Wisata alam yang saat ini sedang naik daun dan jadi perbincangan itu bernama Batu Tilam. Tempat ini berhasil meraih peringkat pertama Anugerah Pesona Indonesia (API) kategori Surga Tersembunyi Terpopuler tahun 2020.
Laporan KUNNI MASROHANTI, Kampar
‘’Siapapun yang datang ke sana (Batu Tilam, red), dijamin malas pulang. Sejuk, tenang, pokoknya sesuatu banget.’’
(RIAUPOS.CO) – Kata-kata ini menggambarkan betapa terkesannya Andika Putra, pengunjung asal Pekanbaru yang pernah menjejakkan kakinya ke Batu Tilam. Memang benar, sekali ke sana, Dika datang dan datang lagi. Berkali-kali. Mulai dari tempat ini masih biasa, hingga saat ini sudah nyaris sempurna dengan fasilitas layaknya tempat wisata.
Batu Tilam merupakan salah satu tempat wisata minat khusus yang berada di Desa Kebun Tinggi, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar. Posisinya berada di perbatasan antara Riau dan Sumbar. Setelah Kebun Tinggi ada Desa Pangkalan Kapas dan Tanjung Permai yang merupakan desa terakhir Riau, dan desa setelahnya sudah masuk Provinsi Sumatera Barat. Desa Itu bernama Ulu Kasok atau tak jauh dari Taram, Kabupaten Limapuluh Kota.
Namanya juga minat khusus, pasti bukan wisata minta. Artinya, hanya orang-orang yang mencintai tantangan dan keinginan kuat untuk sampai ke sini bisa merasakan keistimewaan Batu Tilam. Lokasinya cukup jauh dari Pekanbaru, yakni 170 kilometer via Lipatkain. Sedangkan dari Lipatkain masih sekitar 78 kilometer lagi dengan kondisi jalan sebagian semenisasi, dan sebagian besarnya jalan tanah. Maps mengatakan perjalanan ke sana 4 jam lebih, tapi kenyataan di lapangan bisa belasan jam, karena tekstur jalan yang naik turun dan masih banyak yang rusak.
Banyak desa yang dilalui sebelum sampai ke Desa Kebun Tinggi. Di antaranya Desa Lubuk Agung, Muara Selaya, Deras Tajak, Tanjung Karang, Batu Sasak dan Lubuk Bigau. Setelah Kebun Tinggi, masih ada dua desa lagi menjelang perbatasan Sumbar, yakni Desa Pangkalan Kapas dan Tanjung Permai.
AIR TERJUN: Salah satu air terjun di lokasi wisata Batu Tilam Desa Kebun Tinggi, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar. (ISTIMEWA)
Selain sebagian jalan masih merupakan jalan tanah, juga naik turun membelah kawasan Bukit Barisan yang merupakan landscape kawasan Suaka Margasatwa (SM) Rimbang Baling. Maka, kendaraan yang digunakan untuk sampai ke tempat ini juga tidak asal kendaraan. Sangat disarankan kendaraan sepeda motor jenis trail bertransmisi manual dan mobil yang memiliki penggerak roda depan atau four wheel drive yang dilengkapi winch atau penarik beban. Bukan hanya kendaraan yang kuat, mental dan keahlian juga harus kuat.
Kondisi jalan akan semakin parah ketika musim hujan tiba. Sulit dilalui, berjam-jam, bahkan belasan jam dan perlu kesabaran. Itu baru sampai ke jantung desa. Dari Desa Kebun Tinggi masih ada 6 kilometer lagi yang harus dilalui dengan jalan yang sama bahkan lebih parah. Tapi, bagi para pencinta wisata minat khusus, inilah saatnya menikmati penjelajahan yang luar biasa dengan bayaran yang istimewa ketika benar-benar tiba di jantungnya Batu Tilam.
‘’Silakan dicoba jika tak percaya. Ya, kalau ke sana siapkan waktu lebih saja karena memang malas pulang kalau sudah sampai di Batu Tilam. Air terjun banyak, pohon-pohon raksasa ada di sekitar kita. Tidur di pintu gua dengan homestay mewah,’’ kata Dika lagi.
Memang, setibanya di lokasi parkir yang terletak di bawah Batu Tilam, pengunjung sudah dimanjakan dengan suara riang air terjun serta kicau burung. Tak lama jalan menanjak, langsung disambut tempat istirahat berupa cottage yang berada di mulut gua deretan Bukit Barisan. Sesekali pula ditampar tempias air terjun. Sejuk, segar.
Semua cottage yang berjumlah 10 unit ini menghadap ke arah air terjun dan hamparan hutan lebat. Di sini juga matahari terbit bisa disaksikan saat pagi. Sejuk dan tenang. Lelah yang teramat sepanjang perjalanan akan langsung hilang. Mata terpesona oleh bentang alam yang teramat molek.
Jejeran cottage Batu Tilam persis di mulut gua. (ISTIMEWA)
Bukan hanya cottage, pengunjung juga bisa tiduran, duduk, masak, ngopi dan bergembira ria di pelataran depan cottage yang terbuat dari papan dan kayu dan bisa menampung sekitar 150 pengunjung. Dijamin aman karena ada pagar yang langsung jadi pembatas antara cottage tersebut dengan jurang di hadapan. Cottage ini juga dilengkapi kamar mandi dan penerangan saat malam.
Batu Tilam artinya alas tempat tidur. Tempat ini menyimpan nilai sejarah. Dulu, seperti yang disampaikan para orang tua di desa tersebut, lokasi ini merupakan tempat berlindung, tempat tidur bagi para pejuang Indonesia dari serangan penjajahan Belanda dan Jepang. Tak heran jika di sini juga ditemukan lesung kayu tua panjang yang masih utuh tapi mulai keropos.
Selain santai di cottage sambil menikmati air terjun yang jatuh dari atap mulut gua, pengunjung juga bias mengeksplore air terjun tersebut. Bisa mandi-mandi. Bukan hanya di satu lubuk air terjun, tapi sangat banyak dan jaraknya berdekatan. Jika Batu Tilam berada di spot satu, maka sekitar 200 meter ke depan ada spot kedua, 200 meter ke depannya lagi ada spot ketiga, 30 meter ke depannya ada spot keempat. Setiap spot ada air terjun dan lubuk dengan keindahan yang berbeda-beda.
Wisatawan sedang santai menikmati air terjun yang melintas di depan pelataran Batu Tilam, Rabu (20/7/2022). (ISTIMEWA)
‘’Bangga karena surga tersembunyi terpopuler ini jadi yang terbaik se-Indonesia tahun 2020 ini ada di Riau. Semoga tempat ini tetap lestari, terjaga, tetap alami karena belum terjamah dengan sampah. Perlu dukungan banyak pihak agar tetap popular, banya dikunjungi wisatawan sehingga membangkitkan perekonomian masyarakat,’’ kata Dika lagi.
Terkait Batu Tilam, Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat SSTp MSi, mengajak masyarakat Riau untuk sama-sama mempromosikan tempat ini ini kepada khalayak ramai sehingga pariwisata memang benar-benar mampu mendobrak perekonomian masyarakat setempat.
‘’Batu Tilam ini Hidden Paradise, surga yang tersembunyi di Riau. Maka tahun 2020 ia menjadi yang terbaik di Indonesia melalui penghargaan API dengan kategori Surga Tersembunyi Tervaforit. Ini harus sama-sama kita jaga keindahan dan kelestarian alamnya, kita promosikan bersama agar memberi dampak ekonomi bagi masyarakat,’’ kata Roni.***