JAKARTA (RIAUPOS.CO) — "Kami telah memenangkan pertempuran." Pernyataan optimistis itu diucapkan Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern. Ibu satu anak tersebut berani mengeluarkan kalimat itu karena penularan Covid-19 di masyarakat telah berhenti.
Sejak 24 April tidak ada penambahan kasus baru. Total ada 1.469 kasus di Selandia Baru dan 19 orang meninggal. Dari jumlah tersebut, 1.180 orang sudah sembuh. Meski begitu, pemerintah memperingatkan penduduk agar tidak lengah dan terlalu berpuas diri. Sebab, tidak berarti itu benar-benar menjadi akhir dari penularan virus corona. Apa pun masih bisa terjadi karena belum ada obat maupun vaksin yang selesai dibuat.
Selandia Baru berhasil menekan angka penularan karena lockdown selama lima pekan saat awal virus masuk. Mereka membatasi pergerakan dan aktivitas penduduk dengan sangat ketat. Selasa (28/4), kebijakan karantina itu dilonggarkan. Yakni, dari level 4 yang tertinggi ke level 3. Toko-toko dan sekolah sudah boleh dibuka kembali. Meski begitu, mayoritas penduduk diminta untuk tetap di dalam rumah saja dan menghindari kegiatan sosial serta kontak fisik.
Beberapa negara lainnya juga mulai melonggarkan kebijakan karantina mereka. Italia misalnya. Karantina yang sudah berlangsung selama tujuh pekan itu akan dilonggarkan mulai 4 Mei. Taman, pabrik, dan toko-toko bakal kembali dibuka. Penduduk boleh mengunjungi kerabatnya selama masih dalam satu wilayah. Pemakaman juga boleh digelar dalam skala kecil maksimal 15 orang. Tapi, sekolah tetap diliburkan. Tahun ajaran baru dimulai September. Museum boleh beroperasi pada 18 Mei. Misa di gereja tetap dilarang.
Italia adalah negara yang menerapkan lockdown terlama di Eropa. Belakangan ini angka kematian di negara tersebut terus menurun. Ahad (26/4) ada 260 orang yang meninggal. Itu adalah korban meninggal harian terendah sejak 14 Maret. Total korban meninggal di Italia mencapai 26.977. Tertinggi di Eropa.
Meski boleh keluar, penduduk Italia tetap diminta memakai masker dan menjaga jarak. "Jika Anda mencintai Italia, jaga jarak Anda," tegas Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte.
Spanyol yang korban jiwanya tepat di bawah Italia melakukan hal serupa. Mulai Ahad anak-anak sudah mulai terlihat keluar rumah. Beberapa memakai masker dan sarung tangan sambil mengendarai sepeda. Itu adalah kali pertama mereka diperbolehkan keluar rumah sejak lockdown berlaku pertengahan Maret lalu.
"Mereka sangat senang dan tidak sabar," terang Inmaculada Paredes, salah seorang penduduk Madrid. Anak-anaknya bangun pagi dan bersiap keluar rumah. Berdasar kebijakan yang baru, anak-anak boleh keluar rumah sekali sehari pada pukul 09.00–21.00. Tapi, mereka hanya boleh bermain di radius 1 kilometer dari rumahnya.
Setali tiga uang, Swiss mulai memperbolehkan toko bunga, tempat pijat, tempat potong rambut, dan beberapa toko lainnya dibuka mulai Senin (27/4). Hal serupa terjadi di Arab Saudi. Jam malam dicabut di beberapa lokasi. Mal dan toko-toko boleh dibuka pada jam tertentu. Khusus untuk Kota Suci Makkah, lockdown berlaku seharian penuh.
Kehidupan yang berangsur normal juga terjadi di Cina. Pasien Covid-19 terakhir di Wuhan sudah dipulangkan Ahad (26/4). Untuk kali pertama, tidak ada kasus Covid-19 di kota yang menjadi tempat pertama ditemukannya penularan virus SARS-CoV-2 tersebut. Wuhan juga sudah mulai bersiap untuk menerima lagi kedatangan turis. Rabu (29/4) Yellow Crane Tower akan dibuka lagi. Itu adalah bangunan yang terkenal dan menjadi jujukan turis di Wuhan.
Sementara itu, di Jerman pemerintah mengeluarkan aturan baru. Yaitu, penduduk wajib memakai masker di luar rumah untuk menekan angka penularan Covid-19. Yang disarankan adalah memakai masker kain. Masker bedah diprioritaskan untuk tenaga medis lebih dulu.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi