PARIS (RIAUPOS.CO) – Uni Eropa mendesak Cina memberikan bukti nyata soal keberadaan dan keselamatan Peng Shuai, mantan petenis yang mengklaim dipaksa berhubungan seksual dengan mantan Wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli.
"Kami tetap meminta pemerintah Cina agar menyediakan bukti yang bisa diverifikasi dan independen soal keberadaan dan keselamatan dia," ujar juru bicara diplomatik Uni Eropa, Nabila Massrali, kepada AFP, Rabu (24/11/2021).
Massrali juga meminta pemerintah Cina melakukan penyelidikan terkait kasus yang melibatkan eks petinggi negara itu.
"Kami tak bisa banyak komentar dalam kasus yang menjeratnya (Peng Shuai, red), tapi kami mendorong investigasi menyeluruh dan transparan," tutur Massrali.
Pekan lalu, media pemerintah Cina merilis tangkapan layar surat elektronik yang diklaim berasal dari Peng, menyatakan tuduhannya tidak benar. Surel itu juga mengklaim Peng dalam keadaan baik-baik saja.
"Kami telah mengamati komentar dan rekaman yang diduga dari Peng Shuai soal kemunculan dia di publik. Bagaimanapun, laporan tentang tuduhan pelecehan dan fakta dia tak terlihat selama dua pekan tetap mengkhawatirkan," kata Massrali.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Amerika Serikat, dan Inggris sudah lebih dulu meminta agar Beijing membuktikan keselamatan Peng. Namun, Cina menganggap kasus tersebut bukan urusan diplomatik.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Li Jian, pun buka suara menanggapi kasus pelecehan seksual itu.
"Orang-orang harus berhenti dengan sengaja dan melebih-lebihkan (kasus pelecehan seksual itu, red)," ujar Zhao.
Pejabat Cina kemudian menunjukkan foto Peng menghadiri pertandingan tenis pada Ahad (21/11). Di hari yang sama, petenis itu disebut melakukan telepon video selama 30 menit dengan Komite Olimpiade Internasional.
Keselamatan Peng menjadi sorotan setelah dia mengklaim bahwa Zhang Gaoli memaksa dirinya melakukan hubungan seksual. Ia membeberkan cerita itu di jejaring sosial Cina, Weibo.
Kasus itu kembali memicu gerakan #MeToo di Cina. Banyak pihak yang mendukung pernyataan Peng, termasuk kelompok feminis di negara tersebut.
Namun, pemerintah Cina segera menghapus unggahan Peng dan komentar yang membanjiri pernyataan itu. Cina juga menghilangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kata "tenis" di media sosial.
Sumber: AFP/Reuters/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun