JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kiprah keluarga para presiden banyak mewarnai pemilihan legislatif. Peformanya pun terbilang cukup moncer. Sejumlah keluarga presiden, berpeluang mengisi kursi di senayan karena berhasil mendominasi perolehan suara di daerah pemilihannya.
Dari kelompok ini, selain nama-nama lama atau incumbent seperti Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas) anak Presiden SBY, Puan Maharani anak Presiden Megawati dan Puti Guntur cucu Presiden Soekarno, ada juga penantang baru yang berpotensi melenggang ke senayan. Misalnya Titiek Soeharto anak Presiden Soeharto hingga Diah Pikatan O Putri Haprani, cucu Megawati.
Untuk Ibas dan Puan sendiri, keduanya kembali mendominasi secara mutlak di daerah pemilihan (dapil) masing-masing. Ibas bahkan berstatus sebagai peraih suara Pileg terbanyak se Indonesia dengan 253.480 suara, data per Selasa (27/2). Dia yang maju di Dapil Jatim VII unggul jauh dari posisi kedua yang diraih caleg PDIP Budi Sulistyono alias Kanang dengan 97.375 maupun rekan caleg separtai Ibas, Sartono 57.063.
Pun sama halnya Puan yang berhasil menang besar dengan perolehan 187.946 di Dapil Jateng V. Suara Puan nyaris dua kali lipat dari posisi kedua yang diraih Caleg Gerindra Sasongko 95.437 suara dan Singgih Januratmoko Caleg Golkar 76.481 suara.
Sementara Siti Hediati atau Titiek Soeharto juga mendapat suara tertinggi Partai Gerindra di Dapil Daerah Istimewa Jogjakarta. Meskipun, dia masih kalah dari Esti Wijaya, politisi PDIP peraih 119.590 suara. Meski demikian, Titiek masih berpeluang mendapat kursi.
Dari generasi cucu presiden, Diah Pikatan juga berpeluang melenggang. Di Dapil Jateng IV, dia berhasil meraih 64.150 suara. Bahkan, unggul dari Bambang Pacul 59.824 suara. Namun dia berada di bawah caleg PDIP lainnya, Dolfie yang mendapat 88.655 suara.
Cucu Soekarno, Puti Guntur Soekarno yang maju di dapil Jawa Timur I dari PDIP juga berpeluang terpilih kembali. Dia mendapat 49.942 suara sekaligus menempatkannya di posisi tertinggi PDIP. Meskipun suaranya di bawah caleg Gerindra Bambang Haryo 88.259 suara dan Ahmad Dhani 55.824 suara, serta Adies Kadir 58.569 suara.
Pengamat politik Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati mengatakan, mendominasinya nama-nama tersebut menunjukakn pengaruh personalisasi politik yang masih kuat dari para presiden. “Itu sebagai faktor preferensi politik pemilih,” ujarnya kemarin.
Dia meyakini, meski sebagian sudah tidak menjabat, namun sosoknya masih melekan. “Masih ada dan kuatnya memori pemilih terhadap faktor kepemimpinan di masa lalu dan juga mungkin faktor kharisma,” ujarnya. Rasa itu, kemudian turun kepada keluarganya.(far/jpg)