KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) — Raja Malaysia Al Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al Mustafa Billah Shah menyerah. Dia tidak bisa menentukan siapa yang bakal menjadi perdana menteri (PM) pengganti Mahathir Mohamad. Usahanya memanggil satu per satu anggota parlemen tak membuahkan hasil. Sebab, tidak ada kandidat yang meraih suara mayoritas.
Ada 222 anggota parlemen di Malaysia. Satu per satu diajak berbicara oleh Abdullah untuk mencari tahu kubu mana yang didukung. Mahathir, Anwar Ibrahim, ataukah memilih pemilu ulang. Agar bisa berkuasa, setiap kubu membutuhkan dukungan dari 112 anggota parlemen. Sepertinya tidak ada satu pun kubu yang mendapatkan dukungan sebanyak itu.
Yang di-Pertuan Agong Malaysia itu pun akhirnya menyerahkan keputusan pada parlemen dengan cara voting secara terbuka. Pengambilan suara tersebut dilakukan pada Senin (2/3). “Jika parlemen gagal menemukan orang yang didukung suara mayoritas, kita harus melakukan pemilu percepatan,” kata Mahathir dalam konferensi pers kemarin (27/2) seperti dikutip Agence France-Presse.
Beberapa jam sebelumnya, dia sempat dipanggil Abdullah ke istana. Setelah pengunduran dirinya pada Senin (24/2), kini Mahathir menjabat PM sementara. Dia mendapatkan dukungan cukup besar untuk tetap menjadi PM. Politikus 94 tahun itu juga terang-terangan menyatakan ingin tetap memegang jabatannya.
Bagi pendukung Anwar, Mahathir seperti menusuk pisau dari belakang. Sebab, sejak awal bergabung dengan koalisi Pakatan Harapan, sudah ada perjanjian bahwa dia akan menyerahkan jabatannya kepada Anwar setelah dua tahun. Namun, Mahathir berusaha menjegal Anwar dengan menyatakan ingin membentuk pemerintahan bersatu tanpa adanya koalisi partai.
Namun, idenya itu ditolak partai-partai yang lain. Sebab, Mahathir bakal memiliki kuasa yang besar untuk memilih menteri kabinet dari partai mana pun sekehendak hatinya. Manuver Mahathir tersebut seakan membuka luka lama. Di masa jabatannya yang pertama, Anwar adalah wakil Mahathir. Namun, mereka berseteru dan menjadi lawan politik.
Itu terjadi sebelum akhirnya Anwar dijerat dengan dakwaan sodomi hingga dia berkali-kali keluar masuk bui. Bersatunya Anwar dan Mahathir dalam koalisi Pakatan Harapan 2018 lalu sejatinya menimbulkan harapan baru bagi warga Malaysia. Sayang, koalisi tersebut ternyata tidak berakhir manis.
Mahathir berpeluang tidak terpilih. Sebab, partai yang dipimpinnya, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu), mungkin akan mengusung Muhyiddin Yassin. Dia adalah menteri dalam negeri Malaysia sekaligus sekutu Mahathir.
Dilansir Malaysia Kini, anggota Bersatu Redzuan Yusof menegaskan bahwa partainya 100 persen mendukung Muhyiddin. Jika itu terjadi, Mahathir harus rela mundur. “Jika semua orang memilihnya, saya tidak keberatan,” ujar Mahathir.(sha/c20/dos/das)
Laporan JPG, Kuala Lumpur