Selasa, 17 September 2024

Yang Istimewa untuk Sutardji

Di usianya yang ke-80 tahun, Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri mendapat hadiah dari tanah kelahirannya sendiri. Bukan hadiah buku atau puisi, tapi sebuah perayaan yang diberi nama Festival Sutardji Calzoum Bachri.

(RIAUPOS.CO) – TAUFIK Ikram Jamil adalah penulis buku Presiden Penyair Sutardi Calzoum Bachri Biografi Kesaksian. Buku yang menceritakan secara lengkap Sutardji kecil hingga usianya saat ini, tidak diinginkannya lahir begitu saja. Taufik pun memikirkan bagaimana buku ini bisa diluncurkan secara istimewa sehingga bias pula menjadi hadiah istimewa di hari lahirnya Sutardji yang ke-80, yakni tanggal 24 Juni.

Gagasan Taufik ini disampaikan kepada Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR) Taufik Hidayat alias Atan Lasak. Dari sinilah munculnya Festival Sutardji Calzoum Bachri. Kegiatan ini pun dilaksanakan DKR dengan menggandeng berbagai pihak, antara lain Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Pemerintah Provinsi Riau dan pihak-pihak lain yang mau bersama-sama menyuksesken kegiatan tersebut.

Festival Sutardji Calzoum Backri ini diawali dengan sayembara video klip Sutardji Calzoum Bachri se-Nusantara. Awalnya panitia hanya menargetkan 50 peserta. Namun peserta yang mengirimkan karya ke panitia hampir mencapai 300 orang. Dari 300 karya ini, hanya 251 karya yang bisa dinilai karena selebihnya di luar batas akhir waktu penerimaan yang ditetapkan panitia.

- Advertisement -

Dari 251 peserta yang lolos mengikuti sayembara video klip Sutardji Calzoum Bachri, dewan juri menilai enam besar saja. Selanjutnya dikerucutkan menjadi tiga besar. Penentuan juara satu hingga tiga langsung dinilai oleh Sutardji Calzoum Bachri. Sedangkan untuk tiga pilihan terbaik ditentukan oleh dewan juri, yakni, Kunni Masrohanti, Jefry Almlay dan Ahmad Syafiq.

Baca Juga:  Firli: Saya Pernah Bertemu Megawati

Para pemenang lomba video klip tersebut adalah, Juara I diraih Agra Hadi Abdurrachman dari Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Ponorogo dengan judul puisi Ayo, Juara II Zalfa Robby Rodiyan Sulhawi dari Provinsi  Jawa Timur, Kabupaten Siduarjo dengan judul Batu, Juara III Adnan Aditya Kusuma dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten Sumedang dengan judul puisi Walau. Sedangkan Harapan I atas nama Musrial dari Provinsi Riau Kabupaten Bengkalis dengan judul Idul Fitri, Harapan II Ahmad Sidik dari Provinsi Jawa Tengah Kota Pekalongan dengan judul Perjalanan Kubur, dan Harapan II Muhammad Badlan dari Provinsi Jawa Barat Kabupaten  Sumedang dengan judul Jembatan.

- Advertisement -

Perayaan hari lahir Sutardji Calzoum Bachri dilanjutkan dengan Festival Sutardji Calzoum Bachri serta syukuran 80 Tahun Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri, Mewariskan Kepada Dunia, Kamis malam (24/6). Inilah malam puncak Festival Sutardji yang juga diwarnai dengan peluncuran buku.

Berbagai pertunjukan puisi pada malam puncak festival tersebut membuat panggung seni di Anjung Seni Idrus Tintin (ASIT) yang sudah lama sepi karena minimnya kegiatan tersebab pandemi, menjadi gegap gempita. Malam itu Sutardji membacakan puisi. Para seniman Riau juga beraksi. Bermacam-macam. Mulai pembacaan puisi oleh Datuk Rida K Liamsi secara daring dari Tanjung Pinang, Jefry Almalay, Kunni Masrohanti, Murparsaulian, Syaukani Alkarim secara daring dari Bengkalis, pertunjukan tari puisi, musikalisasi puisi hingga drama puisi.

‘’Kegiatan ini merupakan sebuah upaya untuk terus menghidupkan semangat kreatifitas yang berakar pada tradisi tanpa melupakan perkembangan sejagat. Kreatifitas Sutardji  sendiri dimediasi oleh bahasa Melayu yang menjadi akar bahasa sejumlah negara dan dipakai oleh sekitar 300 juta penduduk,’’ kata Atan Lasak malam itu di hadapan Gubernur Riau yang hadir bersama Kepala Dinas Kebudayaan Riau Yoserizal Zein dan Kepala Dinas Pariwisata Roni Rakhmat alias Wak Mamat.

Baca Juga:  Digugat Yusril soal Benih Lobster, Begini Respon KKP

Malam puncak bukan berarti akhir dari Festival Sutardji. Keesokan harinya, Jumat 25 Juni, juga digekar simposium oleh Universitas Lancang Kuning, Fakultas Ilmu Budaya. Simposium secara daring ini menghadirkan nara sumber Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri, Sastrawan K.H. Mustofa Bisri, Ketua Umum MKA LAM Riau Datuk Seri Al Azhar, Rektor Unilak DR. Junaidi, S.S. M.Hum, Penulis Buku Biografi Sutardji Calzoum Bachri, Datuk Taufik Ikram Jamil, dan moderatornya Dekan FIB Unilak M. Kafrawi, S.S M.Sn

‘’Diharapkan pada simposium ini ada pembicaraan kreatif dan akademis tentang kredo-kredo puisi Sutardji. Pasalnya, kredo puisi Sutardji tidak hanya satu sebagaimana yang diketahui selama ini, tetapi ternyata dua kredo yang dimuat dalam buku SCB terbaru berjudul Kecuali, 2021,’’ kata Atan lagi.

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga turut meramaikan malam puncak festival dengan sebuah pertunjukan unik. Tentu garapan ini berangkat dari puisi Sutardji. Semua yang hadir di atas panggung malam itu bermula dari puisi Sutardji. Begitu juga dengan Gubenur Riau Drs Syamsuar MSi yang hadir, juga membaca puisi yang berjudul Walau.

‘’Tentu kita berharap dengan Festival ini, kusasteraan di Indonesia akan terus memuncak dan akan lahir pujangga-pujangga besar dari Riau lainnya selain Sutardji. Selamat ulang tahun Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri,’’ ujar Syamsuar sebelum membacakan puisi.***

 

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru

 

Di usianya yang ke-80 tahun, Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri mendapat hadiah dari tanah kelahirannya sendiri. Bukan hadiah buku atau puisi, tapi sebuah perayaan yang diberi nama Festival Sutardji Calzoum Bachri.

(RIAUPOS.CO) – TAUFIK Ikram Jamil adalah penulis buku Presiden Penyair Sutardi Calzoum Bachri Biografi Kesaksian. Buku yang menceritakan secara lengkap Sutardji kecil hingga usianya saat ini, tidak diinginkannya lahir begitu saja. Taufik pun memikirkan bagaimana buku ini bisa diluncurkan secara istimewa sehingga bias pula menjadi hadiah istimewa di hari lahirnya Sutardji yang ke-80, yakni tanggal 24 Juni.

Gagasan Taufik ini disampaikan kepada Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR) Taufik Hidayat alias Atan Lasak. Dari sinilah munculnya Festival Sutardji Calzoum Bachri. Kegiatan ini pun dilaksanakan DKR dengan menggandeng berbagai pihak, antara lain Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Pemerintah Provinsi Riau dan pihak-pihak lain yang mau bersama-sama menyuksesken kegiatan tersebut.

Festival Sutardji Calzoum Backri ini diawali dengan sayembara video klip Sutardji Calzoum Bachri se-Nusantara. Awalnya panitia hanya menargetkan 50 peserta. Namun peserta yang mengirimkan karya ke panitia hampir mencapai 300 orang. Dari 300 karya ini, hanya 251 karya yang bisa dinilai karena selebihnya di luar batas akhir waktu penerimaan yang ditetapkan panitia.

Dari 251 peserta yang lolos mengikuti sayembara video klip Sutardji Calzoum Bachri, dewan juri menilai enam besar saja. Selanjutnya dikerucutkan menjadi tiga besar. Penentuan juara satu hingga tiga langsung dinilai oleh Sutardji Calzoum Bachri. Sedangkan untuk tiga pilihan terbaik ditentukan oleh dewan juri, yakni, Kunni Masrohanti, Jefry Almlay dan Ahmad Syafiq.

Baca Juga:  Firli: Saya Pernah Bertemu Megawati

Para pemenang lomba video klip tersebut adalah, Juara I diraih Agra Hadi Abdurrachman dari Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Ponorogo dengan judul puisi Ayo, Juara II Zalfa Robby Rodiyan Sulhawi dari Provinsi  Jawa Timur, Kabupaten Siduarjo dengan judul Batu, Juara III Adnan Aditya Kusuma dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten Sumedang dengan judul puisi Walau. Sedangkan Harapan I atas nama Musrial dari Provinsi Riau Kabupaten Bengkalis dengan judul Idul Fitri, Harapan II Ahmad Sidik dari Provinsi Jawa Tengah Kota Pekalongan dengan judul Perjalanan Kubur, dan Harapan II Muhammad Badlan dari Provinsi Jawa Barat Kabupaten  Sumedang dengan judul Jembatan.

Perayaan hari lahir Sutardji Calzoum Bachri dilanjutkan dengan Festival Sutardji Calzoum Bachri serta syukuran 80 Tahun Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri, Mewariskan Kepada Dunia, Kamis malam (24/6). Inilah malam puncak Festival Sutardji yang juga diwarnai dengan peluncuran buku.

Berbagai pertunjukan puisi pada malam puncak festival tersebut membuat panggung seni di Anjung Seni Idrus Tintin (ASIT) yang sudah lama sepi karena minimnya kegiatan tersebab pandemi, menjadi gegap gempita. Malam itu Sutardji membacakan puisi. Para seniman Riau juga beraksi. Bermacam-macam. Mulai pembacaan puisi oleh Datuk Rida K Liamsi secara daring dari Tanjung Pinang, Jefry Almalay, Kunni Masrohanti, Murparsaulian, Syaukani Alkarim secara daring dari Bengkalis, pertunjukan tari puisi, musikalisasi puisi hingga drama puisi.

‘’Kegiatan ini merupakan sebuah upaya untuk terus menghidupkan semangat kreatifitas yang berakar pada tradisi tanpa melupakan perkembangan sejagat. Kreatifitas Sutardji  sendiri dimediasi oleh bahasa Melayu yang menjadi akar bahasa sejumlah negara dan dipakai oleh sekitar 300 juta penduduk,’’ kata Atan Lasak malam itu di hadapan Gubernur Riau yang hadir bersama Kepala Dinas Kebudayaan Riau Yoserizal Zein dan Kepala Dinas Pariwisata Roni Rakhmat alias Wak Mamat.

Baca Juga:  Guspardi: Tak Ada Salahnya Gubernur Sumut Minta Maaf ke Coki

Malam puncak bukan berarti akhir dari Festival Sutardji. Keesokan harinya, Jumat 25 Juni, juga digekar simposium oleh Universitas Lancang Kuning, Fakultas Ilmu Budaya. Simposium secara daring ini menghadirkan nara sumber Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri, Sastrawan K.H. Mustofa Bisri, Ketua Umum MKA LAM Riau Datuk Seri Al Azhar, Rektor Unilak DR. Junaidi, S.S. M.Hum, Penulis Buku Biografi Sutardji Calzoum Bachri, Datuk Taufik Ikram Jamil, dan moderatornya Dekan FIB Unilak M. Kafrawi, S.S M.Sn

‘’Diharapkan pada simposium ini ada pembicaraan kreatif dan akademis tentang kredo-kredo puisi Sutardji. Pasalnya, kredo puisi Sutardji tidak hanya satu sebagaimana yang diketahui selama ini, tetapi ternyata dua kredo yang dimuat dalam buku SCB terbaru berjudul Kecuali, 2021,’’ kata Atan lagi.

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga turut meramaikan malam puncak festival dengan sebuah pertunjukan unik. Tentu garapan ini berangkat dari puisi Sutardji. Semua yang hadir di atas panggung malam itu bermula dari puisi Sutardji. Begitu juga dengan Gubenur Riau Drs Syamsuar MSi yang hadir, juga membaca puisi yang berjudul Walau.

‘’Tentu kita berharap dengan Festival ini, kusasteraan di Indonesia akan terus memuncak dan akan lahir pujangga-pujangga besar dari Riau lainnya selain Sutardji. Selamat ulang tahun Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri,’’ ujar Syamsuar sebelum membacakan puisi.***

 

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari