(RIAUPOS.CO) – Suatu hari Icha dan teman-temannya sebanyak enam orang pergi berwisata ke sebuah air terjun.Saking bahagianya, setiap beberapa titik mereka selalu mengambil gambar untuk diabadikan.
Sampai di sebuah jembatan yang terlihat astetik menurut mereka, mereka berhenti lagi untuk berfoto selfie. Setelah itu mereka terus berjalan menanjak. Alih-alih mendengarkan suara derasnya air terjun. Jalan yang mereka lewati justru menuju ke sebuah sungai.
Untung saja mereka bertemu dengan warga setempat dan memberitahu jika setelah jembatan seharusnya mereka ke kiri. Sepanjang perjalanan mereka menggerutu dan menyalahkan pengelola wisata yang tak memberikan petunjuk jalan.
Setelah kembali, mereka tidak jadi marah-marah. Pasalnya di dekat jembatan sudah tertulis arah menuju lokasi air terjun dan bisa dilihat oleh siapapun yang bisa membaca. ”Alamaak, kita berenam kok nggak ada satu pun yang melihatnya,” ujar Icha. “Hahaha, itulah kita kurang literasi,” pungkas temannya yang lain. (anf)
(RIAUPOS.CO) – Suatu hari Icha dan teman-temannya sebanyak enam orang pergi berwisata ke sebuah air terjun.Saking bahagianya, setiap beberapa titik mereka selalu mengambil gambar untuk diabadikan.
Sampai di sebuah jembatan yang terlihat astetik menurut mereka, mereka berhenti lagi untuk berfoto selfie. Setelah itu mereka terus berjalan menanjak. Alih-alih mendengarkan suara derasnya air terjun. Jalan yang mereka lewati justru menuju ke sebuah sungai.
- Advertisement -
Untung saja mereka bertemu dengan warga setempat dan memberitahu jika setelah jembatan seharusnya mereka ke kiri. Sepanjang perjalanan mereka menggerutu dan menyalahkan pengelola wisata yang tak memberikan petunjuk jalan.
Setelah kembali, mereka tidak jadi marah-marah. Pasalnya di dekat jembatan sudah tertulis arah menuju lokasi air terjun dan bisa dilihat oleh siapapun yang bisa membaca. ”Alamaak, kita berenam kok nggak ada satu pun yang melihatnya,” ujar Icha. “Hahaha, itulah kita kurang literasi,” pungkas temannya yang lain. (anf)
- Advertisement -