mendulang uang mencapai 433 juta dolar AS (Rp6,1 triliun) dalam pertarungan melawan mantan juara UFC Conor McGregor pada Agustus 2017.

Namun, tetap saja, di mata Hopkins, Pacquiao adalah petarung yang meninggalkan dampak lebih besar di dunia tinju ketimbang Mayweather. Bagi pria 55 tahun itu, pertarungan itu lebih penting ketimbang hanya sekadar uang.

"Bagi Floyd ini semua soal bisnis," kata Hopkins sebagaimana dilansir dari Ring TV.

"Manny bertarung melawan orang yang dipilih oleh promotornya. Sedangkan Floyd bertarung melawan orang yang secara finansial menguntungkan," imbuhnya.

Baca Juga:  Conte Sesali Kekalahan Inter dari Juventus

Ini menjelaskan mengapa butuh lima tahun untuk mewujudkan duel antara Mayweather kontra Pacquiao. Awalnya, duel itu direncanakan terjadi pada Maret 2010. Namun, pertarungan itu baru terwujud pada 2 Mei 2015 karena nilai uangnya sangat besar.

"Tapi, Mayweather tetap seorang Hall of Famer. Bagi saya, dia adalah petarung yang hebat dan cerdas dalam bisnis," kata Hopkins.

"Ketika tinju berakhir, kamu mulai melihat rekening bankmu dan anak-anakmu. Banyak sekali petinju yang bertarung selama bertahun-tahun, namun tidak mendapatkan kompensasi yang selayaknya," tambahnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Bernard Hopkins Sebut Pacquiao Lebih Penting dari Mayweather

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€” Bernard Hopkins adalah salah seorang petinju terbesar dalam sejarah. Pada periode 2004 sampai 2005, Hopkins memegang titel sebagai juara dunia sejati pada kelas menengah.

Dalam tiga dekade, Hopkins sangat mewarnai galaksi tinju dunia. Selain berjaya di kelas menengah, Hopkins juga menjadi juara dunia kelas berat ringan pada 2011 sampai 2012.

Pada 2011, Ring Magazine menempatkan Hopkins di posisi ketiga dalam daftar petinju kelas menengah terbaik dalam 50 tahun terakhir. Pada 2011, Hopkins meraih gelar juara dunia berat-ringan WBC pada usia 46 dan 126 hari. Itu menjadikannya petinju tertua dalam sejarah yang menjadi juara dunia.

Dengan rentetan gelarnya yang sangat mentereng itu, Hopkins menempatkan sosok Manny Pacquiao sebagai petinju yang lebih penting ketimbang Floyd Mayweather Jr.

Baca Juga:  Tak Boleh Menyia-nyiakan Kesempatan

Mayweather memang petinju tak terkalahkan sepanjang kariernya (50-0). Selain itu, dia juga menjadi petinju terkaya. Saat mengalahkan Pacquiao pada 2015, Mayweather mendapatkan bayaran mencapai 500 juta dolar AS (Rp7,1 triliun).

Selain itu, dia juga mendulang uang mencapai 433 juta dolar AS (Rp6,1 triliun) dalam pertarungan melawan mantan juara UFC Conor McGregor pada Agustus 2017.

Namun, tetap saja, di mata Hopkins, Pacquiao adalah petarung yang meninggalkan dampak lebih besar di dunia tinju ketimbang Mayweather. Bagi pria 55 tahun itu, pertarungan itu lebih penting ketimbang hanya sekadar uang.

"Bagi Floyd ini semua soal bisnis," kata Hopkins sebagaimana dilansir dari Ring TV.

"Manny bertarung melawan orang yang dipilih oleh promotornya. Sedangkan Floyd bertarung melawan orang yang secara finansial menguntungkan," imbuhnya.

Baca Juga:  Messi Terpilih Jadi Pemain Terbaik FIFA 2023

Ini menjelaskan mengapa butuh lima tahun untuk mewujudkan duel antara Mayweather kontra Pacquiao. Awalnya, duel itu direncanakan terjadi pada Maret 2010. Namun, pertarungan itu baru terwujud pada 2 Mei 2015 karena nilai uangnya sangat besar.

"Tapi, Mayweather tetap seorang Hall of Famer. Bagi saya, dia adalah petarung yang hebat dan cerdas dalam bisnis," kata Hopkins.

"Ketika tinju berakhir, kamu mulai melihat rekening bankmu dan anak-anakmu. Banyak sekali petinju yang bertarung selama bertahun-tahun, namun tidak mendapatkan kompensasi yang selayaknya," tambahnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€” Bernard Hopkins adalah salah seorang petinju terbesar dalam sejarah. Pada periode 2004 sampai 2005, Hopkins memegang titel sebagai juara dunia sejati pada kelas menengah.

Dalam tiga dekade, Hopkins sangat mewarnai galaksi tinju dunia. Selain berjaya di kelas menengah, Hopkins juga menjadi juara dunia kelas berat ringan pada 2011 sampai 2012.

Pada 2011, Ring Magazine menempatkan Hopkins di posisi ketiga dalam daftar petinju kelas menengah terbaik dalam 50 tahun terakhir. Pada 2011, Hopkins meraih gelar juara dunia berat-ringan WBC pada usia 46 dan 126 hari. Itu menjadikannya petinju tertua dalam sejarah yang menjadi juara dunia.

Dengan rentetan gelarnya yang sangat mentereng itu, Hopkins menempatkan sosok Manny Pacquiao sebagai petinju yang lebih penting ketimbang Floyd Mayweather Jr.

Baca Juga:  Terbang ke Amerika Serikat Juli Mendatang

Mayweather memang petinju tak terkalahkan sepanjang kariernya (50-0). Selain itu, dia juga menjadi petinju terkaya. Saat mengalahkan Pacquiao pada 2015, Mayweather mendapatkan bayaran mencapai 500 juta dolar AS (Rp7,1 triliun).

Selain itu, dia juga mendulang uang mencapai 433 juta dolar AS (Rp6,1 triliun) dalam pertarungan melawan mantan juara UFC Conor McGregor pada Agustus 2017.

Namun, tetap saja, di mata Hopkins, Pacquiao adalah petarung yang meninggalkan dampak lebih besar di dunia tinju ketimbang Mayweather. Bagi pria 55 tahun itu, pertarungan itu lebih penting ketimbang hanya sekadar uang.

"Bagi Floyd ini semua soal bisnis," kata Hopkins sebagaimana dilansir dari Ring TV.

"Manny bertarung melawan orang yang dipilih oleh promotornya. Sedangkan Floyd bertarung melawan orang yang secara finansial menguntungkan," imbuhnya.

Baca Juga:  Dikalahkan Dechapol/Sapsiree, Praveen/Melati Gagal Juara

Ini menjelaskan mengapa butuh lima tahun untuk mewujudkan duel antara Mayweather kontra Pacquiao. Awalnya, duel itu direncanakan terjadi pada Maret 2010. Namun, pertarungan itu baru terwujud pada 2 Mei 2015 karena nilai uangnya sangat besar.

"Tapi, Mayweather tetap seorang Hall of Famer. Bagi saya, dia adalah petarung yang hebat dan cerdas dalam bisnis," kata Hopkins.

"Ketika tinju berakhir, kamu mulai melihat rekening bankmu dan anak-anakmu. Banyak sekali petinju yang bertarung selama bertahun-tahun, namun tidak mendapatkan kompensasi yang selayaknya," tambahnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari