Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Pilih Mundur, Mahathir Mohamad Serahkan Surat Pengunduran Diri kepada Raja

KUALALUMPUR(RIAUPOS.CO)– Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin (24/2). Mahathir yang terpilih menjadi Perdana Menteri untuk kedua kalinya pada 2018 lalu mengatakan telah menyerahkan surat pengunduran diri kepada Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, Senin (24/2).

Keputusan Mahathir itu bakal membuka jalan adanya pembentukan pemerintahan baru. Mahathir juga menyampaikan bahwa dia telah memberitahukan putusannya itu kepada raja pada Senin (24/2) pukul 13.00 waktu Kuala Lumpur.

Seperti diketahui, partai Mahathir yakni Parti Pribumi Bersatu Malaysia, juga telah keluar dari koalisi pemerintah yang berkuasa, Pakatan Harapan (Aliansi Harapan). Hal ini seperti dikatakan Presiden Partai, Muhyiddin Yassin.

Keputusan Mahathir terkait dengan situasi politik yang memanas di Malaysia. Pada Minggu (23/2) malam waktu Malaysia, partai Mahathir berencana untuk membentuk pemerintahan baru tanpa campur tangan Anwar Ibrahim. Ini jelas merusak kesepakatan yang sudah ada bahwa Pakatan Harapan setuju Anwar Ibrahim akan menggantikan Mahathir pada Mei 2020 mendatang. Namun, dengan adanya rencana membentuk koalisi baru tanpa campur tangan Anwar Ibrahim, jelas menjadi hal yang aneh.

Baca Juga:  Tiket Parkir Kendaraan GMC Mahal? Ini Faktanya

Bukan rahasia bahwa Mahathir, 94, dan Anwar Ibrahim, 72, terlibat dalam perselisihan politik. Keduanya adalah rival di bidang politik. Keduanya adalah tokoh politik terkemuka di Malaysia. Namun, keduanya bersatu jelang pemilihan 2018 silam. Kesepakatan itu untuk “mengusir” koalisi Barisan Nasional yang didominasi UMNO dan telah memerintah Malaysia selama enam dekade. Mahathir secara mengejutkan mampu meraih kemenangan dan menyebabkan Perdana Menteri Najib Razak saat itu lengser.

Hanya saja, seiring berjalannya waktu, ketegangan antara Mahathir dan Anwar dalam koalisi Pakatan Harapan meningkat. Itu bermula saat Mahathir menolak menetapkan jadwal khusus untuk memenuhi janjinya menyerahkan kekuasaan kepada Anwar Ibrahim. Hal itu mengakibatkan transisi antara Mahathir ke Anwar yang sebelumnya sudah disepakati menjadi tidak jelas.

Baca Juga:  Mata Novel Baswedan Terancam Buta Permanen

Nasib koalisi juga semakin redup dan kekuasannya telah berkurang dengan kekalahan dalam lima pemilihan sela baru-baru ini. Anwar juga berpisah dengan pasangannya, Mohamed Azmin Ali, Menteri Urusan Ekonomi. Pada Senin (24/2), Partai Keadilan Rakyat (PKR) milik Anwar mengumumkan pemecatan Azmin sebagai anggota.

Anwar Ibrahim sendiri adalah wakil Mahathir ketika menjadi Perdana Menteri selama masa jabatan pertamanya dari 1981 hingga 2003. Namun, Mahathir memecatnya pada 1998 setelah keduanya tidak ada kesepakatan soal bagaimana menangani krisis keuangan.

Editor :Deslina
Sumber: Jawapos.com

KUALALUMPUR(RIAUPOS.CO)– Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin (24/2). Mahathir yang terpilih menjadi Perdana Menteri untuk kedua kalinya pada 2018 lalu mengatakan telah menyerahkan surat pengunduran diri kepada Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, Senin (24/2).

Keputusan Mahathir itu bakal membuka jalan adanya pembentukan pemerintahan baru. Mahathir juga menyampaikan bahwa dia telah memberitahukan putusannya itu kepada raja pada Senin (24/2) pukul 13.00 waktu Kuala Lumpur.

- Advertisement -

Seperti diketahui, partai Mahathir yakni Parti Pribumi Bersatu Malaysia, juga telah keluar dari koalisi pemerintah yang berkuasa, Pakatan Harapan (Aliansi Harapan). Hal ini seperti dikatakan Presiden Partai, Muhyiddin Yassin.

Keputusan Mahathir terkait dengan situasi politik yang memanas di Malaysia. Pada Minggu (23/2) malam waktu Malaysia, partai Mahathir berencana untuk membentuk pemerintahan baru tanpa campur tangan Anwar Ibrahim. Ini jelas merusak kesepakatan yang sudah ada bahwa Pakatan Harapan setuju Anwar Ibrahim akan menggantikan Mahathir pada Mei 2020 mendatang. Namun, dengan adanya rencana membentuk koalisi baru tanpa campur tangan Anwar Ibrahim, jelas menjadi hal yang aneh.

- Advertisement -
Baca Juga:  Masuk Kota, Sekda Perintahkan Truk Mundur

Bukan rahasia bahwa Mahathir, 94, dan Anwar Ibrahim, 72, terlibat dalam perselisihan politik. Keduanya adalah rival di bidang politik. Keduanya adalah tokoh politik terkemuka di Malaysia. Namun, keduanya bersatu jelang pemilihan 2018 silam. Kesepakatan itu untuk “mengusir” koalisi Barisan Nasional yang didominasi UMNO dan telah memerintah Malaysia selama enam dekade. Mahathir secara mengejutkan mampu meraih kemenangan dan menyebabkan Perdana Menteri Najib Razak saat itu lengser.

Hanya saja, seiring berjalannya waktu, ketegangan antara Mahathir dan Anwar dalam koalisi Pakatan Harapan meningkat. Itu bermula saat Mahathir menolak menetapkan jadwal khusus untuk memenuhi janjinya menyerahkan kekuasaan kepada Anwar Ibrahim. Hal itu mengakibatkan transisi antara Mahathir ke Anwar yang sebelumnya sudah disepakati menjadi tidak jelas.

Baca Juga:  Inul Sempat Bingung Punya Uang Rp3,8 M Mau Diapakan

Nasib koalisi juga semakin redup dan kekuasannya telah berkurang dengan kekalahan dalam lima pemilihan sela baru-baru ini. Anwar juga berpisah dengan pasangannya, Mohamed Azmin Ali, Menteri Urusan Ekonomi. Pada Senin (24/2), Partai Keadilan Rakyat (PKR) milik Anwar mengumumkan pemecatan Azmin sebagai anggota.

Anwar Ibrahim sendiri adalah wakil Mahathir ketika menjadi Perdana Menteri selama masa jabatan pertamanya dari 1981 hingga 2003. Namun, Mahathir memecatnya pada 1998 setelah keduanya tidak ada kesepakatan soal bagaimana menangani krisis keuangan.

Editor :Deslina
Sumber: Jawapos.com

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari