Lantunan ayat suci Alquran terdengar lirih dari kediaman mertua almarhum Pelda Anumerta Rama Wahyudi di Jalan Garuda Sakti, Kilometer 6, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar selepas Asar. Karangan bunga berjejer di tepi jalan lintas yang menghubungkan Pekanbaru-Rokan Hulu tersebut. Mulai dari Panglima TNI, KSAD, hingga petinggi TNI dan organisasi keamanan dunia.
Laporan: DOFI ISKANDAR (Tapung)
PANAS terik begitu terasa selepas Salat Jumat kemarin di Pekanbaru. Demikian juga dengan Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru. Setengah jam berkendara dari pusat Kota Pekanbaru, Kilometer 6 Jalan Garuda Sakti sudah masuk wilayah Kampar. Jejeran karangan bunga sudah terlihat dari tepi jalan. Tak begitu banyak. Tapi tertulis nama-nama jenderal dari Jakarta sana.
Suasana duka tampak menyelimuti kediaman tak jauh dari deretan karangan bunga tersebut. Riau Pos yang berkunjung ke kediaman Serma Rama Wahyudi siang kemarin disambut tujuh hingga delapan tentara di teras rumah. Pangkat almarhum kini sudah menjadi pelda anumerta.
Lantunan ayat suci Alquran yang terdengar, berasal dari ibu-ibu majelis taklim yang ikut mendoakan almarhum yang gugur saat bertugas di Kongo, Senin (22/6) lalu. Tidak hanya dari ibu-ibu majelis taklim, warga sekitar juga turut mendoakan almarhum dengan terus melakukan yasinan sejak Selasa (23/6) hingga jenazah almarhum tiba di Pekanbaru nantinya.
"Tadi itu yasinan dari ibu-ibu majelis taklim," kata mertua almarhum H Adnan membuka perbicangan Riau Pos yang juga turut bersama selama pengajian. Diungkapkannya, yasinan sudah dilaksanakan sejak Selasa. “Kami terus melakukan yasinan, bahkan sampai jenazah almarhum tiba nanti," sambung Adnan.
Pantauan Riau Pos di sela perbincangan, papan karangan bunga ucapan belasungkawa terus berdatangan dari berbagai instansi. Beberapa personel TNI tampak merapikan papan ucapan belasungkawa dan terus berjaga di rumah mertua almarhum Jalan Garuda Sakti KM 6. Adnan menuturkan, bagi keluarga, sosok almarhum adalah orang yang baik, terbuka, disiplin, dan taat beribadah.
"Kami komunikasi terakhir dengan almarhum ketika ia sedang bertugas itu, Senin (22/6) malam sekitar pukul 22.00 WIB melalui video call. Kalau waktu di tempat almarhum bertugas itu sekitar sore hari lah," katanya.
Dilanjutkannya, komunikasi dengan keluarga berjalan seperti biasa. Karena sebelumnya juga sering video call dengan istri dan ketiga anaknya. Intinya pada saat komunikasi itu almarhum mengabarkan sedang bekerja dalam perjalanan menuju markas.
"Almarhum mengatakan kepada anaknya ketika video call itu kalau ia dalam perjalan menuju markas. Lalu anaknya bertanya kepada almarhum kapan pulang?" jelasnya.
Komunikasi pun jelas sang mertua sempat terputus berikut menegaskan bahwa almarhum berjanji kembali akan menghubungi anak dan istrinya setelah sampai di markas. Namun, hingga tengah malam, almarhum tak kunjung menelepon.
"Dan paginya mendapat kabar kalau almarhum meninggal," katanya dengan sorot mata yang tampak mulai memerah.
Ditambahkannya, almarhum berangkat bertugas ke Kongo sejak Januari 2020 lalu, dan lebih kurang sudah 6 bulan bertugas di sana. Almarhum meninggalkan tiga orang anak. Yang pertama bernama Tama (7), disusul Khirani (5), Arsila (4), dan seorang istri, Anita.
"Saya mertuanya, dan istri almarhum yaitu anak saya bernama Anita dan tiga orang cucu saya (anak almarhum)," ucapnya.
Lebih lanjut diceritakannya, pada malam itu, saat komunikasi terakhir dengan almarhum melalui sambungan video pada Senin malam, beberapa anggota keluarga tidak bisa tidur hingga pukul 02.00 WIB dini hari. Terkesan ada kegelisahan. Baik ibu mertua yang sulit tidur, juga anak-anak almarhum yang bertingkah berbeda dibanding malam-malam sebelumnya.
Malang tak dapat ditolak, untung pun tak dapat diraih. Ternyata banyak pertanda pascakomunikasi Senin malam tersebut berbuah kabar duka. "Paginya, Selasa (23/6) datang personel TNI ker umah. Itulah mengabarkan kalau almarhum telah meninggal," ceritanya.
Ia coba mengenang saat video call tersebut, memang ada yang berbeda juga dari almarhum. Salah satunya candaan tentang bakal menerima penghargaan, dan itu disampaikan kepada sang istri.
"Almarhum juga bilang nanti bakal terima penghargaan. Tak tahu apa candaan atau gimana ke istrinya," sebut mertua almarhum.
Memang, telisik pandang Riau Pos di bagian dalam rumah, beberapa anggota keluarga tampak murung. Beberapa kerabat coba mengajak berbincang sekadar melupakan sejenak duka lara. Namun hal tersebut tak membuat sang istri almarhum, Anita dapat menahan luka. Meskipun sudah ikhlas atas kepergian almarhum, namun Anita belum berkenan banyak bercerita..
"Masih berat untuk bercerita," singkatnya.
Menurut informasi pihak keluarga, memang jasad almarhum sedang proses pemulangan. Namun karena jaraknya jauh dan berkaitan dengan badan keamanan dunia serta berhubungan dengan dunia internasional, beberapa persyaratan harus dilalui sebelum dibawa ke Tanah Air.
Informasi ini berikut meluruskan pemberitaan Riau Pos yang terbit kemarin perihal kepulangan almarhum pada 26 Juni. Karena menurut keluarga, jenazah diperkirakan baru sampai di Pekanbaru pada awal Juli mendatang setelah semua proses dilalui oleh pihak terkait dari pemerintah.
Sementara itu Kepala Bidang Penerangan Internasional (Kabidpeninter) TNI Kolonel Agus Cahyono saat dihubungi Riau Pos meluruskan terkait kepulangan Pelda Anumerta Rama Wahyudi.
"Data salah Mas, mohon diluruskan. Karena yang benar adalah sesuai data resmi yang disampaikan Kapuspen TNI saat konferensi pers terbaru hari ini (kemarin, red)," ujarnya.
Sementara itu Mabes TNI masih mengurus jenazah Pelda Anumerta Rama Wahyudi.. Rencananya jenazah Rama bakal dipulangkan ke Tanah Air menggunakan pesawat komersial.
Keterangan tersebut disampaikan Komandan Pusat Misi Pasukan Perdamaian (PMPP) TNI Mayjen TNI Victor H Simatupang, kemarin (26/6). Dia menyebutkan, jenazah Rama masih dalam proses pemeriksaan Covid-19. Sebelum dibawa pulang ke Tanah Air, jenazah prajurit TNI AD itu diwajibkan melalui prosedur pemeriksaan Covid-19 oleh Pemerintah Kongo.
Setelah dipastikan bebas Covid-19, jenazah Rama bakal diterbangkan ke Uganda untuk diautopsi. Menurut Viktor, paling sebentar, proses itu perlu waktu empat hari.
"Jadi, kami harapkan tanggal 30 sudah selesai otopsinya," terang dia. Termasuk berkas administrasi lainnya. Sehingga awal Juli, jenazah Rama bisa diberangkatkan dari Uganda ke Indonesia.(syn/jpg/yus)