SELATPANJANG(RIAUPOS.CO) – Puluhan anak asal Desa Dwi Tunggal, Kecamatan Rangsang, Kepulauan Meranti diduga mengalami keracunan, Rabu (29/5). Jumlah pasien yang mendapat perawatan intensif sebanyak 28 orang, seluruhnya pelajar SDN 05.
“Keluhan mereka rata-rata sakit perut, mual, muntah, dan diare setelah pulang dari sekolah,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Kepulauan Meranti M Fahri kepada Riau Pos, Kamis (30/5).
Menurutnya, korban yang diduga keracunan makanan dan telah ditangani serius olehnya dan jajaran di puskesmas terdekat. “Semua sudah ditangani oleh perawat di puskesmas sehingga sebagian korban yang dinyatakan kondisinya membaik diperbolehkan pulang ke rumahnya,” tuturnya.
Walaupun demikian ia belum dapat memastikan penyebab kejadian apakah seluruh korban keracunan makanan karena masih dalam pemeriksaan dan sedang dilakukan observasi atau penyelidikan epidemiologi oleh tim medis.
“Untuk memastikan penyebab keracunan tersebut, petugas telah mengambil keterangan korban, saksi, sampel makanan, dan kotoran pasien untuk diuji atau penyelidikan epidemiologi,” ujarnya.
Kapolsek Rangsang Ipda Anton Hilman SH mengungkapkan, keterangan dari sebagian pelajar yang diduga keracunan, korban sebelumnya membeli jajanan kerupuk di kantin sekolah. “Mereka dirujuk pukul 20.00 WIB setelah mengalami mual-mual. Namun kondisinya masih dalam keadaan sadar,” ujarnya.
Ipda Anton mengungkapkan, pihak kepolisian telah mendatangi TKP (tempat kejadian perkara) dan melakukan pemeriksaan saksi, termasuk meminta keterangan penjualnya. Selain itu bersama dengan Dinas Kesehatan, polisi juga sudah mengambil sampel makanan yang diduga sebagai penyebab keracunan.
Disebutkan, keracunan makanan adalah ancaman serius bagi kesehatan, sehingga perlu dilakukan investigasi mendalam untuk mengetahui sumber dan penyebabnya. “Kami bersama tim Dinas Kesehatan bergerak cepat mengecek ke kantin sekolah dan mengamankan sampel jajanan yang berada di dua kantin sekolah itu. Selanjutnya kami akan lakukan penyelidikan lebih lanjut,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala SDN 05 Dwi Tunggal, Kecamatan Rangsang, Kepulauan Meranti Wulandari membeberkan kronologis keracunan massal yang telah menimpa anak didiknya. Kejadian diawali atas informasi, terdapat delapan orang anak didiknya dirawat intensif oleh bidan desa setempat karena keracunan makanan.
“Saya tahu anak saya keracunan makanan itu dari bidan desa. Delapan orang dilaporkan mengalami gejala yang sama. Setelah informasi tersebut, kami teruskan ke grup WA kelas agar dapat ditelusuri potensi bertambahnya korban lain. Setelah itu diketahui korban bertambah hingga 28 orang,” ujarnya.
Selain dirinya dan pihak sekolah, kejadian itu turut mengundang perhatian aparat kepolisian bersama jajaran puskesmas terdekat untuk olah TKP. Bahkan kegiatan tersebut berlangsung hingga siang. “Tadi (kemarin, red) siang lanjutkan olah TKP oleh Dinas Kesehatan kabupaten dan Provinsi Riau turun ke sekolah,” bebernya.
Keterangan yang diterima dari murid, korban mengalami gejalanya pusing, mual dan muntah. Sebelum kejadian, jajanan korban random atau berda-beda. Namun gejala yang dialami sama. “Meskipun demikian kuat asumsi kami gejala itu timbul karena jajanan warung yang berdekatan dengan sekolah,” ujarnya.
Hingga kini, selaku pihak sekolah, Wulan belum dapat memberikan kepastian sebelum hasil dari atau penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh pihak terkait mereka terima. Sebelum kejadian ia mengaku pihak sekolah selalu inspeksi kantin tersebut untuk memastikan setiap jajanan yang dijual layak dan sehat konsumsi.
“Setelah kejadian ini juga kami telah memutuskan kepada seluruh anak didik untuk membawa air dan perbekalan makanan dari rumah karena pedagang sekolah kami larang untuk beroperasi sementara waktu,” bebernya.
Sementara itu untuk perkembangan anak yang terdampak tetap mendapat perhatian khusus dari pihaknya agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
Di sisi lain, salah seorang orang tua korban, Latif berharap pihak sekolah dapat mengintensifkan program kantin sekolah sehat. Karena apa yang dialami anaknya Warwa, pelajar Kelas VI SDN 05 Dwi Tunggal benar-bener membuat dirinya khawatir.
“Saya sudah berpesan kepada anak agar konsumsi jajan sehat di sekolah. Tapi ketika di sekolah, saya tidak tahu apa yang anak saya makan. Makanya saya berharap kantin sekolah itu benar-benar menjual makanan higienis,” ujarnya.
Ia mengaku bersyukur atas kondisi anaknya kini sudah membaik setelah mendapat perawatan rawat inap di puskesmas terdekat. “Untuk saat ini statusnya rawat jalan. Setelah pukul 12.00 WIB diizinkan pulang oleh tenaga medis. Demikian juga seluruh temannya yang terdampak mendapatkan pola rawatan jalan,” ujarnya.
Cerita Latif, sebelumnya gejala yang menjunjukkan anaknya keracunan makanan sejak pulang sekolah, dirinya beranggapan keluhan tersebut hanya sakit perut biasa saja. Namun beberapa jam setelah itu, dirinya mendapat pesan elektronik grup WA dari pihak sekolah yang meminta informasi kepada orang tua wali murid agar dapat membawa anak yang memiliki keluhan sakit perut, mual, dan muntah segera dibawa ke puskesmas terdekat.
“Situasi ini disampaikan usai delapan orang anak diketahui keracunan makanan sedang mendapatkan perawatan. Kaget mendapatkan informasi itu, saya bawa anak saya ke puskesmas. Setiba di puskesmas jumlah pasien yang satu sekolah dengan anak saya kian bertambah,” terangnya.
Atas kejadian tersebut ia berharap kepada pihak terkait agar dapat memperketat seluruh jajanan yang akan dijual di lingkungan sekolah. Hendaknya jajanan yang dijual benar-benar laik dan sehat konsumsi.(wir)