Jumat, 20 September 2024

2 Tahun Jelajah Sabang hingga NTT

Dua tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah perjalanan darat (road trip). Tapi, nyatanya ada sebuah keluarga yang menghabiskan waktu dua tahun mereka untuk berjelajah ke berbagai tempat. Dalam kurun waktu tersebut, mereka mampu menginjakkan kaki ke berbagai kota dengan menunggangi kendaraan roda empat. Mulai dari Sabang sampai NTT, semua mereka kunjungi tanpa mengenal penat.

(RIAUPOS.CO) – Bagi pasangan suami istri bernama Novial Maulana dan Rika Andriani, menjelajahi Indonesia dengan mobil mungilnya. Sebuah kegiatan yang menyenangkan buat mereka. Road trip ini sudah mereka lakukan sejak awal menikah. Bahkan, saat anak mereka masih berusia 4 bulan, keluarga kecil ini sudah menempuh long trip Pekanbaru-Bali dengan waktu perjalanan kurang lebih 2 bulan.

"Dulu waktu lajang sudah sering juga road trip. Tapi hanya trip-trip singkat. Setelah menikah di tahun 2014, mulailah road trip lebih jauh bersama istri. Hitung-hitung mengenal daerah lain dan keanekaragaman Indonesia," ujar Novial.

Untuk long trip dari Sabang-Sumatera-Jawa-Bali-Lombok-Sumbawa-NTT, baru ia lakukan dua tahun belakangan ini. Novial memang sudah merencanakannya sejak jauh hari. Perjalanan itu juga menjadi perjalanan impiannya bersama istri. "Selagi muda dan selagi ada kesempatan, kenapa tidak.  Hidup hanya sekali. Sayang kalau kita tahunya satu dua daerah saja," katanya.

- Advertisement -

Meski terbilang panjang dan lama, namun dari segi persiapan, pria humble ini mengaku tak terlalu repot. Sebelum berangkat ke Sabang, ia hanya menyervis mobilnya yang merupakan jenis LCGC (Low Cost Green Car) seperti biasa. "Kalau dari segi mobil, saya serahkan saja ke bengkel resmi. Kasi tahu ke mekaniknya jika mobil ini akan dipakai untuk perjalanan jauh. Nanti mereka akan menyesuaikan," ujarnya.

Baca Juga:  5 Bahaya Narkoba Mengintai Kesehatan

Demi kenyamanan, ia juga merubah kursi bagian belakangnya. Kursi tersebut dicopot, diganti dengan kasur. Sehingga, selama perjalanan, sang buah hati tetap bisa nyaman beristirahat. Di sisi lain, ia juga menambahkan inverter. Hal ini sangat berguna untuk menyalakan lampu, kompor, dan rice cooker.

- Advertisement -

Untuk perbekalan, pakaian dan lainnya, Novial mengaku tak membawa banyak. Bahkan, hanya ala kadarnya saja. "Nggak ada persiapan khusus. Paling obat-obatan saja. Kalau makanan sih ala kadar saja. Karena kami lebih suka memasak dan mencari pasar-pasar selama di perjalanan," jelasnya.

Ya, selama diperjalanan, Novial dan keluarga kecilnya mengaku jarang membeli makanan jadi. Mereka lebih senang memasak, meski dengan alat-alat seadanya yang sudah mereka bawa dari Pekanbaru. Begitupun dengan penginapan. Jarang sekali mereka menginap di hotel atau penginapan lain. Pasangan ini lebih senang camping di titik-titik yang aman dengan pemandangan yang indah.

Alasannya tak lain agar bisa lebih dekat dengan alam. "Hampir 95 persen kami camping. Untuk hemat biaya dan menikmati alam serta keindahan daerah. 5 persen sisanya, menginap di hotel atau rumah warga. Kalau di hotel hanya untuk kondisi tertentu. Misalnya capek atau daerah itu tidak aman," ceritanya.

Karena kondisinya Novial full menyetir sendiri, ia pun tak mau memaksakan diri. Camping ataupun menginap di hotel menjadi caranya melepas penat setelah seharian berada di belakang setir.

Baca Juga:  Kemenhub Hentikan Penerbangan dari dan Ke Cina

Soal camping ini, dia juga nggak asal pilih tempat. Terlebih dahulu, dipastikan tempat tersebut aman, meski pun di sekitarnya tak ada orang. "Ini yang paling menantang. Bagaimana meyakinkan istri kalau tempat itu aman untuk kami pasang tenda. Karena sering kali kami camping di alam yang jauh dari pemukiman,"cerita pemilik akun Instagram @zc_story ini.

Ia bercerita bahwa dirinya pernah camping di area Doro Ncanga Nusa Tenggara Barat. Awalnya sang istri sempat ragu. Karena kawasan itu benar-benar nggak ada orang dan nggak ada air. Sejauh mata memandang, hanya ada padang savana dengan hewan-hewan liar seperti sapi dan kuda yang bebas berkeliaran.

"Tapi, setelah diyakinkan, istri akhirnya percaya. Kami pun menghabiskan malam di sana sembari menyaksikan keindahan langit dan alamnya yang indah seperti di Afrika," ceritanya kepada Riau Pos.

Selama dua tahun berjelajah, banyak cerita suka duka yang mereka hadapi. Mulai dari melewati track yang sulit, perkampungan yang tak tersedia mesin ATM dan lainnya. "Saya tipe orang yang nggak suka pegang uang cash. Jadi, terkadang, saat berada di perkampungan, sulit menemukan mesin ATM atau warung-warung yang menyediakan sistem pembayaran via transfer atau e-wallet. Itu jadi kesulitan tersendiri buat saya," ujar Novial yang hanya menyetir dengan kecepatan maksimal 80 kilometer per jam ini.

Dua tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah perjalanan darat (road trip). Tapi, nyatanya ada sebuah keluarga yang menghabiskan waktu dua tahun mereka untuk berjelajah ke berbagai tempat. Dalam kurun waktu tersebut, mereka mampu menginjakkan kaki ke berbagai kota dengan menunggangi kendaraan roda empat. Mulai dari Sabang sampai NTT, semua mereka kunjungi tanpa mengenal penat.

(RIAUPOS.CO) – Bagi pasangan suami istri bernama Novial Maulana dan Rika Andriani, menjelajahi Indonesia dengan mobil mungilnya. Sebuah kegiatan yang menyenangkan buat mereka. Road trip ini sudah mereka lakukan sejak awal menikah. Bahkan, saat anak mereka masih berusia 4 bulan, keluarga kecil ini sudah menempuh long trip Pekanbaru-Bali dengan waktu perjalanan kurang lebih 2 bulan.

"Dulu waktu lajang sudah sering juga road trip. Tapi hanya trip-trip singkat. Setelah menikah di tahun 2014, mulailah road trip lebih jauh bersama istri. Hitung-hitung mengenal daerah lain dan keanekaragaman Indonesia," ujar Novial.

Untuk long trip dari Sabang-Sumatera-Jawa-Bali-Lombok-Sumbawa-NTT, baru ia lakukan dua tahun belakangan ini. Novial memang sudah merencanakannya sejak jauh hari. Perjalanan itu juga menjadi perjalanan impiannya bersama istri. "Selagi muda dan selagi ada kesempatan, kenapa tidak.  Hidup hanya sekali. Sayang kalau kita tahunya satu dua daerah saja," katanya.

Meski terbilang panjang dan lama, namun dari segi persiapan, pria humble ini mengaku tak terlalu repot. Sebelum berangkat ke Sabang, ia hanya menyervis mobilnya yang merupakan jenis LCGC (Low Cost Green Car) seperti biasa. "Kalau dari segi mobil, saya serahkan saja ke bengkel resmi. Kasi tahu ke mekaniknya jika mobil ini akan dipakai untuk perjalanan jauh. Nanti mereka akan menyesuaikan," ujarnya.

Baca Juga:  Nama Suami Terseret Kasus Eks Bos Garuda, Iis Dahlia Berada di London

Demi kenyamanan, ia juga merubah kursi bagian belakangnya. Kursi tersebut dicopot, diganti dengan kasur. Sehingga, selama perjalanan, sang buah hati tetap bisa nyaman beristirahat. Di sisi lain, ia juga menambahkan inverter. Hal ini sangat berguna untuk menyalakan lampu, kompor, dan rice cooker.

Untuk perbekalan, pakaian dan lainnya, Novial mengaku tak membawa banyak. Bahkan, hanya ala kadarnya saja. "Nggak ada persiapan khusus. Paling obat-obatan saja. Kalau makanan sih ala kadar saja. Karena kami lebih suka memasak dan mencari pasar-pasar selama di perjalanan," jelasnya.

Ya, selama diperjalanan, Novial dan keluarga kecilnya mengaku jarang membeli makanan jadi. Mereka lebih senang memasak, meski dengan alat-alat seadanya yang sudah mereka bawa dari Pekanbaru. Begitupun dengan penginapan. Jarang sekali mereka menginap di hotel atau penginapan lain. Pasangan ini lebih senang camping di titik-titik yang aman dengan pemandangan yang indah.

Alasannya tak lain agar bisa lebih dekat dengan alam. "Hampir 95 persen kami camping. Untuk hemat biaya dan menikmati alam serta keindahan daerah. 5 persen sisanya, menginap di hotel atau rumah warga. Kalau di hotel hanya untuk kondisi tertentu. Misalnya capek atau daerah itu tidak aman," ceritanya.

Karena kondisinya Novial full menyetir sendiri, ia pun tak mau memaksakan diri. Camping ataupun menginap di hotel menjadi caranya melepas penat setelah seharian berada di belakang setir.

Baca Juga:  KIP Anugerahi Kemendag sebagai Badan Publik Informatif Tahun 2021

Soal camping ini, dia juga nggak asal pilih tempat. Terlebih dahulu, dipastikan tempat tersebut aman, meski pun di sekitarnya tak ada orang. "Ini yang paling menantang. Bagaimana meyakinkan istri kalau tempat itu aman untuk kami pasang tenda. Karena sering kali kami camping di alam yang jauh dari pemukiman,"cerita pemilik akun Instagram @zc_story ini.

Ia bercerita bahwa dirinya pernah camping di area Doro Ncanga Nusa Tenggara Barat. Awalnya sang istri sempat ragu. Karena kawasan itu benar-benar nggak ada orang dan nggak ada air. Sejauh mata memandang, hanya ada padang savana dengan hewan-hewan liar seperti sapi dan kuda yang bebas berkeliaran.

"Tapi, setelah diyakinkan, istri akhirnya percaya. Kami pun menghabiskan malam di sana sembari menyaksikan keindahan langit dan alamnya yang indah seperti di Afrika," ceritanya kepada Riau Pos.

Selama dua tahun berjelajah, banyak cerita suka duka yang mereka hadapi. Mulai dari melewati track yang sulit, perkampungan yang tak tersedia mesin ATM dan lainnya. "Saya tipe orang yang nggak suka pegang uang cash. Jadi, terkadang, saat berada di perkampungan, sulit menemukan mesin ATM atau warung-warung yang menyediakan sistem pembayaran via transfer atau e-wallet. Itu jadi kesulitan tersendiri buat saya," ujar Novial yang hanya menyetir dengan kecepatan maksimal 80 kilometer per jam ini.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari